HIDUPKATOLIK.com – Umat Katolik di Indonesia mendedikasikan Bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Beraneka ragam kegiatan jauh-jauh hari telah dirancang sedemikan rupa sehingga pada bulan ini, umat dari semua level benar-benar memalingkan mata dan perhatiannya pada Kitab Suci. Mulai dari mempersiapkan materi-materi tematis hingga melatih para pendamping di lingkungan/kring/stasi, paroki, kelompok kategorial, biara-biara, rumah-rumah pendidikan, seminari, dan lain-lain. Tujuannya, antara lain, agar firman Allah dalam Kitab Suci menyentuh mata iman setiap orang yang membacanya, agar umat lebih rajin membaca dan merenungkan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari.
Tahun ini, BKSN memfokuskan diri pada kemajemukan alias bagaimana mewartakan Kabar Gembira dalam atau di tengah kemajemukan. Sebuah tema yang amat relevan, signifikan, dan kontekstual dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia. Sejak diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa daerah, Kitab Suci makin mudah dipahami dan dimengerti oleh pelbagai kalangan, termasuk kalangan umat di pedesaan atau pedalaman. Begitupun sejak kursus-kursus Kitab Suci mulai digalakkan di paroki-paroki, kian banyak orang (non rohaniwan) yang mengakrabi Kitab Suci dan kian tertarik untuk melayani di lingkungannya. Sekadar contoh, sekolah-sekolah kursus evengelisasi pribadi mendapat respons positif di kalangan umat di Keuskupan Agung Jakarta. Pesertanya cukup beragam. Kelompok-kelompok yang mendalami Kitab Suci pun bertumbuh. Tak hanya di kalangan orang dewasa. Orang muda pun tak terkecuali.
Konsili Vatikan II, Dei Verbum (Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi), memang manganjurkan agar umat beriman tekun membaca Kitab Suci. “Begitu pula Konsili suci mendesak dengan sangat dan istimewa, semua orang beriman, terutama para religius, supaya dengan seringkali membaca kitab-kitab ilahi memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus (Flp 3:8). Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus. Maka, hendaklah mereka dengan suka hati menghadapi nas yang suci sendiri entah melalui liturgi suci yang sarat dengan sabda-sabda ilahi, entah melalui bacaan yang saleh, entah melalui lembaga-lembaga yang cocok untuk itu serta bantuan-bantuan lain, yang berkat persetujuan dan usaha para Gembala Gereja dewasa ini tersebar di mana-mana dengan amat baik” (Artikel 25).
Pelbagai upaya yang dilakukan untuk menyemarakkan BKSN baik di level keuskupan maupun level paroki/stasi pantas kita sambut dengan gembira. Ada yang menggelar seminar, festival, talk show, workshop, lomba lektor-lektris, family Bible, dan lain-lain. Semua aktivitas itu bertujuan untuk mengakrabkan umat dengan Kitab Suci sesuai dengan ajakan bapa-bapa Gereja. Kita tidak bisa pungkiri. Masih begitu banyak umat yang belum pernah membaca atau bahkan memegang Kitab Suci. Kita Suci masih asing. Kalau pun sudah punya, Kitab Suci dijadikan pajangan atau disimpan rapi di almari.