Persaudaraan Rosario : Berkumpul, Berdoa dan Berbuat

529
Hening: Komunitas Persaudaraan Rosario saat rekoleksi
[NN/Dok. Persaudaraan Rosario]

HIDUPKATOLIK.com – Karena Rosario mereka berkumpul. Setiap pagi, seusai misa tak henti-hentinya mereka daraskan doa tersebut untuk mengawali hari. Tak hanya berdoa, kegiatan sosial pun mereka lakukan sebagai bentuk perwujudan dari doa tersebut.

Sejak bergabung dengan Persaudaraan Rosario pada 2010, Maria Inggawati, merasakan adanya “tuntutan” membuka seluruh aktivitas hariannya dengan doa Rosario. “Setiap pagi, saya bangun pukul lima pagi, kemudian ke gereja mengikuti misa. Seusai misa, saya mendaraskan doa Rosario bersama teman-teman sekomunitas,” ungkapnya.

Umat Lingkungan Theresia Paroki St Yakobus ini mengaku, walaupun lelah jalan kaki dari rumah ke gereja, namun ia selalu semangat untuk tetap datang mengikuti doa Rosario bersama di gereja. “Dalam doa Rosario bersama ini, saya merasakan kegembiraan bisa bertemu anggota komunitas lain dan merasakan persaudaraan di antara kami,” kata Maria. Rasa semangat dan persaudaraan inilah yang membuat Maria kerasan berada dalam komunitas dan dapat menjalani hidup sehari-hari dengan ceria.

Senada, Maria Pujiati mengungkapkan, Persaudaraan Rosario mengajarkan padanya tentang hidup bersaudara dan menolong orang lain. Awal ketertarikan umat lingkungan Yohanes IV ini pada komunitas ini, ketika ia menjalani operasi.

“Waktu saya dioperasi, saya tidak pernah lepas memegang Rosario. Saya terus menerus mengucapkan doa Salam Maria. Operasi berjalan lancar dan sampai saat ini penyakit itu tidak kambuh lagi,” ujar ibu tiga anak yang bergabung dengan komunitas pada 2007.

Lima Orang
Persaudaraan Rosario berawal dari kerinduan Maria Anastasia Sri Mulyati untuk melayani di gereja. Kerinduan itu datang, ketika ia merasakan pertolongan Bunda Maria dalam hidupnya. Ia divonis kanker. Tetapi, uangnya tidak cukup untuk operasi. Ia pergi ke sebuah biara di Lembang untuk memohon doa. Suster yang ia temui menasihati, “Berdoalah kepada Bunda Maria, karena ia akan menolong.” Anastasia mengikuti nasihat ini. Sepulang dari Lembang, tak ia sangka, bantuan mengalir dari saudara-saudaranya.

Karena pengalaman iman itu, Anastasia bertekad membentuk komunitas, agar bisa mengajak banyak orang untuk mendekatkan diri pada Bunda Maria.

“Sebagai orang Katolik, kita mesti bangga punya kekhasan devosi kepada Bunda Maria. Bunda Maria itu ibu dari segala ibu. Ia mendengarkan, mengerti dan mengetahui kebutuhan kita,” kata istri E. Christian Wanouw ini. Ketika komunitas terbentuk, para anggotanya juga berharap agar komunitas ini dapat menjadi wadah bagi umat paroki untuk saling mengenal dalam semangat kekeluargaan. Setelah mendapat izin dari pastor paroki, pada 6 Januari 2006 komunitas ini diresmikan.

Awalnya, Persaudaraan Rosario beranggotakan enam orang. Mereka adalah Anastasia, Febby, Mimik, Lara, Regian, dan RD Albertus Ary Dianto. Kelompok kecil ini mengawali kegiatan di sebuah ruangan di samping gereja St Yakobus Kelapa Gading. Dari hari ke hari, anggota komunitas bertambah. Kini, anggotanya berjumlah 50 orang. Setiap pagi, mereka yang aktif berdoa Rosario setiap pagi, 15-20 orang. Tetapi, pada waktu libur dan acara-acara yang diselenggarakan komunitas, semua anggota terlibat.

Intensi khusus
Rutinitas kegiatan komunitas ini adalah berdoa Rosario bersama setiap pagi, kecuali hari Minggu. Dalam doa ini, komunitas menetapkan lima intensi khusus, yaitu: untuk biarawan-biarawati khususnya Paus, uskup, imam, dan biarawati; untuk orang sakit; untuk orang yang tidak punya pekerjaan; untuk mereka yang mencari jodoh; dan untuk arwah orang beriman.

Selain doa bersama, pada Mei dan Oktober, komunitas mengadakan kegiatan ziarah bersama. “Kami berziarah bersama, ke gua Maria, baik yang ada di Jakarta maupun di luar Jakarta,” kata ibu dua anak ini. Dijelaskan Anastasia, komunitas juga mengadakan rekoleksi bersama dengan mengambil tema-tema tentang Maria untuk menimba keteladanan Bunda Maria. Selain itu mereka juga mengadakan kegiatan Novena Tiga Salam Maria dan Novena kepada St Yusuf sebagai pendamping setia Bunda Maria. “Kegiatan-kegiatan seperti itu biasanya dihadiri semua anggota, karena selalu diadakan ketika hari libur, termasuk ketika memperingati hari ulang tahun komunitas,” jelas umat lingkungan Ignatius III ini dengan semangat.

Berbagi kasih
Kegiatan Persaudaraan Rosario tidak hanya berdoa. Pada bulan tertentu mereka mengadakan kunjungan dan bakti sosial. Selama dua tahun awal, kegiatan ini diadakan sekali sebulan. Mereka mengunjungi Rumah Jompo di Gadog dan beberapa kampung nelayan di Jakarta Utara. Komunitas ini membagi sembako dan makanan bagi para penghuni yang dikunjungi. “Dulu kami sering melakukan kunjungan ke panti-panti sosial. Di situ kami berbagi sembako, berbagi cerita dan sharing pengalaman hidup,” jelas Maria Pujiati.

Saat ini, tambah Anastasia, komunitas juga melakukan pelayanan ke Rumah Tahanan (Rutan) Cipinang, dua kali sebulan, pada Kamis kedua dan keempat. Kegiatan ini berada dalam naungan Seksi PSE Paroki St Yakobus, sesuai arahan Kepala Paroki RP Antonius Gunardi MSF. “Salah satu bentuk nyata, pelayanan Persaudaraan Rosario di Rutan Cipinang adalah berpartisipasi dalam pembangunan Gua Maria Rutan Salemba yang telah diresmikan Uskup Agung Jakarta Mgr I. Suharyo pada Rabu, 6 Agustus lalu,” katanya.

Anastasia mengakui, masih banyak hal yang harus diperjuangkan. Kepada HIDUP, ia mengungkapkan harapannya: “Doakan agar semakin banyak umat mau bergabung, sehingga anggota kami bertambah, persaudaraan antarumat pun dapat terwujud dan anggotanya semakin akrab.”

Norben Syukur

HIDUP NO.34, 24 Agustus 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini