Ursulin Muda Belajar Bersama

527
Para peserta International Ursuline Youth Camp. [Dok.Gracia Duindrahajeng]

HIDUPKATOLIK.com Sekolah-sekolah Ursulin internasional berkumpul bersama untuk belajar tentang perbedaan dalam keragaman.

KEBANGGAAN dirasakan saat bisa ambil bagi sebagai service team yaitu kelompok yang bertugas melayani, mengatur, dan memimpin berlangsungnya acara International Ursuline Youth Camp (IUYC) 2018.

Hal ini juga yang dialami Bernadine, siswa kelas XII IPA Sekolah Ursula Serpong, Tangerang ini terlibat dalam IUYC yang berlangsung di Gunung Geulis Camp Area, Bogor, Senin-Jumat, 6-10/8.

Tahun ini, Indonesia mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah penyelenggaraan IUYC. Bernadine mengungkapkan, menjadi service team adalah kebanggaan baginya sebagai siswa. “Kami semua merasa bahwa ukuran kelancaran acara dapat diartikan sebagai adanya kaitan persaudaraan yang kuat di antara para peserta anggota komunitas Ursulin.”

Sebagai service team, setiap siswa harus melewati beberapa tahap seleksi. Dibutuhkan orang yang mampu melayani dengan tulus dan kuat dalam menghadapi tantangan, baik fisik maupun mental. Itu mengapa seleksi sangat diperlukan. “Hal ini agar tidak terjadi penyesalan di akhir oleh teman-teman yang hanya ingin melaksanakan tugas sebagai service team dengan setengah hati,” ujar Bernadine.

Acara kamping ini berhasil mengumpulkan 327 siswa-siswi Ursulin dan 72 pendamping dari beberapa negara yakni Indonesia, Taiwan, Jepang, dan Australia. Kegiatan ini juga diikuti enam guru Ursulin dari Polandia.

Satu Keluarga
IUYC merupakan ajang pertemuan dan kerja sama para pelajar, guru, dan pimpinan sekolah yang dikelola oleh Tarekat Santa Ursula. Kegiatan IUYC 2018 ini bertema Insieme in Diversity, “Kebersamaan dalam Keragaman”.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada kaum muda mengenai pentingnya menghargai dan menghormati keragaman dan perbedaan. Sr Agatha Linda Chandra OSU, Provinsial Ursulin Indonesia menjelaskan, kebersamaan ini terlihat dari para peserta yang berasal dari berbagai negara, suku, bahasa, dan latar belakang.

Kebersamaan para peserta akan menjadi satu kesatuan dalam keberagaman IUYC 2018. Alasan utama diadakannya kegiatan ini adalah kadang keragaman kerap dilihat sebagai ancaman. Keragaman kadang menjadi topik yang sensitif dan tabu untuk dibicarakan.

“Beragam dan berbeda dianggap sebagai hal yang dapat memicu konflik. Keunikan dan individualitas jadi sesuatu yang ditolak. Banyak individu yang terjebak dalam pemahaman moral bahwa keragaman dan perbedaan adalah sesuatu yang bertentangan,” ujar Sr Agatha.

Karena itu, dalam kegiatan Youth Camp ini, para peserta mengikuti serangkaian kegiatan.
Mereka akan ikut serta dalam pemaparan pendidikan, refleksi, dan presentasi atas hasil yang mereka wujudkan dalam program pemaparan pendidikan.

Kegiatan-kegiatan lain adalah kegiatan keagamaan, penampilan seni dan budaya, serta rekreasi berupa permainan tradisional dari setiap sekolah. Program-program ini akan memperlihatkan keragaman yang dimiliki oleh setiap peserta, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Kevin Kumala seorang pembicara pada hari ketiga mengatakan agar para peserta belajar mencintai lingkungan hidup. Karena itu beberapa kegiatan dibuat sebagai bentuk kecintaan terhadap lingkungan hidup. Para peserta terbagi dalam beberapa bagian untuk mengadakan kerja bakti untuk memungkut sampah non-organik di kampung-kampung di sekitar daerah Gunung Geulis.

Sementara itu Ketua IUYC 2018, Sr Francesco Marianti OSU mengatakan, kegiatan ini ingin menunjukkan bahwa kebersamaan bukan berarti harus menanggalkan keunikan dan individualitas.

Kegiatan IUYC ini justru ingin merayakan Insieme in Diversity. “Keduanya tetap harus ada. Kegiatan ini juga untuk memperkuat kerjasama antar Sekolah Ursulin yang hadir dalam IUYC.”

 

Gracia Duindrahajeng (Bogor)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini