60 Tahun OSC di Tanah Asmat

1280
Perayaan 60 Tahun OSC di Asmat yang bertempat di Priorat Wahyu Salip OSC, Agats, Papua. [Dok. Pribadi]

HIDUPKATOLIK.com Para Krosier yang bermisi di Asmat dipanggil bukan hanya untuk membantu umat dalam kerohanian, tetapi juga dalam bidang pengembangan sosial dan
ekonomi.

DALAM kacamata iman dan semangat salib, kesulitan dan masalah hendaknya dilihat sebagai berkat dan kesempatan. Dengan demikian, akan dapat dilihat masa depan sebagai harapan.

Demikian penggalan homili yang disampaikan Uskup Bandung sekaligus Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Subianto Bunyamin, OSC dalam Perayaan Ekaristi 60 tahun karya misi Ordo Salib Suci (Ordo Sanctae Crucis/OSC) di Priorat Wahyu Salip OSC, Agats,Papua, Jumat, 14/9.

Dalam Perayaan Ekaristi itu Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito bertindak sebagai konselebran utama didampingi Uskup Agung Jakarta sekaligus Ketua KWI, Mgr Ignatius Suharyo, dan Superior Jenderal OSC Mgr Laurentius Tarpin OSC, Magister General OSC.

Hadir juga Provinsial OSC Sang Kristus Indonesia, Pastor Basilius Hendra Kimawan, para biarawan OSC yang berkarya di Keuskupan Agats, dan para imam yang berkarya di Keuskupan Agats.

Setelah 60 tahun, saat ini menjadi kesempatan penuh rahmat untuk merefleksikan kembali apa yang telah dilakukan oleh para Krosier (sebutan bagi OSC). Dalam sambutannya, Mgr Tarpin mengungkapkan, bahwa sekarang menjadi saat untuk melihat kembali sejauh mana dampak positifnya karya OSC bagi perkembangan Gereja lokal dan perkembangan iman umat, karya OSC sedapat mungkin berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat secara kultural, sosial, dan ekonomi.

“Perayaan ini merupakan saat rahmat, saat yang tepat untuk merefleksikan kembali apa yang telah dilakukan oleh para Krosier, apa dampak positifnya bagi perkembangan Gereja lokal dan perkembangan iman umat.”

Sedangkan Mgr Suharyo mengatakan, bahwa banyak cinta telah terungkap di Asmat melalui uskup, para pastor, suster, pemerintah dan juga para petugas pastoral yang terus berjuang demi hadirnya Kerajaan Allah.

Ia melanjutkan, hal ini terjadi karena ada Yesus. “Kita semua mau ikut Yesus. Yesus yang mengajarkan kasih untuk selalu mampu berbelarasa. Kehadiran kita harus menjadi cinta bagi banyak manusia lain.”

Manuver perahu sebelum Misa 60 Tahun OSC di Asmat.[Dok. Pribadi]
Awal Misi
Pada tanggal 7 November 1958, Pastor Francis Fitka OSC, Pastor Delmar Hesh OSC, Bruder Clarence Neuner OSC, dan Bruder Joseph de Louw OSC tiba di Merauke Papua. Mereka adalah Krosier pertama yang datang dari Minnesota, Amerika Serikat.

Kedatangan mereka adalah tanggapan atas permintaan Vikaris Apostolik Nieuw Guinea Nederland, Mgr Herman Tillemans MSC yang meminta kepada Provinsial OSC St Odilia Amerika Serikat, Pastor Benno Mischke OSC untuk mengirimkan beberapa pelayan pastoral.

Setelah berkonsultasi dengan beberapa petinggi OSC di Belanda dan Roma, Pastor Benno kemudian menuju Papua dan tinggal selama enam minggu. Ketika itu ia mengunjungi para Misionaris Hati Kudus (Congregatio Missionariorum Sacratissimi Cordis Iesu/MSC).

Sebagai hasil dari kunjungan ini, ia lalu mengirimkan empat orang Krosier pertama ke Tanah Papua. Para Krosier yang bermisi di Asmat menyadari bahwa mereka dipanggil bukan hanya untuk membantu umat dalam bidang kerohanian, tetapi juga dalam bidang pengembangan sosial dan ekonomi.

Bupati Agats, Elisa Kambu mengatakan, kemajuan masyarakat Asmat sekarang ini merupakan buah jerih payah para misionaris OSC. “Ini adalah buah para misionaris OSC. Untuk itu saya memohon kepada para pater OSC untuk terus bekerjasama dengan kami dalam membantu masyarakat Asmat ini,” pintanya.

 

Pastor Lucius Joko/ Pastor Nana Justinus Sujana, OSC (Asmat)
HIDUP NO.39 2018, 30 September 2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini