Mgr. J.Pujasumarta dalam Kenangan yang Menginspirasi

768

HIDUPKATOLIK.com Ada begitu banyak orang yang merasakan kasih dalam pelayanan beliau. Tak heran bila ribuan hadir dalam pentahbisan beliau sebagai Uskup Keuskupan Bandung, pun saat menjadi Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS).

Demikian pula ketika beliau berpulang menghadap Bapa, berduyun-duyun orang mengantar. Pada peringatan 1000 hari wafatnya, Mgr. Puja dikenangkan beberapa kali.

Perayaan Ekaristi pertama pada Jumat, 3/8, dipersembahkan oleh mantan Vikaris Jendral KAS, Pastor Sukendar di rumah keluarganya di Kalitan Solo.

Sementara Misa nyewu (seribu hari-red.) yang kedua pada Minggu, 5/8 dipimpin oleh Pastor Ismartono, SJ, kakak kandungnya di gereja Purwosari. Pada hari itu, di semua paroki di wilayah KAS, peringatan seribu hari Mgr Puja turut dijadikan sebagai ujud misa.

Misa ketiga peringatan Mgr Puja diadakan pada Senin, 6/8, dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyanto di Katedral Semarang. Umat yang datang tidak hanya dari kota Semarang.

Selain sharing dari Mgr Rubi, umat turut mendengar kisah pengalaman terdahulu wakil umat, wakil teman di Seminari Kentungan, wakil para ibu dan wakil Suster. Semua mengungkapkan betapa almarhum Mgr Puja memberi perhatian kepada umatnya, sehingga mereka memperoleh inspirasi dalam menghayati iman mereka.

Terakhir pada Selasa, 21/8, perayaan Ekaristi untuk mengenang Mgr. Puja, dilangsungkan di Seminari Tinggi Kentungan, dipimpin oleh Pastor Vikaris dan mantan Sekretaris Jendral KWI Jendral KAS, Pastor Eddy Purwanto yang pada awal misa sempat menyampaikan bahwa Mgr. Robertus Rubiyanto berhalangan hadir karena sedang bertugas di Jakarta.

Ada dua puluh imam yang tergabung sebagai konselebran, antara lain Uskup Emeritus Ketapang Mgr Blasius Pujaraharja; Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Yogyakarta, Pastor Matheus Djoko Setya Prakosa; Pastor Martasujita, dan Pastor Purwatmo.

Dalam kotbahnya di Seminari Tinggi Kentungan ini, Pastor Eddy yang telah mengenal Mgr Puja sejak masih menjadi seminaris di Mertoyudan, menekankan bahwa Mgr Puja adalah seorang pembelajar sejati, dalam berkarya Mgr Puja selalu masih mau belajar, dia juga seorang yang rendah hati, mau mendengarkan, memberi dukungan kepada rekan kerjanya, menyampaikan harapan kepada mereka yang sedang dalam kesulitan, memberi kepercayaan dan tidak pernah menarik kembali kepercayaan yang pernah diberikan, sabar mendampingi, menunjukkan arah dan selalu menemani sebagai sahabat.

Misa telah dirayakan, namun berpisah dari orang yang sungguh berarti bagi kita, tentu memiliki kenangan yang sedemikian mendalam. Kenangan itu, apabila hanya disimpan dalam hati masing-masing akan berlalu bersama lalunya para pengenang. Namun bila dituliskan dalam sebuah kenangan, bisa berarti dalam waktu lebih lama dan bermanfaat bagi lebih banyak orang.

Dalam rangka mengenang 1000 hari kita berpisah dari Mgr. Puja, Percetakan Kanisius Yogyakarta telah menerbitkan dua buah buku yang ditulis oleh orang-orang yang bersyukur karena memperoleh berkat melalui kasih yang diberikan oleh Mgr. Puja semasa hidupnya.

Buku pertama mengambil judul “Gembala Sejarah, Catatan Kehidupan Yohanes Maria Trilaksyanta Pujasumarta” sesuai nama buku harian Mgr. Puja saat menjalani pendidikan di Seminari (1968 – 1977) yang merekam berbagai segi kehidupannya: kebahagiaan, kekecewaan, kesedihan, iman, harapan, impian, dan berbagai hal yang mewarnai kehidupannya sebagai catatan paling pribadi menggambarkan kehidupannya secara otentik.

Didukung dengan cukup banyak foto, buku pertama ini membawa pembaca ke pemahaman yang lebih mendalam mengenai latar belakang, situasi, dan dasar pemikiran karya pelayanan Mgr. Puja, mulai sejak masa pendidikan sebagai pastor hingga menjadi uskup di dua Keuskupan, hingga wafatnya.

Buku setebal 560 halaman ini disusun dan diberi bingkai makna oleh Paulus Widyawan Widhiasta, yang merupakan persembahan rasa syukur keluarga besar keturunan Hubertus dan Agnes Pudjosumarto atas kasih karunia Tuhan yang berlimpah, sekaligus dihaturkan sebagai kenangan kepada sanak keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Buku yang kedua berjudul “Menghidupi Teologi Berkah Bersama Mgr. J. Pujasumarta” ditulis oleh Pastor Y. Gunawan, Pr. Buku setebal 452 halaman ini juga memuat tulisan kakak adik dan sahabat-sahabat, termasuk tulisan Prof Sumanto al Qurtuby, teman dialog Mgr. Puja.

Pada pokoknya, buku tersebut berisi biografi perjalanan hidup Mgr. J. Pujasumarta, gagasan pastoral dan kepemimpinan Mgr. Puja dan kenangan penuh kasih dari keluarga dan sahabat.

Dalam kenangan banyak orang, Mgr. Puja adalah sosok yang sederhana, lembut hati, visioner bersemangat, penuh perhatian atau ngemong, peduli teman, dan peka terhadap perkara-perkara rohani.

Sesuai motto tahbisan uskupnya, Mgr. Puja selalu berusaha bertolak ke tempat yang dalam, tidak merasa cukup dengan yang nampak lahir semata. Hal-hal tersebut menjadi kentara pada gagasan pastoral yang beliau jadikan sebagai dasar penggembalaan di keuskupan yang sekaligus menjadi ladang pelayanannya.

Buku yang kedua ini menjadi buku yang hasil penjualannya akan dipersembahkan untuk pendidikan imam diosesan di KAS. Kedua buku tersebut saling melengkapi dan memberi gambaran yang semakin utuh mengenai pribadi Mgr. Puja.

Saya mengenal Mgr. Puja sejak beliau menjabat Vikjen KAS, namun komunikasi kami hanya sebatas ponsel dan beberapa kali perjumpaan. Melalui kedua buku ini saya tiba-tiba mengenal Mgr. Puja secara lebih lengkap.

Dari demikian banyak karya yang dikerjakan, beliau juga turut memperhatikan mereka yang difabel yaitu mereka yang berkebutuhan khusus. Tidak salah kiranya bila sekarang saya mengucap, “Doakan kami, romo Puja”, ketika saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat untuk komunitas kami –Komunitas Rahmat Pemulihan- yang memberi perhatian kepada mereka yang berkebutuhan khusus di Jakarta.

Puji syukur untuk adanya kedua buku ini, yang satu berhalaman muka gambar Mgr Puja dengan tongkat Keuskupan Bandung, tempat pertamanya. Dan yang kedua, Mgr Puja sedang memegang tongkat Keuskupan Agung Semarang. Buku-buku ini yang sangat memberi peneguhan dan inspirasi.

 

Margareta Ibnurini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini