Terbuka pada Media Baru

156
Seorang pastor sedang asyik dalam Seminar Transformasi Komunikasi Sosial di Era Digital di Aula Katedral Sorong, Selasa, 14/8. [[HIDUP/Hasiholan Siagian]

HIDUPKATOLIK.com KARYA Komisi Komunikasi Sosial (Komisi Komsos) didasarkan pada pesan Yesus kepada Para Rasul untuk mewartakan Injil sampai ke ujung dunia. Karya Komsos kemudian ditandaskan kembali oleh para Bapa Suci, agar komisi ini terus-menerus membantu Gereja mewartakan Injil ke seluruh dunia dengan menggunakan berbagai sarana media komunikasi yang ada.

Pada Konsili Vatikan II, para bapa Konsili yang adalah para uskup sedunia menegaskan kembali pentingnya Komsos membantu Gereja menghadirkan Kristus hingga ke pelosok dunia. Dekrit Inter Mirifica menjadi salah satu tanda dukungan Gereja semesta terhadap Komsos.

Para bapa Konsili memandang dengan sangat visioner tentang begitu pentingnya kehadiran sarana media komunikasi yang berkembang begitu pesat di zaman kini. Sarana itu mesti digunakan sebaik-baiknya untuk mewartakan Kerajaan Allah. Mereka sungguh menyadari bahwa masyarakat memiliki hak atas informasi.

Komsos bertugas memberikan informasi yang tepat, benar, dan tidak membingungkan masyarakat. Pertanyaannya, dengan kemajuan yang begitu pesat dalam bidang media komunikasi zaman kini, Gereja lokal mau apa dengan Komsos?

Dibiarkan berjalan sendiri atau menjadi satu kesatuan dalam karya Gereja lokal? Gereja lokal mesti menggunakan Komsos sebagai ‘corong’ pewartaan Gereja. Apa saja yang menjadi konsern Gereja lokal dalam karya pewartaan mesti didukung Komsos. Komsos menjadi bagian tak terpisahkan dari reksa pastoral Gereja lokal.

Tantangan dunia dengan hadirnya media komunikasi canggih zaman ini mesti ditanggapi Komsos secara positif. Tantangan itu menjadi peluang bagi Komsos untuk memanfaatkan media komunikasi dalam mewartakan Injil kepada semakin banyak orang.

Rasul Paulus menggunakan Areopagus di Kota Athena sebagai medium mewartakan Injil. Areopagus itu tempat berkumpul masyarakat yang mendengarkan pidato atau diskusi para filsuf zaman itu. Kalau tantangan itu dianggap sebagai momok maka Komsos akan menghadapi kesulitan.

Dibutuhkan kreativitas dalam berkarya untuk menghadapi tantangan media baru yang begitu pesat pertumbuhannya. Hadirnya media sosial dalam berbagai bentuk menjadi peluang besar yang sangat baik bagi Komsos untuk terlibat aktif dalam membantu Gereja lokal dalam karya pewartaan.

Hal-hal positif yang di-twitt dan di-share kepada semakin banyak orang sangat mempengaruhi hidup orang-orang yang menerima twitt dan share itu. Kalau Komsos ingin tetap bertahan di era modern ini, para pengelola media yang berada dalam naungan Komsos mesti terbuka terhadap media baru.

Berkarya di bidang ini kini tidak dibatasi ruang dan waktu. Harus diakui, ada Komsos keuskupan yang sangat maju dengan menggunakan media komunikasi mutakhir sebaik-baiknya namun ada Komsos yang tertatih-tatih dengan berbagai alasannya. Untuk itu, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi Komsos-komsos keuskupan.

 

Frans de Sales SCJ (Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini