HIDUPKATOLIK.com – PADA 2008, Heryadi Manurung merupakan pasien di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya, (PRHJ) Pematangsiantar, Sumatera Utara. Ia mengaku menderita polio sedari kanak-kanak.
Kelahiran 16 Desember 1977 ini awalnya merasa minder ketika berada di Pusat Rehabilitasi tersebut. “Saya sungguh merasa minder. Namun dalam perkembangan waktu ada juga pasien yang tampaknya melebihi penyakit saya,” ungkapnya.
Dengan keyakinan bahwa ia juga memiliki kemampuan dalam situasi batasnya itu, Haryadi semakin bersemangat dalam belajar. Sebagai pasien, sembari terapi ia memperhatikan karyawan yang memperbaiki kursi roda yang rusak. Mulai dari menjahit dan memasang alas duduk, membongkar dan memasang ulang, hingga merombak dan mengecat hingga tampak seperti kursi roda baru.
Akhirnya, ia mampu menyerap sedikit demi sedikit keahlian karyawan tersebut. Saban hari, ia duduk di bengkel kursi roda di PRHJ sejak pukul 07.30 WIB. Untuk mengawali karyanya, bersama dengan karyawan lain ia berdoa di unit karya masing-masing.
Hal itu bermula dari perjumpaannya dengan Sr Xaveria FCJM yang memanggilnya untuk berkarya sebagai karyawan. “Kata suster kala itu, saya dipandang mampu untuk memperbaiki kursi roda yang rusak. Maka posisi saya beralih dari pasien menjadi karyawan di PRHJ ini,” imbuh Haryadi.
Ayah dua orang anak ini mengaku, pengalaman sebagai pasien kala itu menjadi panggilan juga untuk berbelarasa terhadap pasien yang lain. Hal itulah yang menggerakkannya untuk belajar memperbaiki kursi roda.
Fr Nicolaus Heru Andrianto