Pasangan Memukul dan Selingkuh

569

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh Konsultasi Keluarga yang terhormat, tolong saya. Saya sudah pusing dengan suami saya. Saya sudah tidak kuat dengan hubungan ini, karena suami suka memukul dan minum minuman keras. Kami menikah secara Katolik 11 tahun yang lalu. Waktu itu, umur saya 27 tahun dan suami saya empat tahun lebih muda dari saya. Yang lebih parah lagi, dia selingkuh sejak dua tahun lalu. Berkali-kali saya memergoki dia kencan dengan seorang janda yang itu-itu saja. Sudah berkali-kali saya mengingatkan janda tersebut agar tidak mengganggu suami saya, tapi tetap tak ada perubahan. Suami saya tiba-tiba memberitahu kalau dia akan menikahi janda tersebut. Dia ingin cerai dari saya. Karena sudah tak kuat lagi dengan hubungan ini, saya menyanggupinya. Batas kesabaran saya sudah habis.

MH, Purwokerto

Ibu MH yang baik, saya ikut prihatin dengan peristiwa yang Ibu alami. Saya membagi tulisan saya dalam tiga tahap, yaitu masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Pertama, masa lalu. Dalam surat, Ibu tidak menjelaskan alasan Ibu menikah dengan suami. Apakah Ibu menikah atas pilihan sendiri atau karena orang lain yang membuat Ibu “terpaksa” menikah dengan orang tersebut?

Kalau memang saat itu Ibu terpaksa menikah dengan orang tersebut, mengapa Ibu tetap melakukannya? Dalam perkawinan Katolik, kita menyatakan, melakukan janji nikah tanpa paksaan. Bila terpaksa, pasti ada alasan sampai hal itu terjadi.

Masa lalu memang sudah kita tinggalkan. Tetapi bisa kita pakai untuk refleksi peristiwa yang terjadi sekarang. Masa lalu juga dapat kita pakai untuk menambah pertimbangan supaya tak mengulang kesalahan serupa pada masa mendatang.

Kedua, kondisi Ibu saat ini. Ibu menceritakan, suami suka memukul dan minum minuman beralkohol. Perilaku memukul bagaimanapun tetap tak boleh dilakukan. Suami juga berselingkuh dengan seorang janda. Apakah Ibu tahu penyebab perselingkuhan itu? Apa penyebab dia meninggalkan Ibu dan memilih janda itu?

Saya ingin menghilangkan pelabelan bahwa janda lebih buruk daripada perempuan lain. Suami Ibu berselingkuh dengan seorang perempuan yang statusnya tak bersuami lagi. Sebaiknya Ibu mengamati penyebab suami lebih tertarik kepada perempuan itu dan berusaha meninggalkan Ibu.

Silakan Ibu mendengarkan perkataan suami, atau membaca komentarnya tentang perempuan itu. kata-kata yang diucapkan suami, atau membaca komentar suami tentang perempuan tersebut. Bila Ibu menyimpulkan bahwa Ibu memiliki banyak kelemahan dibandingkan perempuan tersebut, dan Ibu dapat mengubah diri sendiri menjadi lebih baik, silakan berubah. Ikuti selera suami.

Bila Ibu meyakini bahwa suami berselingkuh bukan karena tipe perempuan itu, namun karena ingin selingkuh, Ibu sebaiknya mengamati alasan suami. Apakah dia suka melanggar norma umum, atau ada masalah psikis. Jika benar demikian sangat tepat Ibu berkonsultasi langsung dengan psikolog.

Dalam surat, Ibu menulis, sudah mengingatkan janda tersebut untuk tidak mengganggu suami Ibu. Menurut saya, usaha ini perlu dipikirkan kembali. Apakah memang perempuan itu yang menggoda suami Ibu, atau justru suami Ibu yang mengejar perempuan tersebut?

Ketiga, masa mendatang. Ibu MH yang baik, hidup Ibu adalah tanggung jawab Ibu. Pilihan untuk cerai atau tidak, itu hak Ibu atas hidup Ibu, namun demikian setiap pilihan ada sisi positif dan negatif masing-masing. Misal, Ibu memilih untuk bercerai sementara dalam Pernikahan Katolik “tak ada” kata itu. Soal ini Ibu bisa berkonsultasi dengan pastor paroki atau imam yang memahami soal Sakramen Pernikahan.

Sebelum mengambil keputusan, silakan pertimbangkan sisi positif dan negatif. Sebelum sampai pada pengambilan keputusan, silakan Ibu berkonsultasi dengan beberapa orang yang saya sebutkan di atas, misalkan. Semoga Ibu dan suami sanggup mengatasi persoalan, dan keluarga kalian bisa kembali harmonis. Berkah Dalem.

Margaretha Sih Setija Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini