Kasih Tak Berkesudahan

141

HIDUPKATOLIK.com Hari Biasa, 1Kor. 12:31-13:13; Mzm. 33:2-3,4-5,12,22; Luk. 7:31-35.

SEORANG pengarang muda berbakat dari Italia, Frate Alfonso yang dijuluki tartufone ‘penggemar jejamuran’ mengatakan, bahwa julukan yang diberikan pada Yesus, sebagai “seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa” (Luk. 7:34) itu, sama kuatnya dengan gelar mesianik.

Kenyataannya, banyak hal yang dilakukan dan diajarkan Yesus justru lahir dari kesempatan makan bersama dengan orang-orang yang dikategorikan “sampah masyarakat” itu. Akan tetapi, kasih yang sejati memang tidak memperhitungkan kenyamanan diri sendiri, bahkan untuk sekadar menghindari penilaian buruk orang lain.

Karena “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.

Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1Kor 13:4-7).

Aplikasi kasih sedemikian hanya mungkin dengan satu sikap bela rasa dan pemberian diri, yang semakin menunjukkan bahwa kasih itu abadi, justru karena mampu menerima segala kelemahan, bahkan kematian itu sendiri.

 

Pastor Vitus Rubianto Solichin SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta, Doktor Teologi Kitab Suci dari Universitas Gregoriana, Roma

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini