Mengenal Devosi Kerahiman Ilahi

2287

HIDUPKATOLIK.com – Apakah Devosi Kerahiman Ilahi itu dan apa bedanya dengan Devosi Hati Kudus Yesus?

Agustinus Widiawan, Jakarta

Devosi Kerahiman Ilahi adalah devosi yang memusatkan doanya pada kerahiman Allah yang tercurah khususnya dalam peristiwa salib. Para devosan percaya bahwa melalui darah dan air yang terpancar dari Hati Yesus rahmat pengampunan Allah mengalir kepada semua orang bahkan seberapa berat apapun dosa mereka. Tuhan menawarkan kerahiman-Nya. Dia ingin kita memohon belas kasih itu, mengandalkan Dia semata, dan selanjutnya berbelaskasih itu seperti Allah sendiri. Kepercayaan ini terungkap dalam doa-doa utama devosi ini: doa jam kerahiman, doa koronka, dan doa novena. Juga gambar Yesus Kerahiman Ilahi dengan pancaran warna biru dan merah dari Hati-Nya menjadi salah satu ciri devosi.

Devosi ini berkembang berkat catatan-catatan rohani Sr Faustina Kowalska (1905– 1938), seorang biarawati Polandia dari Kongregrasi Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih. Dalam catatan itu terungkap aneka doa sangat indah, yang memancarkan hubungan mendalam dengan Yesus Maharahim.

Devosi menjadi sangat mendunia berkat Paus Yohanes Paulus II. Kekayaan kerahiman diangkatnya dalam dokumen “Dives in Misericordia” (1980) dan Minggu Kedua Paskah ditetapkannya sebagai Minggu Kerahiman Ilahi. Satu dorongan lagi muncul ketika misteri Kerahiman Ilahi diangkat oleh Paus Fransiskus ketika ia dengan Bulla Misericordiae Vultus (2015) mencanangkan Tahun Kerahiman. Paus menekankan keutamaan belaskasih sebagai jalan hidup Kristiani, yaitu agar kita juga berbelas kasih seperti Bapa.

Devosi Hati Kudus Yesus lahir jauh sebelum itu. Tekanan modernitas pada abad XVI turut mempengaruhi lahirnya devosi ini, khususnya karena aliran Jansenisme dan Protestantisme yang mereduksi kemampuan kehendak bebas manusia untuk mencintai Allah. Akibatnya hati membatu dan kurang bisa mencintai. Sebaliknya iman Gereja Katolik justru meyakini bahwa manusia dengan kehendak bebasnya dapat membalas kasih Allah itu dan mencintai-Nya. Itulah kekuatan hati yang dibentuk oleh cinta Allah sendiri. Orang menghayati simbol hati sebagai lambang pribadi Yesus sendiri. “Datanglah, hai kalian yang letih lesu dan berbeban berat. Belajarlah dari pada-Ku sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati”.

Banyak tokoh devosi Hati Kudus, salah satunya adalah Fransiskus de Salles, seorang lawan tangguh Jansenisme. Ia gigih mengajarkan devosi yang mengajak orang membalas kasih Allah dan mencintai-Nya dengan segenap hati. Namun devosi Hati Kudus berkembang pesat utamanya berkat Suster Margareta Maria Alacoque (1647-1690), seorang Suster Kongregrasi Visitasi, yang didirikan oleh de Salles.

Dengan bimbingan St. Claude dela Colombière SJ pembimbing nya, ia mewartakan Yesus yang menampakkan diri padanya dengan hati yang terluka karena kurang dicintai oleh manusia. Bahkan mereka yang seharusnya lebih mencintai Dia, ternyata telah melukai Hati-Nya. Yesus meminta agar melalui Devosi Hati Kudus cinta ini ditingkatkan, yaitu cinta yang muncul dari kehendak bebas manusia, yang diperbarui oleh cinta Allah. Maka muncullah istilah-istilah seperti ‘baktisilih’, persembahan diri atau keluarga kepada Hati Kudus. Ada juga novena-novena Hati Kudus, tradisi Jum’at Pertama, adorasi dan aneka janji Hati Kudus. Seperti dalam devosi Kerahiman Ilahi, gambar-gambar Hati Kudus juga turut populer.

Beda dua devosi ini kiranya nampak dalam doa-doanya. Fokus devosi Hati Kudus adalah tindakan mencintai Allah dalam Yesus, sedangkan devosi Kerahiman Ilahi berfokus untuk mengandalkan cinta Allah Maha Rahim dan memohonkan keselamatan-Nya. Namun kedua devosi itu tidak hanya berhenti pada doa-doa saja. Selain doa devosi-devosi itu juga mempromosikan cara hidup, yaitu agar orang menghidupi apa yang dihormatinya itu. Karena itu seruan-seruan kecil muncul dari keduanya: “Berbelaskasih seperti Bapa”, atau “ya Yesus, jadikanlah hati kami seperti hati-Mu”.

Gregorius Hertanto MSC

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini