Yayasan Vinea Dei : Memperbaiki Rumah Tuhan

2460
Albert (tengah) bersama umat Katolik Sumba.
[Dok. Yayasan Vinea Dei]

HIDUPKATOLIK.com – Yayasan Vinea Dei merupakan kebun anggur Tuhan. Setiap orang dipanggil Allah untuk bertumbuh subur dan berbuah bagi sesama.

Gereja di pelosok masih banyak yang membutuhkan perhatian. Ada banyak gereja yang rusak, demikian kesaksian salah satu pengurus Yayasan Vinea Dei, Elbert Anson. Dia iba menyaksikan kondisi gereja di pedalaman. “Ada gereja yang atapnya bocor, dinding-dindingnya hilang, dan mau ambruk,” beber Elbert.

Kendati kondisi fisik gereja amat memprihatinkan, umat di sana, puji Elbert, rajin ke gereja. Bahkan banyak umat rela berjalan kaki hingga berkilo-kilo untuk bersyukur kepada Tuhan dan berkumpul dengan sesamanya di bangunan yang sebenarnya jauh dari kata layak.

Situasi seperti itu justru memantik semangat Santi Atma Theresa, relawan Vinea Dei, berkarya di sana. “Saya tertarik untuk memperbaiki gereja-greja tersebut. Perjumpaan dengan umat di sana menambah pengalaman iman yang tidak pernah saya dapatkan di Jakarta. Mereka adalah umat yang sangat mampu bertahan dengan keadaan yang ada.”

Berawal Medsos
Albertus Gregori Tan, pembina yayasan, mengungkapkan, semula tak terpikirkan kelompok tersebut berkembang menjadi yayasan. Albert, sejak mahasiswa gemar berkunjung ke pedalaman untuk mengisi liburan. Saat itulah dia menyaksikan sejumlah bangunan gereja rusak dan tak terawat secara baik.

Sebagai anak yang lahir dan tumbuh di kota besar seperti Jakarta, dia mengakui, amat jarang melihat kondisi gereja yang tak laik. Pengalaman di pelosok itulah yang kemudian membelalakan mata serta mendorongnya untuk berbuat sesuatu bagi gereja dan umat di sana. “Kembali ke Jakarta saya mengunggah foto (gereja di pelosok) di media sosial. Menariknya banyak umat yang suka dan tertarik untuk menyumbang,” kenang Albert.

Salah satu pengalamannya ketika datang ke Kapela St Klara, Stasi Rawa Kolang, Tapanuli Tengah, Keuskupan Sibolga. Pemuda kelahiran Jakarta, 18 April 1990, terenyuh melihat kondisi rumah Tuhan terlantar. Kapel itu berlantaikan tanah, dinding dari papan, dan atapnya bocor. Uniknya, aku Albert, umat masih bersukacita memasuki kapela yang reot. Kegembiraan itulah yang mengetuk hati Albert untuk berbuat sesuatu untuk umat di sana.

Pengalaman itu mendorongnya untuk memulai gerakan Program Peduli Gereja Katolik pada 14 Februari 2011. Fokus gerakan itu yakni membantu pembangunan fisik Gereja Katolik di wilayah terpencil di Indonesia. Bantuan itu dihimpun melalui media sosial. “Penggalangan dana dimulai melalui Facebook semakin berkembang dan meluas selama enam tahun berkarya.”

Setelah enam tahun berkarya, Yayasan Vinea Dei lahir. Yayasan ini sebagai bentuk legal Program Peduli Gereja Katolik. “Yayasan ini berdiri pada 15 Agustus 2017. Penggeraknya adalah orang-orang muda yang memiliki optimisme terhadap Gereja,” terang Albert.

Albert menambahkan, orang muda di yayasan ini mengutamakan pemberian diri dan melihat kemajuan teknologi sebagai sarana Tuhan menunjukkan belas kasih-Nya kepada semua orang. Selain itu, tambahnya, yayasan tersebut bertujuan menjadi sarana penggalangan dana untuk gereja dan lembaga karitatif lain, serta wadah pengembangan pelayanan orang muda.

Rumah Roboh
Albert menjabarkan, spiritualitas Vinea Dei adalah teladan hidup St Fransiskus Asisi, yang membangu Gereja San Dominggo. Di gereja kecil yang roboh itulah panggilan Fransiskus tumbuh. “Dia (Fransiskus) bersujud sepenuh hati di depan lukisan salib Kristus. Dalam keheningan, Fransiskus melihat dan mendengar gambar salib Kristus memanggil dan berkata, ‘Fransiskus perbaikilah rumah-Ku’,” terangnya.

Mengacu kepada semangat Fransiskus, lanjut Albert, Yayasan Vinea Dei memiliki lima nilai penting yakni solidaritas, sukacita, penyelenggaraan Ilahi, komunitas, dan kerendahan hati. “Nilai-nilai ini selalu dibawa dalam karya pelayanan di manapun dan berjumpa dengan siapapun,” terangnya.

Ketua Pengawas, Pastor Raymundus Daniel Sianipar OFMCap, menjelaskan, panggilan Tuhan atas kaum muda membentuk Gerakan Peduli Gereja Katolik patut disyukuri. Mereka telah membangun gereja di mana-mana. “Mungkin hal itu belum pernah terpikirkan sebelumnya. Saya juga kagum melihat kaum muda yang ceria, gembira, dan sederhana ini.”

Dia menambahkan, kehadiran yayasan tersebut menjadi tanda baik karena mengikuti panggilan Tuhan. Roda yayasan ini bisa terus berputar berkat kemurahan hati para donatur. Sehingga pembangunan gereja baik secara fisik maupun sebagai umat Allah terus berlanjut hingga kini. “Yayasan Vinea Dei merupakan kebun anggur Tuhan, sebagai panggilan bagi umat pilihan Allah untuk tetap bertumbuh subur dan berbuah,” ujarnya.

Membangun Gereja
Hingga saat ini, menurut Elbert, Vinea Dei telah menyalurkan bantuan donatur untuk 92 gereja di pelosok. Jumlah itu tersebar di 25 keuskupan di Indonesia. Selain membantu pembangunan fisik gereja, tambah Sekretaris Vinea Dei, Febriani Kenedy, yayasannya juga membantu pendidikan anak-anak di daerah terpencil. “Kami memiliki program baru yakni bantuan pendidikan. (Program ini) akan dilaksanakan pada ajaran baru nanti.”

Jumlah bantuan pendidikan untuk anak-anak menyesuaikan dengan tingkat kesulitan penerima bantuan. Vinea Dei, lanjut Febriani, akan mengakomodir tempat tinggal, biaya pendidikan, biaya hidup, seragam dan perlengkapan sekolah anak.

Willy Matrona

4 KOMENTAR

  1. Salve mohon bantuan untuk pembangunan paroki kami,saat ini kami sangat kekurangan dana,saya dari keuskupan Agung Kupang Paroki Sta.Theresia Kanak-Kanak Yesus Panite. Tetimakasih.TYM selalu

  2. syalom selamat pagi,perkenalkan kami dari Papua Selatan, Kab. Mappi Paroki St. Antonius Padua Bade-Stasi Petrus Nimbe Kobeta. Kami sudah berusaha merenovasi Gereja Kami, namun hingga saat ini baru 40 %, mohon ijin apabila di restu bisa berbagi info tentang penggalangan dana guna kelanjutan niat kami…………….akhirnya Makasi!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini