In Memoriam Pastor John Tondowijoyo, Priyayi Penggemar Komunikasi dan Seni

647
[dok.fb.John Tondowidjojo]

HIDUPKATOLIK.com Pendidikan dan kemanusiaan menjadi topik besar dalam kehidupan Kartini dan 10 saudara kandungnya. Hingga kini, keturunannya konon meneruskan semangat yang sama, salah satunya adalah Prof Dr KRMT John Tondowidjojo Tondodiningrat, cucu RA Kartini dari kakaknya, Sosroboesono, yang kini menjadi seorang pastor di Paroki Kristus Radja, Surabaya dan meninggal dunia pada Rabu, 5/9 pukul 5.35 pagi tadi.

Adapun garis keturunan Kartini dicatat dengan baik dan rapi. Romo Tondo, panggilan akrabnya, dengan hati-hati membentangkan kertas selebar A2 yang berisi pohon silsilah dari generasi ke generasi.

“Nah, ini ada nama Kartini dan Eyang Sosroboesono. Segaris dari Prabu Brawijaya V,” kata Romo Tondo seraya menyusuri batang pohon cabang batang keluarga Kasepuhan Tjondronegoro. Adanya darah bangsawan itu membuat kehidupan Kartini sangat kental dengan adat istiadat budaya Jawa pada masa itu.

Untung, ayah Kartini, RM Sosroningrat, berpikiran terbuka. “Buktinya, Kartini dan adik-adiknya disekolahkan. Saat dipingit ya diberi guru. Saya tidak sempat mengenal mereka karena belum lahir, tapi sikap beliau selalu diceritakan jadi panutan,” ungkapnya.

Untuk anak-anak perempuannya, Sosroningrat mau memfasilitasi pendidikan, apalagi untuk anak-anak laki-lakinya. Akses pendidikan terbuka lebar untuk anak-anak priyayi, bahkan bisa mendapat beasiswa bersekolah di Belanda.

Salah seorang yang melesat adalah kakak kedua Kartini, Sosrokartono. Jejak pendidikannya cemerlang, menguasai 26 bahasa, dan menjadi wartawan pertama Indonesia yang meliput Perang Dunia.

“Kartini mengidolakannya, ingin sekolah ke Belanda, dan rajin menulis juga. Sayang, niat itu dihalang-halangi karena dia perempuan. Eyang Kartono juga idola saya,” cerita pemilik nama asli Johny Tondowidjojo tersebut. Gigih menimba ilmu bak bakat yang diturunkan dalam garis keturunan.

Tondowidjojo muda berangkat ke Italia setelah menyelesaikan pendidikan di Seminari Madiun dan Sekolah Tinggi Filsafat Surabaya (sekarang tidak ada). Dia mengambil studi teologia di Collegio Sale-Bignole, Jenewa, Swiss, kemudian memperdalam ethnologia (etnologisalah satu dari cabang ilmu antropologi, yang mempelajari berbagai suku bangsa dan aspek kebudayaannya, serta hubungan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya-red.) di Pontificia Universitas Urbaniana Roma, Italia. Dia juga mengambil studi musik di Centro Della Cultura, Venezia.

Romo Tondo bertolak ke Inggris untuk memperdalam studi tentang komunikasi, seni, dan media. Guru besar bidang komunikasi itu berkesempatan menimba ilmu di berbagai negara, seperti Irlandia, Amerika Serikat, dan Filipina. Dia juga terlibat riset di negara-negara Asia seperti Taiwan dan Tiongkok.

Meski capaiannya tergolong hebat, pastor di paroki Kristus Raja itu tidak mau membanggakannya. “Banyak saudara yang tinggal di Belanda dan Jerman, pintar dan sukses. Ada salah seorang profesor di IPB yang saudara saya juga,” jelas pria 84 tahun itu.

Apakah pendidikan yang tinggi dan ilmu yang berlimpah hanya disimpan sebagai sebuah capaian? “Tentu tidak. Keluarga kami ini broad-minded dengan pergaulan yang luas. Kebanyakan fokusnya pendidikan untuk ikut mencerdaskan bangsa,” bebernya.

Setiap tahun keluarga besar Kartini pasti bertemu meski tidak ada haul khusus dengan jadwal yang pasti. Keluarga besar Kartini, seperti yang disebutkan Romo mewarisi pemikiran broad-minded, menerima perbedaan dengan sangat toleran. “Islam, Kristen, atau apa pun tidak ada masalah bagi kami. Yang penting saling mengasihi,” tutur Romo yang juga gemar menulis itu.

[Dok.library.uc.ac.id/pemikiran-keturunan-kartini-prof-dr-krmt-john-tondowidjojo-tondodiningrat-keluarga-kami-broad-minded/]
Sumber: Jawa Pos, 21 April 2014. Hal, 18.


Biodata Pastor Tondowidjojo
Nama: Prof. Dr. K.R.M.T. John Tondowidjojo, CM
Tempat Tanggal Lahir: Ngawi, 27 September 1934
Alamat: Paroki Kristus Raja, Jl. Residen Sudirman, Surabaya

Riwayat Pendidikan:
– Filsafat, Sekolah Tinggi Filsafat Surabaya
– Studi Teologia, Collegio Sale- Bignole, Negroni, Genova, Italia
– Komunikasi intercultural ‘Ethnologia’, Pontificia Universitas Urbaniana, Roma, Italia

Spesialisasi :
– Musik untuk ‘Komposisi dan Dirigent’ di Centro della Cultura, Venezia, Italia
‘Communication, Art and Media’ di Trinity and All Saints College, Leeds University, Inggris
Intensive Job Training di bidang ‘Publishing’, di National Communication Centre, Dublin-Irlandia
Intensive Job Training di bidang ‘Visual Communication’, Selly Oak Colleges, Burmingham, Inggris
Intensive Job Training bidang ‘Radio, Televisi dan Film’, National Communication Centre, Hatch End, London, Inggris
Intensive Job Training bidang ‘Community Paper Journalism’ pada Communication Foundation for Asia , Manila, Filipina
Post-graduate study bidang ‘Interpersonal Communication and Public Relations’, Niagara University, Amerika Serikat
Post-Graduate study bidang ‘Human Resources Management’, World Trade Centre (WTC), Manhattan, Amerika Serikat
– Sejak tahun 1965 menjadi wartawan freelance di berbagai media cetak

Lembaga :
– Anggota UNDA / OCIC Indonesia (televisi, radio dan film)
Population Institute of the United Nations, U.S.A
– IPRA (International Public Relation Association), Geneva
International Journalist (UCIP) Geneva, Swiss dengan status Ambassador
– Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS)
Center for Business Ethics, U.S.A
– AMIC (Asian Media Information and Communication Center), Singapore
Pontificial Council for Culture, Vatican
– IFDO (International Federation for Training and Development Organization), U.S.A
– ISKI (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia)
– ASTD (American Society for Training and Development), U.S.A

Karier :
– Imam Katolik sejak 1963
– Pembina Sanggar Bina Tama, Surabaya

 

Guruh Dimas Nugraha (Surabaya Post, 9/12/2012)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini