HIDUPKATOLIK.com – Sesudah membandingkan keempat Injil tentang Yesus dielu-elukan di Yerusalem, saya menemukan bahwa yang mengatakan, “Hosana bagi Anak Daud” hanyalah Injil Matius (Mat 21:9.15). Kalau begitu, mengapa ungkapan itu digunakan untuk liturgi Minggu Palma? Apakah penyucian Bait Allah terjadi langsung sesudah Yesus dielu-elukan di Yerusalem? Mengapa hal ini tidak disinggung dalam liturgi Minggu Palma?
Paulus Hadi Sigit, Malang
Pertama, harus disadari bahwa masing-masing penulis Injil mempunyai pembaca yang berbeda, dan sesuai dengan pembaca itu, mereka menulis Injilnya dengan teologi masing-masing. Matius menulis Injil untuk komunitas Yahudi. Karena itu, Matius banyak merujuk kepada teks-teks Perjanjian Lama untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah pemenuhan janji Allah akan Mesias seperti yang tertulis dalam Perjanjian Lama.
Gelar “Anak Daud” adalah gelar Perjanjian Lama untuk Mesias. Matius seringkali menggunakan gelar ini untuk merujuk pada jati diri Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah (Mat 9:27; 15:22; 20:30.31; bdk Mrk 10:47.48). Masyarakat Yerusalem mungkin menggunakan gelar itu untuk Yesus, karena Yesus membuat banyak mukjizat (Yoh 12:17-18; Luk 19:37; Mat 21:15). Penyambutan meriah Yesus di Yerusalem bisa diartikan sebagai antisipasi pelantikan-Nya sebagai raja mesias melalui kebangkitan-Nya.
Kedua, meskipun hanya Matius yang menggunakan seruan “Anak Daud,” semua Injil yang lain menunjukkan seruan senada yang diambil dari Mzm 118:26. Yohanes mengeksplisitkan sebagai seruan kepada “raja Israel” (Yoh 12:13). Sedangkan Lukas menanggalkan kata Aram-Ibrani “hosana” (artinya, Engkau yang) di tempat yang Mahatinggi, dan mengeksplisitkan kata “raja” serta menambahkan dengan “damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang tinggi” (Luk 19:38).
Pengeksplisitan dan tambahan Lukas ini mengingatkan kita kepada Luk 1:32 dan 2:14. Senada dengan Yohanes dan Matius, Markus merujuk kepada Mzm 118:26 dan mengeksplisitkan dengan ungkapan “Diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi” (Mrk 11:10). Kesamaan nada dari keempat Injil menunjukkan kesatuan pengertian tentang jati diri Yesus, yaitu Yesus adalah Mesias Raja dari keturunan Daud, yang datang atas nama Tuhan. Berdasarkan masing-masing seruan yang ada pada keempat Injil, maka seruan pada Minggu Palma “Hosana Putra Daud” bisa dibenarkan.
Ketiga, menurut Matius dan Lukas penyucian Bait Allah terjadi langsung sesudah Yesus masuk Yerusalem. Sedangkan menurut Markus, penyucian itu terjadi keesokan hari, karena malam sudah tiba (Mrk 11:11). Yesus meninggalkan kota dan menginap di Betania. Hal ini tidak ada di Injil Matius dan Lukas.
Yohanes meletakkan kisah pengusiran para penjual itu pada awal karya Yesus (Yoh 2:13-17), sehingga tidak terkait langsung dengan Yesus masuk ke Yerusalem secara meriah. Menurut para ahli Kitab Suci, kisah ketiga Injil Sinoptik lebih sesuai dengan kejadian asli daripada yang ditulis Yohanes. Jadi, penyucian Bait Allah terjadi sesudah Yesus masuk ke Yerusalem secara meriah. Peristiwa inilah yang menimbulkan pertikaian dengan lawan-lawan-Nya tentang kuasa Yesus (Mrk 11:27-33; 12:14-17; 18-27.28-34.35-37a). Penyucian Bait Allah menyebabkan hak dan kuasa Yesus dipersoalkan (Yoh 2:18; Mat 21:23; Mrk 11:28; Luk 20:2) dan kemudian menyebabkan para pemuka Yahudi merencanakan pembunuhan Yesus. Jadi, urutan peristiwa menjelang akhir hidup Yesus ialah, Yesus dielu-elukan di Yerusalem, Ia langsung menyucikan Bait Allah dan lalu para pemuka agama Yahudi mempersoalkan hak dan kuasa Yesus untuk bertindak demikian. Penyucian Bait Allah tidak disinggung dalam liturgi Minggu Palma, karena sudah implisit dalam pertentangan antara para pemuka agama Yahudi dengan Yesus dalam Kisah Sengsara yang dibacakan pada Minggu Palma..
Petrus Maria Handoko CM
HIDUP NO.14 2014, 6 April 2014