HIDUPKATOLIK.com – BERGULAT di dunia pendidikan pertama-tama perlu meletakkan hati di sana. Itulah pesan Romo Mangun yang begitu kuat ditangkap oleh G. Kriswanto, Pr, editor buku kumpulan sharing guru dan karyawan di SD Mangunan Sleman, Yogyakarta, lembaga pendidikan yang diprakarsai Romo Mangun.
Buku Secangkir Teh Hangat terbagi dalam tiga bagian: “Spirit Romo Y.B. Mangunwijaya”, “Memberikan Hati dalam Karya” dan “Berbagi Spirit”. Buku ini adalah tulisan Romo Kriswanto tentang pengalaman guru DED bersentuhan dengan para siswa.
Pada bagian “Spirit Romo Mangunwijaya” diungkapkan kata-kata motivasi bagi guru maupun karyawan DED, yakni jangan katakan “tidak bisa” tetapi katakan “belum bisa” terhadap suatu tugas baru.
“Belum bisa” mengandung arti ada suatu keinginan untuk berusaha dan belajar untuk bisa dan pada waktunya menjadi benar-benar bisa. Bagian kedua mengisahkan pengalaman-pengalaman guru bersentuhan dengan para murid yang sungguh mengubah hidup baik guru maupun siswa.
Misalnya kisah seorang guru yang mendampingi seorang murid berkebutuhan khusus. Guru mesti mengenal karakteristik dan keadaan anak yang didampingi, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Kita tidak bisa meninggalkan mereka, harus merangkul mereka agar bisa bersama dengan teman-teman yang lain.
Pendekatan yang digunakan oleh guru dan murid adalah pendekatan yang memungkinkan guru dan murid sama-sama belajar. Hal ini bisa mewujudkan insan-insan pembelajar sepanjang hidup.
Mendidik adalah perkara menyentuh hati. Pengawas menyentuh hati kepala sekolah, kepala sekolah menyentuh hati guru, guru menyentuh hati murid. Peran orangtua dan guru dalam mendidik adalah membantu anak mengalami sentuhan hati. Dengan sentuhan hati,
anak merasa memiliki teman dan sahabat dalam perjalanan hidup yang membentang di hadapan mereka.
Banyak tantangan dan persoalan yang dialami para siswa dan memerlukan hati para pendidik. Meletakkan hati berarti menggunakan perasaan, jiwa, seluruh aspek cita rasa dan
kehendak, bukan hanya spekulasi logis akal budi atau pikiran.
Asumsi saja tidak nyata dan sering keliru. Pikiran saja tidak memadai untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul. Tetapi hati saja juga tidak cukup untuk menjadikan orang dewasa yang cerdas dan punya hati.
Untuk itu pengalaman-pengalaman hidup penting untuk direfleksikan berdasarkan akal budi dan hati nurani. “Jadilah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat 10:16). “Di mana hati di letakkan, di situlah proses belajar dan maju mulai,” demikian pesan Romo Mangun yang menjadi spirit para guru DED.
Judul Buku : Secangkir Teh Hangat dari DED
Penulis : G. Kriswanta, Pr
Penerbit : Kanisius, 2016
Tebal : 180 halaman
Elisabeth Sri Hartati