HIDUPKATOLIK.com – Baru sekitar 17 persen paroki merealisasikan sasaran prioritas
pelayanan. Sibuk Paskah.
BANYAK Paroki di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) tak merealisasikan sasaran prioritas program karya pelayanan selama caturwulan pertama (Januari-April 2018). Hanya sekitar 17 persen atau 27 dari 66 paroki yang mewujudkan sasaran prioritas. Laporan ini hasil pantauan dan evaluasi Dewan Karya Pastoral (DKP) KAJ.
“Alasannya kesibukan Paskah,” ungkap perwakilan Tim Karya Parokial DKP, Pastor Yustinus Agung Setiadi OFM, di Aula Paroki St Laurensius Alam Sutera, Tangerang, Sabtu, 14/7. Dalam pertemuan yang dihadiri sekira 400 orang perwakilan Dewan Paroki Harian se-KAJ itu, Pastor Agung juga membeberkan hasil survei Divisi Litbang Pusat Pastoral KAJ kepada belasan ribu responden se-KAJ.
Survei tersebut meliputi kegiatan paroki, manajemen pastoral, dan hubungan antar agama. Terkait kegiatan paroki, mayoritas umat menilai, keterbukaan, sosialisasi, dan perhatian kepada kelompok yang sering terabaikan cukup mendapatkan apresiasi positif.
Namun, penilaian positif terhadap perencanaan, pengambilan keputusan, dan evaluasi masih berada di bawah 50 persen dan belum semua menilai pembekalan adalah hal mendesak. Di sisi lain, informasi dan akses aneka layanan dinilai lebih menjangkau
pengurus dan aktivis.
Terkait sarana dan prasarana gereja, meski mayoritas menyatakan puas, namun pengurus dan aktivis lebih menuntut perawatan yang lebih baik. Selain itu, dari 20 sasaran prioritas karya paroki, isu kepemudaan atau orang muda Katolik serta hubungan antaragama dan kemasyarakatan dinilai sebagai dua prioritas utama.
Sementara perburuhan dan pergantian pastor paroki menempati urutan terbawah. Keaktifan umat dalam paroki paling banyak berasal dari generasi x, yaitu mereka yang berusia antara 40 sampai dengan 59 tahun. Dalam hal menyampaikan aspirasi terkait kegiatan atau keadaan paroki, ketua lingkungan adalah pihak yang paling sering diajak bicara.
Mengenai hubungan antaragama, kemajemukan masyarakat di satu sisi membanggakan, namun di sisi lain persoalan kerukunan dan sikap diskriminatif dinilai masih nyata. Meski demikian, umat telah merasakan kerukunan bertetangga antar agama terutama saat saling membutuhkan.
Terkait perwujudan tema pastoral KAJ tahun ini, “Kita Bhinneka Kita Indonesia”, umat cukup mengapresiasi tema tersebut, namun pengaruhnya baru dirasakan Gereja. Berdasarkan hasil survei tersebut, dalam temu pastoral para imam se-KAJ pada Mei lalu, mengusulkan, agar ada gerakan yang mencakup kepemimpinan partisipatif dan transformatif dalam setiap pelayanan gereja yang melibatkan para imam,
umat, dan pelayan umat.
Selain itu, lingkungan juga dituntut untuk menjadi basis kegiatan guna membangun iman, toleransi, dan kepedulian sosial. Terkait hal itu, para Dewan Paroki Harian bersama pastor
didorong untuk mengunjungi lingkungan sembari menggali potensi umat yang tersembunyi dan mengajak mereka untuk aktif dan menggerakkan lingkungan.
“(Sehingga) umat KAJ dapat meningkatkan belarasa melalui dialog dan kerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan masyarakat yang adil, toleran dan manusiawi, khususnya untuk mereka yang miskin, menderita, dan tersisih,” pungkas Ketua Steering Committee Temu Pastoral, Pastor Yosef Natalis Kurnianto.
Hermina Wulohering