Temu Kolese 2018: Merangkul Perbedaan dan Mengajarkan Toleransi Beragama

1524

[@smakolesekanisius]
Tekol 2018 diikuti oleh delapan Kolese yang bernaung dibawah pengelolaan Serikat Jesus yakni:

  1. SMA Kolese Kanisius
  2. SMA Kolese Gonzaga
  3. SMK Kolese PIKA (Pendidikan Industri Kayu Atas)
  4. SMA Seminari Mertoyudan
  5. SMA Kolese De Britto
  6. SMA Kolese Loyola
  7. SMK Kolese Mikael
  8. SMA Kolese Le Cocq d’Armandville

Dalam kesempatan tersebut, para Gusdurian menyebutkan bahwa prasangka-prasangka yang muncul bisa menjadi potensi ancaman yang merusak jika kita tidak bisa mengolahnya. Sebagai contoh, para Gusdurian mencontohkan, bagaimana kita kemudian merasa takut ketika melihat orang bercadar karena kita berprasangka bahwa orang itu calon-calon teroris.

Lebih lanjut, Jaringan Gusdurian menjelaskan bahwa semua itu terjadi karena kita terlalu cepat mengambil kesimpulan yang berat sebelah dan tidak mau melihat lebih jauh mengenai suatu hal. Hal semacam ini membuat kita menjadi membenci orang lain yang berbeda dengan kita.

Salah satu grup Tekol mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta dalam rangka toleransi antar umat beragama, sesuai tema kegiatan, “Embracing Diversity”. [dok.temukolese]
Pada akhirnya, para Gusdurian mengajak kita untuk menyadari berbagai prasangka yang
muncul dalam pikiran-pikiran kita. Jangan sampai, dalam hubungan dengan orang lain,
relasi kita hanya didasari oleh prasangka-prasangka yang menyebabkan jarak satu sama lain.

Malam Kesenian Tekol 2018 berlangsung pada Jumat, 12/10. [dok.pribadi]
Dilansir dari lamam temukolese.org, peserta Tekol mengungkapkan pengalamannya:
Pada saat dijelaskan tentang sejarah Masjid Istiqlal, saya merasa pikiran saya menjadi terbuka bahwa dibalik pendirian Masjid Istiqlal didepan Gereja Katedral memiliki maksud tertentu yakni bahwa Bapak Soekarno menginginkan bahwa seluruh umat beragama di Indonesia dapat hidup saling berdampingan dengan damai.

Selain itu diberi tahu juga bahwa dibalik pembangunan masjid tersebut banyak kalangan yang berbeda kepercayaan, seperti arsitek yang merancang bentuk Masjid Istiqlal adalah orang Kristiani.

Saya merasa semua hal tersebut dan perbedaan yang ada diantara umat beragama di Indonesia, jika dilengkapi dengan toleransi, dapat menjadi kekuatan tersendiri dan menyebabkan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan terus bersatu.

Akhir kata saya juga ingin mengucapkan semoga kita dapat terus menjunjung tinggi toleransi dan harapannya untuk kedepannya adalah agar masalah–masalah yang menimbulkan perpecahan akibat SARA dapat diminimalisir. 

 

Antonius Bilandoro

3 KOMENTAR

    • Siap, terimakasih Ibu Yuni Ika, terimakasih tambahan informasinya. Peserata Tekol 2018 dengan demikian terdiri dari 9 Sekolah, selain SMA Kolese Kanisius termasuk SMP Kolese Kanisius. Salam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini