Sylvia Efi Widyantari Sumarlin : Pengusaha Dunia Maya

1505
Sylvia Efi Widyantari Sumarlin.
[HIDUP/Aprianita Ganadi]

HIDUPKATOLIK.com – Perempuan ini memperjuangkan teknologi internet agar semakin dikenal dan dijangkau masyarakat luas. Dua tahun lalu, ia dipercaya sebagai Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Sejak 1995, Sylvia Efi Widyantari Sumarlin gigih berusaha memperkenalkan internet yang kala itu belum dikenal masyarakat Indonesia. Bersama sang suami, ia pun mendirikan perusahaan layanan jasa internet. Efi yang lahir di Jakarta pada 19 November 1963 ini juga mendorong dan memberi pelatihan kepada para imam agar kenal dan mampu menggunakan jaringan internet sebagai sarana pastoral. Ia membuat jaringan internet untuk beberapa keuskupan di Indonesia, seperti Keuskupan Agung Jakarta dan Keuskupan Ketapang di Kalimantan Barat.

“Waktu itu modal nekad saja. Tapi ternyata, sekarang kemajuan internet sangat pesat, apalagi ditambah kehadiran media sosial. Orang sudah bisa menggunakan email, chating, dan yang lain,” ujar Efi saat ditemui beberapa saat yang lalu.

Jual es mambo
Efi lahir sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Johannes Baptista Sumarlin dan Theresia Yustina Sudarmi. J.B. Sumarlin, ayahnya, pernah menjabat sebagai menteri dalam kabinet yang dipimpin Presiden Soeharto. Tapi, nama besar sang ayah tak membuat Efi besar kepala. Ia selalu diajarkan hidup sederhana, adil, dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan.

Pada usia enam tahun, Efi hijrah ke Amerika Serikat. Ia ikut sang ayah yang sedang menyelesaikan studi doktoral. Selama tinggal di Negeri Paman Sam, Efi belajar berani dan mandiri. Tak lama, ia pulang ke tanah air. Efi melanjutkan belajar di Sekolah Dasar St Theresia. Kala itu, sang ayah diangkat menjadi Menteri Keuangan RI periode 1988-1993. Ayahnya berjanji, jika ia sukses, tidak boleh ada anggota keluarga yang hidup miskin. Maka, Sumarlin kemudian menghidupi beberapa keponakan dan mengajak mereka tinggal bersama di rumahnya. Efi pun harus berbagi rumah dengan 15 saudaranya. Efi pun memiliki baju, perlengkapan sekolah, dan sepatu yang sama dengan 15 saudaranya itu. Sebagai seorang anak menteri, ia kerap dicibir teman-temannya, lantaran baju dan sepatunya sangat sederhana. “Saya juga tidak bisa membeli baju baru, karena orangtua yang tidak memberi uang saku,” kisahnya diiringi senyum.

Akan tetapi, Efi kecil tidak kehabisan akal. Ia mencoba mencari uang saku sendiri. Di rumah, siapa saja yang berulang tahun akan diberi hadiah sama, yakni sepuluh buku tulis. Tak heran, banyak buku tulis menumpuk di rumah. Efi pun iseng. Ia mengumpulkan buku tulis itu dan menjual kepada teman-temannya. Hasilnya, bisa dipakai membeli baju dan kaos kaki baru. “Waktu itu, kalau teman-teman saya mau beli buku tulis boleh berhutang, tapi syaratnya saya minta nomor telepon orangtuanya. Jadi jika tidak bayar, saya akan menelpon orangtua mereka,” kenang ibu dua anak ini.

Tak berhenti di situ. Efi juga berjualan pulpen, es mambo, dan kaos. Kian hari, bisnis kecil-kecilan ini berbuah manis. Efi memiliki uang saku sendiri. Namun, usaha ini tak berjalan lama. Efi tak bisa melanjutkan berjualan lagi. Suatu hari, ada orangtua temannya datang ke rumah untuk membayar hutang anaknya. Tapi, orangtua itu bertemu dengan ibunya. “Ibu marah besar, karena tau saya jualan. Ibu sempat tidak percaya. Masak anak menteri jualan,” kisah umat Paroki St Theresia Menteng Jakarta Pusat ini, lalu tertawa.

Usaha internet
Setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama, tanpa restu orangtua, Efi melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat. Lantaran tak mendapat restu, sang ayah membuat kesepakatan dengan Efi. Isi kesepakatan itu, jika dalam tiga bulan Efi tak betah tinggal di Amerika, ia boleh pulang ke Jakarta, tapi tidak akan disekolahkan lagi. Tantangan inilah yang membuat semangat Efi kian terpacu. Ia giat belajar dan berhasil menjadi salah satu lulusan terbaik.

Usai lulus dari bangku sekolah menengah atas, Efi melanjutkan pendidikan strata satu ekonomi di Syracuse University Amerika Serikat. Kemudian, ia meneruskan studi pasca sarjana jurusan ekonomi serta hubungan internasional di kampus yang sama.

Saat melamar kerja, Efi diterima bekerja di perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi. Di tempat inilah, ia jatuh cinta pada dunia teknologi informasi. Pada 1993, Efi bersama sang suami, Rudy Hari pulang ke Indonesia. Dua tahun kemudian, ia memutuskan menjadi pengusaha dengan mendirikan perusahaan jasa layanan internet, PT Dyviacom Intrabumi, yang lalu menjadi PT Core Mediatech (D-Net). Efi pun didapuk menjadi direktur utama dari perusahaan ini.

Efi berkisah, mula-mula masyarakat amat sulit menerima keberadaan jaringan internet. “Awalnya, usaha ini susah sekali, karena jasa ini tidak ada barang yang nyata. Jika orang bertanya, saya susah njelasin. Tapi, saat itu, saya yakin, pasti ada hasilnya,” tandas perempuan yang kini bergabung sebagai Tenaga Ahli Telematika Bidang Forensic and Device Security Kementerian Pertahanan RI.

Efi amat yakin, dunia teknologi informasi di Indonesia akan semakin berkembang pada masa yang akan datang. Maka, ia mengajak orang muda untuk menekuni bidang ini. “Orang muda Indonesia amat berbakat dalam bidang teknologi informasi,” ujar Ketua Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) ini.

Sylvia Efi Widyantari Sumarlin

TTL : Jakarta, 19 November 1963
Suami : Rudy Hari
Anak : Giacinta Puteri Hari, Kea Adinda Hari

Pendidikan:
• Sarjana Ekonomi Syracuse University, Amerika Serikat
• Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Syracuse University, Amerika Serikat
• Pasca Sarjana Hubungan Internasional, Syracuse University, Amerika Serikat

Pekerjaan:
• Direktur Utama Xirka Silicon Technology (2008-sekarang)
• Direktur Utama PT Core Mediatech/ D-Net (2007-sekarang)
• Direktur Utama PT Xirka Wimax Chipset (1999-sekarang)
• Tenaga Ahli Telematika Bidang Forensic& Device Security Kementrian Pertahanan RI (2013-sekarang)

Organisasi:
• Dewan Teknologi Informatika Nasional (2014-2017)
• Ketua Komite Tetap Network Security and Cyberspace Technology pada Kamar Dagang dan Industri Indoenesia-Kadin (2013-2015)
• Ketua Federasi Teknologi Informasi Indonesia (2012-2019)
• Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2012-2013)
• Anggota Dewan Profesi Asosiasi Masyarakat Telematika (2009-2014)

Aprianita Ganadi

HIDUP NO.23, 8 Juni 2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini