HIDUPKATOLIK.com – Pesta Salib Suci; Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38; Flp. 2:6-11; Yoh. 3:13-17
SERING orang bertanya, apa ringkasan seluruh Injil? Jawabannya bisa dibaca pada Yoh. 3:16, yaitu bahwa “karena begitu besar Allah telah mengasihi (Yun. ēgapēsen) dunia (Yun. kosmos) ini, sehingga Ia telah memberikan (Yun. edōken) Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Oleh penginjil Yohanes, kata kerja ‘mengasihi’ (Yun. agapaó) dan ‘memberikan’ (Yun. didómi) diungkapkan dalam tense (waktu) aorist, menjadi masing-masing ēgapēsen dan edōken.
Dalam bahasa Yunani, tense aorist menunjukkan sebuah tindakan masa lampau, namun tetap memiliki wujud, akibat, dan dampak saat ini, dan untuk masa-masa mendatang. Dalam konteks penggunaan tense aorist untuk Allah yang “mengasihi dunia dan memberikan Anak-Nya yang tunggal”, maka karya Allah tidak saja sebagai karya lampau dalam Sejarah Keselamatan, tetapi juga dampaknya tetap ada sekarang dan masa depan.
Pada tahun 312-an, Kaisar Konstantinus Agung (272-337) menerima penglihatan berupa salib besar yang bercahaya dengan tulisan “in hoc signo vinces”, ‘dengan tanda (salib) ini engkau akan menang’, atau disingkat IHS.
Inilah inti hidup Kristiani: memenangi kosmos bukan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan kasih, yaitu “memberikan nyawa untuk para sahabat” (Yoh. 15:13), seperti Kristus “yang taat (kepada Bapa) sampai mati (Fil. 2:8). Itulah mengapa salib selalu menyertakan corpus, wajah konkret kasih yang tuntas.
Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia