Peduli Korban Napza

196
H. Alex Noerdin menandatangani prasasti peresmian Rumah Griya Anak Sayang. [HIDUP/Kristiana Rinawati]

HIDUPKATOLIK.com Kehadiran rumah rehabilitasi di Keuskupan Agung Palembang diharapkan membantu pemerintah dalam menangani para pengguna narkoba.

USKUP Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso memberkati Lembaga Rehabilitasi Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) Griya Anak SayangNazareth (GAS), Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu, 23/6.

Lembaga ini merupakan salah satu unit pelayanan dari Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Palembang, di bawah Yayasan Pansos Bodronoyo. Mgr Sudarso menceritakan, ide pendirian rumah rehabilitasi NAPZA berawal dari meja Sidang Para Uskup Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Sebelum sidang KWI tahun 2014, para uskup mengadakan tiga hari studi bersama tentang narkoba. Uskup-uskup dari seluruh Indonesia memiliki keprihatinan yang sama tentang narkoba. “Para uskup diberi pengertian, informasi, contoh dari pengalaman yang dialami banyak orang, tentang bagaimana narkoba itu berpengaruh dalam hidup manusia,” ungkap Mgr Sudarso.

Dalam sidang yang sama, terungkap bahwa pemerintah Republik Indonesia masih memerlukan banyak rumah rehabilitasi bagi korban NAPZA. Mgr Sudarso menambahkan, pemerintah berharap Gereja Katolik ikut serta mendirikan rumah rehabilitasi.

Menjawab keprihatinan Bangsa Indonesia, dua tahun kemudian, tepatnya Maret 2016, Keuskupan Agung Palembang melahirkan GAS yang beralamat di Jalan Talang Buluh, Desa Sukamoro, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyu Asin.

Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Alex Noerdin yang juga hadir menyambut gembira kehadiran GAS. Alex mengatakan, meski saat ini daya tampung GAS hanya untuk 20 orang, namun ia menganggap ini permulaan yang bagus.

“Bayangkan, sepertinya usaha kita ini sia-sia. Kita rehabilitir 25 orang, padahal di luar sana ada enam juta pecandu. Sampai kapan ini berakhir? Tetapi kalau kita tidak mulai, tidak akan pernah siklus ini berhenti,” pungkasnya.

Sedikit korban yang bisa direhabilitasi diumpamakan Alex dengan cahaya. Cahaya, kata Alex, meski kecil tetap memberi harapan. Cahaya ini dipancarkan Gereja Katolik Keuskupan Agung Palembang melalui GAS. “Sedikit cahaya Insyaallah bisa menerangi. Redup lama-kelamaan berubah menjadi terang,” katanya.

Saat ini GAS hanya menerima residen (pasien) laki-laki untuk dapat menjalani perawatan. Meski begitu, setelah selesai pembangunan gedung baru, GAS juga akan merawat residen perempuan. Pengurus GAS menuturkan, saat ini dana untuk penyelesaian gedung ini masih kurang.

Selain perawatan selama rehabilitasi, program yang dijalankan GAS juga mencakup kehidupan korban pasca rehabilitasi. Beberapa orang yang sudah lulus dari rehabilitasi dicarikan pekerjaan yang layak. “Sejak GAS berdiri hingga saat ini, kami telah merawat sebanyak 60 residen. Ada tiga orang yang sudah bekerja, salah satunya di perusahaan karet di Lubuk Linggau,” kata Direktur GAS Yohannes Hasiholan Toruan.

Saat ini ada enam orang konselor melayani di GAS. Untuk memantau kondisi kesehatan para residen, GAS bekerjasama dengan Rumah Sakit RK Charitas Palembang.

 

Kristiana Rinawati (Palembang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini