JOYFest, Sukacita dalam Keberagaman

392
Sr Cristina dan Matt Maher bernyanyi bersama peserta JOYfest. [HIDUP/Antonius Bilandoro]

HIDUPKATOLIK.com JOYFest mengumpulkan ribuan orang muda dari berbagai daerah. Model baru dalam pastoral orang muda.

PALING sedikit 4500 Orang Muda Katolik (OMK) menghadiri Jakarta Catholic Youth Festival (JOYfest) 2018, yang diadakan di Hall 7 Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai, Tangerang, Selasa, 11/9.

Acara ini tak hanya diikuti oleh orang muda dari Keuskupan Agung Jakarta tapi juga dari beberapa keuskupan lain yang berada di Pulau Jawa, Kalimantan, bahkan di negara tetangga, Malaysia.

Gerarda Yenny, misalkan, peserta asal Paroki St Paulus Pangkalan Bun, Keuskupan Palangkaraya, Kalimantan Tengah ini berada di Jakarta karena mengantar ibunya berobat. Begitu mengetahui acara JOYfest, dia datang ke ICE. Yenny tak sendirian.

Menurutnya, ada peserta dari Keuskupan Surabaya juga ikut JOYfest. “Dia SMA St Louis 1, datang ke sini (ICE) bersama ibunya,” terang Yenny. Ada pula Terence Wong, pemuda asal Kuala Lumpur, Malaysia. Meski beragama Protestan, dia tak canggung berkumpul dan berbaur dengan OMK. “Saya sengaja datang ke Indonesia untuk bisa berjumpa dengan Matt Maher, penyanyi idola saya,” ungkapnya seraya tersenyum.

Menyapa, Membentuk
JOYfest diadakan oleh komunitas-komunitas orang muda yang bernaung dalam Pertemuan Mitra Kategorial Keuskupan Agung Jakarta (Pemikat KAJ). Vikaris Episkopalis KAJ, Pastor Alexius Andang Listya Binawan SJ, mengungkapkan, ajang tersebut bertujuan untuk menyapa orang muda dan berproses membentuk diri.

Acara tersebut terinspirasi dari Konferensi Keluarga Katolik Jakarta pada awal Juni 2017. JOYFest berusaha menjawab aneka persoalan orang muda sembari membangun sinergitas dengan berbagai komunitas kategorial lintas paroki di KAJ. Hajatan ini juga bagian dari program kaderisasi.

Saat berkhotbah di Misa JOYfest, Pastor Andang mengajak orang muda agar membaur, memperhatikan, dan mengajak sesamanya terutama mereka yang sedang bimbang dalam keyakinan agar teguh berada dalam Gereja Katolik. Sebab, ia mengakui, individualisme kaum muda kian marak dirasakan saat ini.

Para frater ikut menghibur peserta JOYfest. [HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
“Ada yang merasa semakin terasing, bahkan hingga mengasingkan diri ke dalam dunianya sendiri,” ungkap Pastor Andang. Ia berharap, JOYFest menjadi salah satu upaya untuk menanamkan paradigma baru tentang persatuan yang bukan melulu karena adanya persamaan, melainkan juga berbicara soal menerima perbedaan sebagai ragam karunia yang patut disambut dengan sukacita.

Permasalahan lain, banyak OMK apatis, bahkan kurang tertarik lagi untuk beribadah ke gereja dengan beragam alasan, salah satunya monoton. Maka, tambah Pastor Andang, lewat JOYfest, orang-orang muda bisa lebih diperkaya melalui saudara, teman-teman, dan semua yang terlibat bersama acara ini.

Ragam Acara
JOYfest menyuguhkan beragam acara mulai dari seminar, pameran komunitas orang muda, hingga hiburan musik. Acara berlangsung secara maraton agar orang muda mampu menemukan indahnya keberagaman dengan cara yang bervariasi.

Ada 22 topik seminar yang dibawakan oleh 28 pembicara yang dikemas secara  paralel. Topik seminar bermacam-macam, seperti: teologi, Kitab Suci, pewartaan, relasi, karir, gaya hidup, wirausaha, perencanaan keuangan, dan psikologi.

“Topik-topik yang dipilih berdasarkan survei yang disebar panitia kepada orang muda,” tambah Pastor Andang. JOYfest juga mengundang bintang tamu, pemenang The Voice versi Italia tahun 2014 Suster Cristina Scuccia OSF dan Matt Maher, penyanyi sekaligus komponis yang sembilan kali menjadi nominator Grammy Award.

Acara ini juga menghadirkan tokoh Katolik, Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. “Seluruh guest star ini mewakili diversity,” tutur Ketua Panitia JOYFest, Joseph Satria.

Komunitas wheelchair melakukan atraksi basket. [HIDUP/Elisabeth Chrisandra J. T. D]
Para peserta juga disuguhkan beragam profil komunitas orang muda. Ada 22 komunitas yang membuka pameran di sekitar lokasi yakni Catholic Fellowship Jakarta, CHOICE, Domus Cordis, John Paul II Foundation Youth, The Indonesian Pilgrims, SANT’EGIDIO, Komunitas Jomblo Katolik, Kelompok Karyawan Muda Katolik, Gerakan Orang Muda Peduli Sampah (Gropesh), Legio Mariae, Komunitas Tritunggal Maha Kudus, Light of Jesus Family (LOJF), Lights Of Jesus Worship (LOJW), Single for Christ, Tunggal Hati Seminari Tunggal dan Tunggal Hati Maria, Bunda Teresa, Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik KAJ, Komisi Kepemudaan KAJ, Pastoran Atma Jaya, Imago Dei, Unlimited Worship Conference Band, MA-Maria Advocata.

Peserta JOYfest berkumpul di pintu masuk Hall 7 ICE BSD. [HIDUP/Elisabeth Chrisandra J. T. D]
Ketika disinggung mengenai harga tiket yang semula ditawarkan senilai Rp 300 ribu (reguler) dan Rp 500 ribu, Joseph mengakui harga tersebut cukup mahal bagi kantong orang muda. Namun, hal tersebut tetap disepakati dalam rapat panitia karena ingin mendanai secara mandiri, selain dari sponsor atau donatur. “Kami tak ingin membebani keuskupan,” ujarnya.

Upaya tersebut memang tak mudah. Umat Paroki St Yakobus Kelapa Gading itu mengakui, satu bulan sebelum acara, baru sekitar seribu tiket yang terjual. Kemudian naik menjadi 3000 ribu tiket pada pekan ketiga sebelum acara.

Bahkan, tambahnya, tiga hari sebelum acara, panitia juga masih melayani penjualan tiket. Justru pada saat-saat terakhir penjualan kian meningkat. “Orang muda kita masih suka last minute,” ungkapnya seraya tertawa.

Joseph juga membeberkan, panitia berkunjung ke paroki-paroki selain untuk mempromosikan JOYfest tapi juga menjual tiket. Dia juga bersyukur komunitas-komunitas orang muda ikut membantu soal ini.

Sukacita Bersama
Joseph berharap, JOYfest dapat menjadi inspirasi baru bagi kaum muda bahwa Gereja Katolik mau beradaptasi. Selain itu, dia juga meyakini bahwa Tuhan bisa juga ditemukan dan dialami dengan cara-cara yang menghibur. “Tuhan adalah sumber suka cita, jadi marilah kita merayakan hidup yang diberikannya kepada kita juga dengan cara yang menggembirakan,” pesannya.

Stand Komunitas John Paul II Foundation pada perhelatan JOYFest 2018 di ICE, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan. [HIDUP/Antonius Bilandoro]
Salah satu Steering Committee, Gerard Martin, menambahkan, JOYfest tahun ini melibatkan sekitar 400 panitia dan ratusan relawan dari berbagai komunitas orang muda. Kata Gerard, meski mereka dari latar belakang komunitas beragam, JOYfest telah menyatukan, melatih kerja sama, dan membawa sukacita bagi semua.

 

Antonius Bilandoro

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini