Telah Berpulang, Pastor Bambang Wiryowardaya

2494
Pastor Lodewijk Bambang Santosa Wiryowardaya semasa hidupnya. [dok.ist.]

HIDUPKATOLIK.com Kita berdoa bagi kebahagiaan kekal di surga, Imam senior Keuskupan Agung Jakarta, Pastor Lodewijk Bambang Santosa Wiryowardaya, Pr telah berpulang pada Senin, 1/10/2018, pukul 19.31 WIB di RS Pondok Indah Puri Indah.

Kabar dukacita tersebut disampaikan oleh Pastor Yohanes Hadi Suryono, pastor rekan di Gereja St Laurensius kepada beberapa umat melalui whatsapp.

Untuk sementara Jenazah Romo Bambang Wiryowardoyo dibawa ke RS Sint Carolus, Salemba untuk dimandikan, dikenakan pakaian kasula, dan ditempatkan di peti jenazah. Setelah itu jenasah akan disemayamkan di Gereja St Laurensius Paroki Alam Sutera.”

Selanjutnya melalui DPH Gereja St Laurensius, diberitahukan rangkaian acara misa dan pelepasan jenasah sebagai berikut:
1. Selasa, 2 Oktober 2018, pukul 19.30 WIB, MISA REQUIEM
2. Rabu, 3 Oktober 2018, pukul 19.30 WIB, MISA TUTUP PETI
3. Kamis , 4 Oktober jam 09.00, MISA PELEPASAN di Paroki Alam Sutera dan dilanjutkan IBADAT PEMAKAMAN di Selapajang Jaya, Tangerang , pukul 12.00 WIB.

Catatan untuk diperhatikan :
1. Selama Selasa sampai Kamis, 2-4 Oktober 2018, semua kegiatan Kategorial dan Seksi DITIADAKAN .
2. Misa pagi harian (Selasa sampai Kamis) TETAP ADA dan dilaksanakan di AULA.
3. Jadwal Doa Rosario Lingkungan/ Wilayah di depan jenasah akan diumumkan kemudian oleh Dewan Paroki Harian.

Romo Wiryo, panggilan akrabnya, sempat merayakan panca windu (40 tahun) tabisan imamat pada Minggu, 28/1 silam. Semasa hidupnya, almarhum pernah berkarya di Paroki St Thomas Rasul Bojong Indah, Gereja St Ignatius Loyola-Paroki Jalan Malang, dan Gereja St Laurensius-Paroki Alam Sutera.

Salah seorang umat di Paroki Alam Sutera, Rendro pada Senin lalu, 24/9, sempat menuliskan tentang kondisi Pastor Bambang. “Saat ini semua dokter, saya, romo Hadi, dewan paroki, standby. Tadi jam 10 malam, sempat tidak ada denyut nadi sampai sekitar 10 menit.

Sementara dalam catatan yang disampaikan oleh Pastor Hadi, diketahui beberapa tindakan medis yang telah dikerjakan sebelumnya yaitu:

Angiografi Koroner (meneropong jantung untuk mencari sumbatan sumbatan jantung) . Jantung sempat berhenti berdetak cukup lama karena terkena serangan jantung akut lagi, ketika akan dicari sumbatan sumbatan tersebut.

Dan tindakan ini dilakukan tim dokter karena Rm Wir kena serangan jantung akut lagi. Tim Dokter melakukan bedah jantung dan sempat memompa jantung supaya berdenyut lagi. 

“Dokter minta keputusan saya segera, apakah tindakan angiografi koroner dilanjutkan atau tidak. Dengan pertimbangan : kalau tidak dilanjutkan, tidak akan diketahui dimana sumber serangan jantung tersebut dan resiko besar sekali.”

Kalau dilanjutkan, sumber sumbatan akan diketahui dan sumber sumbatan akan dibuka. Resiko juga ada di sana, karena paru paru terendam air. Dan saya putuskan untuk dilanjutkan.

Sumbatan yang sekarang, sudah lebih parah dari 3 tahun lalu saat dipasang 3 ring.
Dari hasil EKG , jantung tidak normal. Enzim jantung hasilnya 1335 ; normal seharusnya 14. Jadi sudah benar benar ada sumbatan yang di blok . Pompa jantung bermasalah.

Paru-paru yang terendam air, dengan leukosit yang tinggi yaitu 20.000 (normal seharusnya dibawah 10.000) ternyata kena infeksi juga. Ini yang menyebabkan demam tinggi. Albumin rendah yaitu 2,5. Harusnya 3,4.

Selang beberapa waktu kemudian, Pastor Hadi menuliskan, “Operasi baru saja selesai. Puji Tuhan saat kritis sudah dilewati. Ditemukan sumbatan di 3 titik yang parah sehingga terjadi serangan jantung. Tim dokter masih memantau hasil operasi.”

Sehari kemudian, Selasa 25/9, jam 00.59 malam menjelang subuh, Romo Hadi kembali menuliskan, “tadi jam 22.15 WIB , dokter Witjahya ( neurolog) mengadakan pemeriksaan terhadap kondisi Romo Wiryo.

Dalam pembicaraan dengan dokter Witjahya diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Kesadaran Romo Wiryo memburuk, dikarenakan anggota tubuh Romo Wiryo belum dapat memberi respons atas rangsangan yg diberikan.

2. Romo Wiryo masih mengalami kejang kejang meskipun beliau sudah diberi obat “Semex”, untuk memancing reaksi gerak anggota tubuh. Reaksi belum ada.

3. Diharapkan dengan diberikan obat Semex, dalam waktu dua atau tiga hari ke depan, akan menunjukkan hasil yang baik dan ada perubahan serta kemajuan yang berarti. Maksimal dua minggu. 

Romo Wiryo  memilih motto imamatnya ,“Aku hanya pekerja di kebun anggur Tuhan”. Ia mengawali karya pastoralnya di Paroki Slipi sampai tahun 1979.  Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Paroki Santo Thomas Rasul Bojong Indah, Jakarta Barat, sampai dengan 1994.

Atas segala doa dan upaya yang telah dilakukan, imam Praja yang ditahbiskan di Jakarta pada 26 Januari 1978 ini telah dipanggil kembali ke pangkuan Tuhan. Selamat jalan Romo Wiryo, jasamu senantiasa abadi di sanubari kami.

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini