St François de Laval de Montmorency MEP : Bapa Gereja Kanada

330
St François de Laval de Montmorency MEP.
[Alchetron.com]

HIDUPKATOLIK.com – Berkat didikan Jesuit, ia menggantung mimpi menjadi misionaris. Semangat dan teladan hidupnya menjadi jalan menuju Takhta Keuskupan Québec, Kanada. Kisah heroik uskup pertama Québec ini melegenda hingga kini.

Kapal kayu terombang-ambing di tengah Samudra Atlantik. Pelayaran dari La Rochelle, Perancis menuju Kanada itu terjadi pada 13 April-16 Juni 1659. Kapal ini membawa Vikaris Apostolik New France (kini: Québec), Mgr François de Laval de Montmorency MEP. Pada hari pertamanya di tanah misi, Mgr de Laval langsung membaptis seorang anak Suku Huron, dan menerimakan Sakramen Minyak Suci pada seseorang dalam sakratul maut. Di kemudian hari, ia juga mempermandikan Kepala Suku Iroki.

Pengalaman berjumpa langsung dengan bangsa Indian itu termaterai dalam benaknya. Namun, ia pun harus menghadapi maraknya arus peredaran minuman keras (miras) di daerah koloni Perancis sejak 1608 itu. Kebiasaan mengkonsumsi miras sudah menjamur di kalangan orang pribumi. Cukup dengan menukar bulu binatang, mereka sudah bisa membawa pulang miras.

Mgr de Laval minta agar penjualan miras pada bangsa Indian dihentikan. Pemerintah tak menggubris seruan sang uskup. Para distributor justru kian menggila dalam bisnis haram ini. Mgr de Laval tetap konsisten menyerukan agar pemerintah segera mengeluarkan undang- undang pelarangan miras. Merasa diabaikan, ia mengambil langkah tegas. Tiap umat Katolik yang masih nekad menjual miras pada orang pribumi, kena hukuman ekskomunikasi! Tanpa kompromi, ia pun menggelar aksi unjuk rasa di jalanan. Ia mengarak drum miras dan berorasi agar penjualan miras pada orang Indian dihentikan.

Usai berjibaku dalam proses panjang nan rumit, melelahkan sekaligus menggentarkan, usahanya berbuah manis. Pada 24 Mei 1679, Mgr de Laval didukung pihak Kerajaan Perancis. Akhirnya segala bentuk penjualan alkohol pada orang Indian dilarang!

Tunas Misioner
De Laval lahir di Montignysur- Avre, Perche (kini: Eure-et-Loir), Perancis, 30 April 1623. Ia masih berdarah aristokrat Perancis pasangan Hugues de Laval dan Michelle de Péricard. Ayahnya merupakan keturunan bangsawan Montmorency; dan ibunya dari keluarga Kerajaan Normandy, Perancis. De Laval ialah anak ketiga dari delapan bersaudara. Mereka tumbuh dalam balutan kesederhanaan dan menyatu dengan masyarakat.

Praktik hidup rohani dan kesalehan kristiani tumbuh dalam keluarga ini. Sang bunda menjadi contoh bagi buah hatinya. Ia mengisi rutinitas hariannya dengan doa, kunjungan orang sakit, dan giat beramal. Keteladan sang bunda begitu lekat dalam hati de Laval. Semangat itu terus menyala dan menjadi landasan karya pelayanannya di kemudian hari. Begitupun pada dua adiknya, yang kelak menjadi seorang rahib Benediktin dan seorang lagi bergabung dalam Kongregasi Suster Sakramen Mahakudus –salah satu tarekat hasil reformasi Dominikanes.

De Laval tumbuh sebagai pribadi saleh, murah hati, dan cerdas. Sejak kecil, ia sudah berkenalan dengan para Jesuit. Tahun 1631, menginjak usia delapan tahun, ia diarahkan oleh para Jesuit untuk belajar di La Flèche. Selama studi, informasi karya misi para Jesuit di tengah Suku Huron Kanada membanjiri benaknya. Kisah para misionaris Jesuit ini membakar semangat rasulinya. Tak heran, tunas panggilan hidup religius seolah menemukan tanah subur dalam dirinya. Jejak St Fransiskus Xaverius (1506-1552), yang menjadi nama baptisnya, menjadi pupuk atas tunas panggilan yang mulai bersemi.

Geliat Panggilan
De Laval sempat diterpa kegalauan kala sedang mengukir mimpinya menjadi seorang misionaris. Tahun 1936, ayahnya meninggal. Peristiwa ini sempat menggoncang ekonomi keluarga. Meski didera duka mendalam, ia berjuang menuntaskan studi di La Flèche pada usia 19 tahun. Lagi-lagi ia harus berkubang dalam kedukaan. Dua kakaknya menyusul kepergian sang ayah secara mendadak.

Cita-citanya menjadi misionaris nyaris menguap kala sang ibu memintanya kembali ke rumah dan mengurus keluarga. Maklum, de Laval saat itu menjadi anak lelaki tertua dalam keluarga. Ibunya sempat minta dukungan familinya: Uskup Évreux Perancis, Mgr François de Péricard (1613-1646). Sang ibu mohon agar Bapa Uskup membujuk de Laval untuk pulang dan mengurus keluarga. Akhirnya, de Laval minta adiknya, Jean-Louis de Laval untuk menggantikan peran dan tanggung jawabnya dalam keluarga. Dan, tanggung jawab itu pun beralih ke pundak si adik.

Kegoncangan dalam keluarga teratasi. De Laval bisa melanjutkan mengejar impiannya. Pada 1 Mei 1967, ia ditahbiskan sebagai imam Diosesan Évreux. Tugas perdananya ialah memperbaiki sistem administrasi paroki dan berkarya di bidang sosial. Ia melayani orang sakit dan miskin, serta melibati berbagai karya amal. Di celah rutinitas karya, mimpinya merasul di tanah misi terus membuncah.

Tahun 1654, de Laval memutuskan untuk mundur dari semua tugas yang diembannya. Ia menarik diri ke Caen, Perancis; dan tinggal di sebuah rumah retret milik Jean de Bernières de Louvigny. Selama tiga tahun, ia berkanjang dalam doa dan matiraga. Selain itu, ia dipercaya untuk mereformasi tata hidup sebuah biara yang mulai kendor. Beberapa biara suster memintanya untuk menjadi pembimbing rohani mereka.

Karya Laval mendulang pujian dari Uskup Bayeux, Perancis, Mgr François de Servien (1654-1659). Sang uskup menyebutnya sebagai seorang imam yang amat saleh, bijaksana dan terampil dalam menangani masalah, serta mumpuni secara manajerial.

Uskup Perdana
Teladan hidup serta kontribusinya untuk kemajuan umat dan kaum religius menghantar de Laval sebagai salah satu calon Ordinaris Gereja di Kanada. Kala itu, daerah misi Québec yang telah dibuka sejak 50 tahun terakhir sama sekali belum memiliki Ordinaris Wilayah. Kegiatan rohani di sana disesuaikan dengan keyakinan yang dianut kaum penjajah.

Tahun 1646, Keuskupan Agung Rouen Perancis secara resmi menangani kehidupan Gereja di Kanada. Itupun karena tekanan bertubi-tubi dari Takhta Suci. Namun, pengakuan yurisdiksi Misi Kanada ke dalam Keuskupan Agung Rouen itu dirasa tak efektif sama sekali. Uskup Agung Rouen Mgr François de Harlay de Champvallon (1615-1651) hanya melayani umat sejauh ada imam yang mau bermisi ke sana.

Dalam perundingan antara Takhta Suci dengan Jesuit yang membuka Misi Kanada, de Laval ditunjuk sebagai Vikaris Apostolik New France, Kanada. Pada 11 April 1658, Paus Alexander VII (1655-1667) mengangkat de Laval sebagai Uskup Tituler Petra in Palaestina. Ia ditahbiskan sebagai uskup oleh Nunsius Apostolik untuk Perancis, Mgr Celio Piccolomini (1556-1563), 8 Desember 1658 di Gereja Biara Saint-Germain-des- Prés. Selang setahun, mimpi de Laval untuk bermisi ke Kanada pun menjadi kenyataan.

Di tanah misi, Mgr de Laval menyiapkan dan mendidik para imam lokal. Ia membuka Seminari Québec dengan delapan seminaris Perancis dan enam Indian pada 26 Maret 1663. Ia berjuang mengatasi kekurangan tenaga pendidik dan biaya hidup harian. Segera usaha ini ditanggapi dengan kedatangan misionaris Praja asal Perancis (MEP) ke Kanada.

Paroki-paroki pun mulai didirikan dan ditata secara administratif. Tak disangka, de Laval menghibahkan warisan keluarganya bagi karya misi. Ia tak segan minta dana dari Raja Perancis, Louis XIV (1638-1715). Kala Vikariat Apostolik New France ditingkatkan menjadi Keuskupan Québec, 1 Oktober 1674, Paus Klemens X (1670-1676) mengangkat de Laval sebagai uskup pertamanya.

Sejak 1707, kesehatannya mulai melemah. Konon de Laval menderita maag akut. Pada 6 Mei 1708, ia wafat. Kegigihan perjuangannya begitu melegenda di tengah orang Kanada. Ia dijuluki sebagai Bapa Gereja Kanada. Berkat heroisme dan kesalehan hidupnya Paus Yohanes XXIII (1958-1963) menggelarinya Venerabilis, 28 Februari 1960. Lalu Paus Yohanes Paulus II (1978-2005) membeatifikasinya pada 22 Juni 1980. Akhirnya mahkota Santo diberikan padanya oleh Paus Fransiskus pada 2 April 2014. Gereja memperingati pestanya tiap 6 Mei.

Yanuari Marwanto

HIDUP NO.19, 11 Mei 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini