Menjadi Agen Anti Hoax

110
Nurfahmi Budiarto dan Afwan Purwanto, narasumber pelatihan dasar bertema “Hoax Busting and Digital Hygiene" pada Jumat, 27/7 di Hotel Grand Cemara, Jakarta. [HIDUP/Antonius Bilandoro]

HIDUPKATOLIK.com SURVEI tahun 2017 yang dilakukan Teknopreneur dan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menunjukkan bahwa komposisi terbanyak pengguna internet ada di Jawa sebanyak 58 persen. Sisanya sebanyak 42 persen tersebar di pulau dan provinsi lain di luar Jawa.

Di Indonesia tercatat sejumlah 143,26 juta orang yang terhubung dengan internet. Ini berarti setengah lebih penduduk Nusantara sudah terhubung dengan dunia maya. Data ini terungkap dalam workshop yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Hotel Grand Cemara, Jakarta, 27/7.

“Kondisi ini memungkinkan penyebaran informasi menjadi semakin cepat”, ungkap Nurfahmi Budiarto. Namun, kecepatan dan kemajuan teknologi ini menjadikan cukup banyak orang dengan mudah termakan berita sesat alias hoax.

Untuk itu, setiap orang harus hati-hati dalam menyikapi setiap berita. “Hidup di zaman ini harus memiliki kecerdasan literasi, yaitu kemampuan untuk membedakan mana berita yang benar dan mana yang hoax,” ujar trainer jurnalistik dengan sertifikat Google ini.

Pembicara lain, Afwan Purwanto menjelaskan, tentang “mis-disinformasi”. Dengan banyak belajar dan mengamati berita yang beredar di media sosial, maka seseorang akan dengan mudah dalam membedakan antara “mis-informasi” dan “dis-informasi”. Disinformasi adalah informasi salah yang sengaja dibagikan untuk kepentingan tertentu.

 

Antonius Bilandoro

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini