Komunitas We Care the Elderly : Menjawab Sepi Para Lansia

550
Anggota komunitas We Care the Elderly.
[HIDUP/Willy Matrona]

HIDUPKATOLIK.com – Banyak lansia kurang beruntung. Mereka terjebak dalam kesepian dan kurang perhatian. Komunitas We Care the Elderly hadir membebaskan mereka dari ragam duka ini.

Martina Yusana Miharja tak menyangka bisa menikmati pemandangan di Taman Impian Jaya Ancol. Di usia senjanya, Oma Martina bisa merasakan sajian hiburan di Ancol. Semua ini berkat Komunitas We Care the Elderly. “Kegiatan ini membuat kami punya semangat hidup. Beberapa dari kami mungkin memiliki masalah akhirnya memiliki semangat kembali,” ujar Martina tersenyum puas.

Martina tidak sendiri. Bersama puluhan lansia lainnya, mereka mengadakan kunjungan outdoor ke Ancol pada Minggu, 05/6. Anjangsana Komunitas We Care bersama para lansia ini bertajuk “Menemukan Kasih Allah Melalui Fauna”. Mereka memulai rekreasi ini dengan berkumpul di Fauna Land untuk menyaksikan berbagai jenis binatang. Mereka bisa melihat lebih dekat harimau putih, orang utan, dan sirkus interaksi burung. “Kegiatan ini sangat menghibur. Kami sangat menikmati setiap rangkaian kegiatan,” tambah Martina.

Komunitas Rindu
Christina Eny Untarsih, pembina Komunitas We Care mengungkapkan kegiatan outdoor ini ingin memberi suasana baru bagi lansia. “Kami mengajak lansia mengelilingi sungai, melihat fauna dan menumbuhkan rasa syukur bagaimana Allah menciptaakan fauna ini.” Eny melanjutkan, We Care menaruh perhatian terhadap para lansia. Dan kegiatan serupa terus dilakukan agar memberi hiburan tersendiri bagi lansia di masa senja mereka.

Sementara itu, Ketua Komunitas We Care, Bing Budiman menceritakan soal awal terbentuknya komunitas ini. Kata Budiman, demikian dirinya disapa, komunitas ini terbentuk dari grup WhatsApp (WA) di Komunitas Maria Advocata. “Sebagian besar dari kami merupakan anggota komunitas Maria Advocata. Lalu kami membuat grup yang fokus pada lansia.”

Budi menjelaskan bahwa ide awalnya lahir Komunitas We Care dari Suspended Coffee Italia. Ada tradisi unik untuk membantu orang tidak mampu di Napoli, Italia. Tidak melulu uang tetapi memberi perhatian kepada yang homeless. Tidak ada batasan seberapa banyak yang kita ingin sumbangkan. Caranya tinggal membeli beberapa kopi di kafe yang mendukung program ini.

Lewat ide melayani lewat secangkir kopi, Budi bersama rekan-rekan yang bergabung di grup WA kemudian menemukan cara unik dalam melayani. Mereka ingin memberi perhatian kepada orang yang susah, tidak punya harapan, dan kehilangan kegembiraan. Meski pada tahap ini belum ada kesepakatan pelayanan seperti apa.

Lewat berbagai diskusi dan masukan dari anggota, kemudian lahirlah kesepakatan untuk fokus melayani kepada para lansia. Kategori lansia tentu bermacam-macam. Ada lansia dari keluarga kurang mampu dan ada juga yang kaya. “We Care lebih menjaring pelayanan kepada lansia yang berasal dari keluarga kurang mampu,” ujar Budi.

Berbicara soal kegiatan, Eny menambahkan, sejak berdiri tanggal 11 Oktober 2015, We Care telah melakukan beberapa kegiatan terkait pelayanan terhadap lansia. Sayangnya komunitas ini belum resmi menjadi komunitas kategorial di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Saat ini, para pemimpin dalam proses mengajukan permohonan kepada Pastor Andang Listya Binawan SJ selaku Vikaris Episkopal sekaligus moderator komunitas-komunitas kategorial di KAJ.

“Kami berharap dalam pertemuan nanti dengan Pastor Andang, program-program khusus pelayanan terhadap lansia dapat menjadi ide segar dalam karya pelayanan kami. Sebab menjadi kelompok kategorial di KAJ adalah kerinduan kami untuk semakin bersemangat melayani. We Care tidak saja fokus pada pelayanan lansia di panti wreda tetapi juga di lingkungan lintas paroki,” bebernya.

Totalitas Pelayanan
Budi mengatakan sebagian besar anggota komunitas adalah para pekerja yang sibuk dengan bisnis dan pekerjaan masing-masing. Tidak saja orang tua, beberapa anak muda mau terlibat dalam komunitas ini. “Mereka memilki daya pikat terhadap lansia. Dengan semangat itu mereka bahkan meluangkan waktu di sela-sela pekerjaan mereka.”

Tentu tantangan utama hidup di perkotaan adalah bagaimana menyisihkan waktu. Sebagian besar anggota memiliki kesibukan masing-masing tetapi mereka selalu memberi diri untuk pelayanan. Semangat ini tentu berdasar karena spiritualitas We Care adalah spiritualitas Ad Maiorem Dei Gloriam, ‘Untuk Keagungan Allah yang lebih besar’. Semangat ini diwariskan dari semboyan St Ignatius Loyola, pendiri Serikat Yesus.

Eny menjelaskan tidak saja semangat Ignatian. Komunitas ini juga melayani berdasarkan semangat St Teresa dari Kalkuta. Komunitas ini sangat terinspirasi dari corak pelayanan Bunda Teresa yang memberi diri kepada orang miskin. Teresa, bagi komunitas ini, adalah sosok yang mencintai hingga terluka. “Tidak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar. Tetapi kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar,” ujar Eny mengutip pernyataan Bunda Teresa.

Refleksi ini mengantar para anggota untuk memberi diri secara total bagi pelayanan kaum lansia. Para anggota memberi pelayanan kepada para lansia dari hal-hal yang kecil dan sederhana. “Kami mengajak mereka jalan-jalan, bernyanyi, berdoa bersama. Hal paling penting adalah bagaimana pesan cinta itu tersampaikan,” terangnya.

Agar pesan cinta itu mengena pada para lansia maka perlu pendampingan lewat pendalaman iman. Beberapa program dilaksanakan seperti bimbingan rohani, mengikuti Ekaristi bersama, sharing iman, rekoleksi, retret, dan kegiatan-kegiatan pengembangan iman dan pembekalan lainnya menjadi program unggulan komunitas ini. “Pembekalan ini tidak saja untuk para lansia juga untuk anggota. Kami memiliki latar belakang yang berbeda. Pembekalan ini sangat membantu terutama untuk keterbukaan masing-masing anggota sehingga kami dapat saling memahami.”

Hingga saat ini lebih dari 50 lansia yang sudah merasakan tangan-tangan kasih mereka. Sebagian besar lansia yang dilayani berasal dari keluarga tak mampu. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan seperti pelayanan bersama lansia di Wisma Mulia Jelambar Juli 2017, kegiatan Bina Bakti pada Oktober 2015 lalu, kegiatan pelayanan di Rumah Lansia Atmabrata Cilincing pada April 2018 lalu, pelayanan di Wisma Sahabat Baru pada Maret tahun lalu dan terakhir pelayanan outdoor di Ancol.

Refleksi utama dari pelayanan lansia adalah rasa sepi yang kerap melanda masa senja para lansia. Banyak lansia menemukan diri tidak berharga dan tak bisa menerima kenyataan bahwa usianya telah senja. Mereka membutuhkan perhatian dan pengertian dari banyak orang. Terkadang pelayanan itu ada tetapi tidak menjawab kebutuhan mereka.

“We Care coba hadir sebagai sahabat bagi lansia. Mereka akan diajak ke ruangan terbuka baik di taman, kebun binatang, maupun menonton, dan diupayakan mereka dapat berinteraksi di sana. Mengajak mereka keluar ruang terbuka sekaligus membantu keluar dari setiap persoalan mereka. Dengan begitu, lansia yang merasa kesepian bisa menemukan penyegaran. Kami ingin menjadi oase bagi lansia sehingga mereka terus semangat dalam menjalani hidup.”

Willy Matrona

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini