HIDUPKATOLIK.com – Berdoa, berderma, berkorban, dan menjadi saksi Kristus adalah nilai yang ditanamkan dan dikobarkan dalam hati dan diamalkan dalam hidup sehari-hari.
GEMURUH tepuk tangan bergema di dalam ruang Katedral St Yoseph Pontianak, Kalimantan Barat. Ribuan pasang tangan berayun tergantung di udara. Terlihat anak-anak dan remaja dengan segala rupa mulai dari yang berkulit hitam, cokelat, hingga kuning langsat, dari mata sipit sampai rambut keriting, memadati bangku-bangku di gereja.
Aura semangat sangat terasa pada Misa pembukaan Jambore Nasional Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner (Jamnas Sekami) 2018, 3/1. Di usia Sekami yang ke-175 tahun, Pontianak didapuk menjadi tuan rumah Jamnas Sekami 2018. Misa Pembukaan dipimpin Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus dan didampingi beberapa uskup lain.
Acara ini diadakan selama empat hari, 3-6/7. Peserta datang dari semua keuskupan di Indonesia. Selain itu, ada juga peserta dari negara tetangga, Timor Leste dan Malaysia. Mengangkat tema “Berbagi Sukacita Injil dalam Kebhinnekaan” dan dengan mengobarkan semangat children helping children, Anak dan Remaja Sekami diutus untuk menjadi anak-anak misioner yang mewartakan sukacita Injil kepada siapa saja yang mereka jumpai.
Mereka dikelompokkan ke dalam tiga kampung: Nazaret, Galilea, dan Betlehem. Selama Jamnas mereka harus tinggal dalam keluarga-keluarga baru. Dengan segala macam bahasa dan budaya yang ada, mereka dengan cepat melebur dan berinteraksi satu sama lain.
Keberagaman Indonesia
Ketua Organizing Committee (OC) Jamnas Sekami 2018 Pastor Gregorius Sabinus CP mengatakan, tema tahun ini diambil dari hasil pertemuan bersama. Tema ini melihat Indonesia yang beragam suku bangsa.
Tema ini juga mencermati situasi intoleransi yang ada belakangan ini. “Ketika kami (Pontianak) ditawarkan menjadi tuan rumah, Bapak Uskup langsung menanggapi dan menyanggupi. Persiapan acara dilakukan kurang lebih satu setengah tahun yang lalu dan saya dipercaya sebagai pelaksana,” jelas Pastor Greg.
Menurutnya ini merupakan kesempatan untuk melayani anak-anak dari seluruh Indonesia. Pastor Greg menuturkan Jamnas Sekami baru kali ini diadakan di Pontianak. Ia bersama panitia berusaha menggarap acara ini dengan sebaik mungkin. “Tidak mudah mengumpulkan orang untuk rapat, karena waktu dan kegiatan masing-masing.”
Meski tak menutup mata dengan adanya sedikit kekurangan, namun acara tetap bisa berjalan dan sukses. Pastor Greg berharap sepulang dari Jamnas, anak-anak bisa bertumbuh dewasa dalam iman dan moral. “Dengan sendirinya pulang ke tempat masing-masing bisa menempatkan diri dan berbagi kepada sesama terlebih kepada saudara beragama lain. Imannya harus kuat, tetapi nasionalisme juga dipertahankan dengan Pancasila, Indonesia,” tegasnya.
Antusiasme peserta sangat luar biasa. Meski mereka harus menempuh perjalanan yang cukup melelahkan menuju Pontianak, namun yang terlihat dari wajah-wajah para peserta hanyalah raut kebahagiaan. Terlebih ketika mereka menunjukkan kebolehan mereka melalui gerak dan tari.
Mereka tak canggung mempertontonkan kekhasan budaya yang mereka bawa. Dengan berbagai pakaian adat, serta tarian khas daerah asal, mereka berani berekspresi. Inilah keunikan dan kebanggaan dari anak-anak Indonesia.
Berjalan Lancar
Tak satupun kegiatan yang sudah disusun oleh panitia sepi dari peserta. Semua ikut terlibat dengan jadwal acara yang padat. Para pendamping serta animator bekerja sepenuh hati demi mengarahkan dan memperlancar kegiatan yang terdiri dari tiga bagian besar.
Selebrasi, kegiatan ini bersifat perayaan seperti opening dan closing ceremony, perayaan hari ulang tahun Sekami ke-175, pentas seni, serta Ekaristi harian, ibadat, dan doa-doa dalam keluarga maupun perkampungan.
Formasi Misioner menjadi kesempatan untuk saling belajar tentang iman dan perutusan sebagai anak Sekami. Serta Animasi Misioner, gerak animasi yang membangkitkan jiwa bermisi bagi peserta jambore, ada aktivitas dinamika kelompok, gerak, dan lagu, interaksi misioner, dan sharing.
Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia Pastor M Nur Widipranoto menuturkan bahwa dirinya sangat bangga, senang dan terharu melihat antusiasme Anak dan Remaja Sekami yang datang dari 35 keuskupan. Mereka datang bersama membangun dan mengembangkan gerakan doa, derma, korban, dan kesaksian (2D2K).
Pastor Widi berharap Sekami Indonesia semakin berkobar semangat gerakan 2D2K. “Melalui 175 tahun Sekami Indonesia ini harapan saya menjadi semakin berkobar semangat berbagi.” Kesempatan ini mejadi saat untuk mengingatkan kembali gerakan anak dan remaja Katolik Internasional yang dengan rela dan sukacita mau saling membantu.
Pastor Widi menambahkan, anak-anak remaja bahu-membahu saling menolong dan mewujudkan semboyan children helping children. “Dengan itu Anak dan Remaja Sekami Indonesia menjadi misionaris- misionaris cilik Yesus. Mereka telah dipilih, diistimawakan sebagai biji mata kesayangan Tuhan Yesus sendiri,” ungkap Pastor Widi.
Uskup Agung Pontianak Mgr Agus pun melihat hal yang sama. Ketika melihat keceriaan anak-anak, ia merasa bangga dan mendukung kegiatan semacam ini untuk kepentingan orang banyak. “Kegiatan semacam ini harus menggerakkan semua peserta untuk memiliki kepedulian yang lebih kepada sesama.”
Menurutnya, ini adalah kesempatan untuk Keuskupan Agung Pontianak untuk menunjukan kepada Gereja Indonesia bahwa mereka pun turut menyumbang bagi kehidupan Gereja. Mgr Agus menjelaskan, dengan acara ini keinginan untuk semakin mengembangkan diri di kalangan anak remaja diharapkan semakin tumbuh. “Bukan hanya megah gedungnya, tetapi hatinya harus megah juga,” jelasnya.
Acara ditutup dengan Misa di Katedral St Yoseph Pontianak. Pada momen ini juga dilakukan pencopotan name tag perwakilan peserta. Secara simbolik, ini menandakan berakhirnya Jamnas Sekami 2018.
Mgr Agus berpesan kepada anak remaja untuk menjauhi narkoba, free sex, dan korupsi. Dengan mengamalkan 2D2K anak-anak ditanamkan semangat untuk berkorban demi orang lain dan memberi kesaksian yang baik. “Tentu harapannya semangat 2D2K meresap pada diri anak dan itu bisa menular kepada anak-anak yang lain.”
Marchella A. Vieba