Beato Guillaume de Grimoard OSB : Perintis Boyong Takhta

194

HIDUPKATOLIK.com – Sejak tahun 1309, Takhta Kepausan Gereja Katolik berada di Avignon, Perancis. Paus Klemens V (1305-1314) merupakan penerus St Petrus yang pertama kali memindahkan takhtanya dari Roma ke Avignon. Pasca Paus Klemens V, Takhta Kepausan di Avignon masih dilanjutkan enam Paus berikutnya. Takhta Kepausan baru dipindahkan lagi ke Roma oleh Paus Gregorius XI (1370-1378) tahun 1376. Ia merupakan Paus ketujuh yang berhasil mengakhiri Takhta Kepausan di Avignon atas anjuran St Katharina dari Siena.

Selama di Avignon, ada seorang Paus yang berusaha memindahkan takhtanya ke Roma. Usaha ini gagal lantaran ia harus kembali ke Avignon untuk misi perdamaian dan wafat di sana. Dialah Paus Urbanus V (1362-1370), yang dikenal sebagai Paus yang cinta damai dan sangat konsen pada dunia pendidikan. Dari tujuh penerus St Petrus pada masa Avignon, Paus Urbanus V menjadi satu-satunya Paus Avignon yang masuk dalam proses penggelaran kudus pasca wafatnya, hingga menjadi Beato.

Benediktin Teladan
Paus Urbanus V bernama asli Guillaume de Grimoard. Ia lahir di Grizac, Languedoc (kini: Le Pont-de-Montvert, Lozère), Perancis pada 1310, dari pasangan William de Grimoard dan Amphélise de Montferrand. Ayahnya, bangsawan Bellegarde berdarah ksatria dengan reputasi baik dalam masyarakat Perancis.

Sebagai anak bangsawan, Guillaume punya kesempatan untuk bersekolah. Namun, selesai menimba ilmu, ia justru memutuskan untuk menjadi rahib Benediktin. Ia bergabung dalam sebuah biara kecil di Chirac, dekat kampung halamannya. Ia mengikrarkan kaul sebagai Benediktin di Biara Induk St Viktor Marseilles. Kecintaannya pada spiritualitas Ordo St Benediktus (OSB) begitu mengakar. Hidupnya amat saleh dan mencerminkan warisan keutamaan serta spiritualitas asali. Kecintaan pada ordonya ini kelak tetap ia hayati meskipun sudah menjadi Paus. Konon, bahkan ia seringkali mengenakan pakaian kebiaraannya.

Rahib muda itu menerima tahbisan imam di Chirac, sebelum melanjutkan belajar teologi dan Hukum Gereja di beberapa universitas ternama: Toulouse, Montpellier, Paris dan Avignon. Pada 1342, ia menggondol gelar Doktor Hukum Gereja dengan pengetahuan teologi yang mumpuni.

Pada masanya, Guillaume tergolong ahli Hukum Gereja yang disegani. Ia pun dipercaya sebagai dosen Hukum Gereja di almamaternya: Universitas Montpellier, Toulouse, Paris dan Avignon. Ia pun getol mengembangkan dunia pendidikan dengan talenta intelektualnya.

Tapak Penggembalaan
Nama Iuris (ahli hukum) muda itu segera familiar di kalangan para petinggi Gereja. Tak heran, Guillaume sempat diangkat sebagai Vikaris Jendral (Vikjen) di Keuskupan Clermont dan Uzès, yang memiliki afiliasi dengan Biara Cluni. Lalu ia didaulat sebagai Kepala Biara Notre-Dame du Pré, di bawah yurisdiksi Keabasan Biara St Germain d’Auxerre.

Kesalehan dan aneka talentanyapun akhirnya sampai di telinga Bapa Suci. Menyaksikan bakat luar biasa itu, Paus Klemens VI (1342-1352) mempercayakan tongkat keabasan di genggaman tangannya pada 1352. Sejak saat itu, Bapa Suci memberinya tanggung jawab ekstra untuk masuk dalam jajaran korps diplomatik Takhta Suci. Misi pertamanya ialah mempertobatkan Uskup Agung Milan Mgr Giovanni Visconti, yang melakukan kelaliman dan menyalahgunakan kekuasaan. Berkat kesalehan dan kepiawaian, misi itu sukses.

Kesuksesan misi perdananya ini membawa serangkaian misi diplomatik penting
lainnya. Pernah dua kali –yakni tahun 1354 dan 1360– Guillaume diutus bekerja bagi Takhta Suci di Italia. Lalu Paus Innocentius VI (1352-1362) mengangkatnya sebagai Abas Biara Induk St Viktor di Marseilles pada 1361. Namun, pada 1362 ia kembali ditarik ke Italia dan diutus sebagai Duta Besar Paus bagi Ratu Joanna di Napoli.

Jawaban Kebuntuan
Ketika sedang bertugas di Napoli, Guillau memenerima kabar bahwa dirinya dipilih sebagai Paus menggantikan Paus Innocentius VI yang wafat pada 12 September 1362. Pada 28 September 1362, para Kardinal menjatuhkan pilihan padanya. Meski ia bukan Kardinal –bahkan juga bukan uskup – dan tidak ikut pemilihan, kebuntuan Kolegium Kardinal membuatnya mungkin dipilih. Ia dipilih karena keutamaan dan kecerdasan, serta kepiawaiannya dalam tatakelola pemerintahan dan diplomasi.

Guillaume kembali ke Perancis. Pada 28 Oktober 1362, ia tiba di Marseilles. Selang tiga hari, ia memasuki Avignon sebagai Paus terpilih. Lalu ia ditahbiskan sebagai Uskup Roma oleh Kardinal Andouin Aubert (1349-1363) dan dimahkotai pada 6 November 1362. Ia memakai nama Urbanus V. Menurutnya, setiap Paus yang memakai nama Urbanus pasti menjalankan reksa kegembalaan dengan penuh kekudusan.

Selama bertakhta, Paus Urbanus V di kenal sebagai figur yang selalu mengupayakan perdamaian. Cintanya pada keharmonisan hidup bersama tanpa kekerasan dan perang di antara para raja di Eropa membuat namanya kian harum dan disegani para penguasa. Bahkan, ia bercita- cita mendamaikan perpecahan antara Gereja Barat dan Timur, meski hingga akhir hayatnya tak pernah tercapai. Ia pun gagal membebaskan Tanah Suci dari pendudukan tentara Turki.

Pelbagai praktik korupsi, nepotisme dan simoni, ia pangkas selama masa kepausannya. Simoni ialah praktik memperjualbelikan nilai-nilai rohani, seperti sakramen, indulgensi, jabatan gerejani, dll. Paus Urbanus V menegakkan disiplin gerejani secara ketat. Sebagai Paus, hidup pribadinya lebih mirip seperti seorang rahib. Ia mendorong regio-regio gerejani untuk menggelar sinode demi kemurnian hidup Gereja. Meski ia mengangkat saudaranya, Mgr Angelic de Grimoard OSA (1315-1388) sebagai Kardinal dalam konsistori 18 September 1366, dasarnya bukanlah relasi keluarga. Di kalangan pejabat Gereja, Uskup Avignon itu memang layak bergelar kardinal karena kesalehan hidupnya. Selain itu, ia menolak memberikan previlese dan jabatan pada keluarga besar Grimoard.

Jasa Besar
Paus Urbanus V mempromulgasikan bulla pendirian dan reformasi secara akademik untuk pelbagai universitas ternama. Bulla pendirian Universitas Krakow (1364) dan Vienna (1365), ia terbitkan. Ia mendorong pendirian Universitas Orange, dan merevisi statuta Universitas Orléans. Secara khusus, ia memperhatikan pertumbuhan Universitas Avignon dan Toulouse. Ia pun membantu pendirian Kolese di Bologna, bahkan membiayai banyak anak muda dari keluarga miskin agar bisa belajar. Pusat pendidikan ia dirikan di Trets, lalu dipindah ke Manosque dan akhirnya di Montpellier.

Paus ini melakukan perjalanan dari Avignon ke Roma pada 30 April hingga 16 Oktober 1367. Meski usaha mengembalikan jantung pemerintahan Gereja ke Kota Abadi ini ditentang Kuria Kepausan dan penguasa Perancis, ia tetap nekad. Selama tiga tahun ia tinggal di Roma dalam situasi yang tidak kondusif. Saat itu, ia merestorasi banyak gereja dan bangunan di Vatikan yang luluh lantak, termasuk Basilika St Yohanes Lateran. Usaha restorasi warisan Gereja inipun ia lakukan di Avignon dan Montpellier dengan melibatkan banyak arsitek dan seniman ternama.

Usaha kembali ke Roma itu tak bertahan lama. Paus Urbanus V memutuskan kembali ke Avignon. Ia terpanggil untuk menyelesaikan konflik antara Inggris dan Perancis. Selain itu, desakan Kuria Kepausan dan penguasa Perancis serta kondisi Roma yang tak kunjung membaik, seolah memaksanya ke Avignon. Kondisi kesehatan yang kurang baik tak menyurutkan niatnya melakukan perjalanan pada 5-24 September 1370.

Kurang dari tiga bulan berada di Avignon, tepatnya 19 Desember 1370, ia wafat. Jenazahnya dimakamkan di Notre-Dame des Doms, Avignon. Selang dua tahun, jasad itu dipindahkan ke Gereja di Biara St Viktor, Marseilles. Pasca wafatnya, dilaporkan banyak mukjizat terjadi di makamnya. Penguasa Denmark, Raja Waldemar mengusulkan proses penggelaran kudus Paus Benediktin ini. Paus Gregorius XI (1370-1378) pun menjanjikan proses penggelaran kudus bagi pendahulunya itu pada awal 1375. Karena situasi yang tidak kondusif, proses penggelaran kudus ini pun terkatung-katung. Baru pada 10 Maret 1870, Paus Pius IX (1846-1878) menggelarinya Beato. Gereja memperingatinya tiap 19 Desember.

R.B.E. Agung Nugroho

HIDUP NO.16 2014, 20 April 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini