Melepas Kriteria Manusiawi

204

HIDUPKATOLIK.com Pw. St. Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja; 1Kor. 8:1b-7,11-13; Mzm. 139:1-3,13-14ab,23-24; Luk. 6:27-38

LUK. 6:27-38 bicara tentang pertobatan hidup seorang Kristen. Sebelumnya, dalam relasi dengan sesama, yang dipakai adalah kriteria hak dan kewajiban, kini, ketika sudah berada dalam kesatuan dengan Yesus Kristus, yang menjadi ukuran adalah Rahmat Allah.

Melalui ukuran tersebut, perlakuan terhadap sesama kembali didasarkan pada kehendak Allah yang Maha Kasih dan Maha Murah. Tobat batin semacam ini sangat sulit. Apa lagi ungkapan (Yunani) yang dipakai Yesus pada ay.27-28, mengenai mereka yang melawan kita, sangat “menyengat”.

Echthros (musuh) adalah orang yang secara pribadi sangat membenci kita; miséō (membenci) adalah tindakan kesumat yang disertai keinginan untuk selalu terus menganiaya; kataraomai (mengutuk) artinya, memanggil kekuatan supranatural untuk mencelakakan lawan; epēreázō (mengancam) adalah mengintimidasi dengan memakai ancaman serta tuduhan terencana.

Tujuannya jelas, runtuhnya eksistensi hidup kita yang paling mendasar. Dari sisi hak dan martabat manusia, semua tindakan itu harus dilawan. Namun, Yesus minta untuk “mengasihi” atau agapáō, yaitu memberikan sikap kasih yang tidak berdiri sendiri, tetapi yang selalu meluas ke sesama yang lain.

Sikap itu harus didasarkan pada kesatuan dengan kehendak Allah bukan pada rencana pribadi.

 

Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini