Reiner Bonifasius Rahardja: Kartu Kredit, Cireng dan Pengusaha

3681
Penyalur berkat: Reiner Bonifasius Rahardja berbicara di persekutuan doa Paroki Regina Caeli Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
[NN/Dok.Pribadi]

HIDUPKATOLIK.com – Ia harus menjajakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan kuliah. Ia mulai membuka usaha dengan berjualan cireng. Kini, pada usia 26 tahun, ia sudah mendirikan perusahaan dan menjadi saluran berkat bagi banyak orang.

Dunia bisnis bukanlah hal baru bagi Reiner Bonifasius Rahardja. Sejak duduk di bangku sekolah menengah atas, Reiner sudah bertekad terjun dalam bidang ekonomi. Setelah lulus SMA, Reiner memutuskan hidup mandiri dan tidak mau menerima uang sepeser pun dari orangtua.

Pada 2006, demi melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pria kelahiran Jakarta, 13 Juli 1988 ini, mulai kerja sebagai penjaja kartu kredit. Ia pun harus membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Sedikit demi sedikit dana yang ia kumpulkan membukit. Dana itu untuk memenuhi segala keperluan kuliahnya.

Tak hanya menjadi sales kartu kredit, Reiner juga kerja paruh waktu di beberapa perusahaan. Pada usia 18 tahun, ia harus dituntut memenuhi kebutuhan kuliah dan hidup nya sendiri. Apalagi, kemudian ia melanjutkan kuliah di Negeri Kanguru, Australia. “Saya harus mencari uang untuk biaya kuliah dan lain-lain. Maka, ya saya harus kerja sambilan di beberapa tempat. Akibatnya, sehari hanya tidur empat jam,” cerita Reiner mengenang.

Jual cireng
Sadar dengan ritme kerja yang berat, pada 2009 Reiner memutuskan berhenti kerja dan mulai mencoba buka usaha. Hasil uang yang didapat selama bekerja ia jadikan modal berjualan aci atau tepung kanji goreng atau yang di kenal dengan nama cireng. Ia memberi nama produknya “Cireng Isi Kodjo”.

Usaha Reiner ini tumbuh dan berbuah. Hanya dalam waktu satu tahun, ia telah memiliki 20 gerobak cireng yang tersebar di beberapa minimarket dan supermarket. Sukses dengan usaha cireng, Reiner mencoba peruntungan dengan membuka rumah makan. Ia menamai usaha baru itu “Minori Bento Restaurant”. Rumah makan ini dibuka di beberapa tempat strategis, seperti di dekat sekolah dan kampus. “Puji Tuhan, dari dua usaha ini selalu ada profit, meskipun awalnya selalu gagal,” ujar Reiner kala ditemui beberapa waktu lalu.

Meskipun menemui beragam tantangan, Reiner tak putus asa. Ia selalu menggenggam semangat, “Jangan takut, terus berusaha dan mencoba! Semua itu akan berbuah. Seorang enterpreneur adalah orang yang mampu mengubah kotoran menjadi uang. Jadi, apapun barangnya, saya harus bisa ubah menjadi emas atau uang,” ujar Reiner.

Reiner memendam tekad memiliki usaha yang lebih besar. Maka, ia memutuskan menjual dua usahanya itu. Ia mencoba belajar mempertajam keunggulan dalam bidang sales dan marketing. Ia pun bekerja menjadi Vice President of Marketing di perusahaan asing. Bagi Reiner, untuk mencapai tonggak kesuksesan, seseorang harus merintis mulai dari nol, bahkan bekerja untuk orang lain sebagai karyawan. “Semua pengusaha sukses, pasti pernah melalui fase bekerja untuk orang lain. Kuncinya, kita serap ilmu serta pengalaman dari orang-orang yang sudah profesional,” tandas anak kedua dari dua bersaudara ini.

Dan benar, Reiner belajar banyak hal di perusahaan Negeri Jiran Malaysia itu. Ia menatap peluang usaha di Indonesia masih amat menggairahkan, lantaran pangsa pasar yang sangat luas. Mau tidak mau, untuk mempertajam pengetahuan tentang sales dan marketing, Reiner pun harus belajar tentang tipe dan selera konsumen di Indonesia.

Pada 2011, sembari bekerja, Reiner mendirikan perusahaan Reitech Solusindo yang bergerak dalam bidang perdagangan ekspor dan impor. Satu tahun kemudian, ia melepaskan jabatan di perusahaan asing itu, dan memberikan perhatian penuh kepada perusahaan baru miliknya.

Kini, pada usia 26 tahun, Reiner telah mendirikan dan menjadi Chief Executive Officer (CEO) sebuah perusahaan dengan puluhan karyawan. Reiner juga telah berhasil menembus total angka pendapatan seperempat trilyun rupiah dari awal membuka usaha hingga kini. “Kuncinya harus fokus. Jika gagal, harus coba lagi! Sukses itu tidak ada yang instan, namun bukan berarti lama,” ungkap umat Paroki Maria Kusuma Karmel (MKK) Meruya, Jakarta Barat ini.

Sekolah pengusaha
Reiner masih menyimpan mimpi. Ia ingin membuat “sekolah” non formal bagi para usahawan muda, agar mereka dapat mempecepat laju keberhasilan dan mengurangi tingkat kegagalan usaha. Reiner bersama tim pun telah mendirikan organisasi non-profit ONE (Opportunity Never Ends) Team. Melalui organisasi ini, Reiner mencoba membantu para usahawan muda bisa menggapai kesuksesan. Organisasi ini juga berusaha menjembatani para pengusaha sukses dengan para pengusaha yang belum sukses.

Menurut Reiner, jumlah pengusaha di Indonesia belum mencapai dua persen. Padahal, di negara maju, harus ada tujuh persen pengusaha. Itu berarti, masih kurang lima persen atau masih dibutuhkan sekitar 15 juta pengusaha. “Maka, kami mencoba hadir membantu melahirkan generasi muda yang ingin menjadi pengusaha sukses,” tekad pria yang aktif sebagai pewarta mimbar dan pengajar di Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik Keuskupan Agung Jakarta (BPK PKK KAJ) ini.

Bagi orang muda yang ingin terjun dalam dunia bisnis, kata Reiner, tak perlu takut. Besaran modal juga tak selalu menjadi ukuran keberhasilan usaha. “Semua usaha bisa dimulai dari modal kecil. Dan, jika gagal itu wajar, apalagi 50 persen pengusaha di fase awal pasti gagal. Tapi terus mencoba dan ubah pola pikir, jangan hanya ingin menjadi seorang pengusaha, tetapi jadilah pengusaha yang sukses!” tandas Reiner.

Reiner meyakini, setiap orang pasti bisa sukses. Namun, sukses itu juga perlu persiapan, sehingga segala risiko bisa dikelola. “Sukses itu sama dengan persiapan ditambah kesempatan,” pungkasnya.

Reiner Bonifasius Rahardja
TTL : Jakarta, 13 Juli 1988
Orangtua : Boy Rahardja dan Ignatia Maringka
Kakak : Klemens Bonaventura Rahardja

Pendidikan :
• SMAK Sang Timur Jakarta
• D-3 Akuntansi dan Keuangan Queensland University of Technology Australia
• S-1 Administrasi Bisnis University of Southern Queensland Australia

Pekerjaan :
• Sales kartu kredit (2006-2008)
• Pendiri Cireng Isi Kodjo (2009)
• Pendiri Minori Bento Restaurant (2009)
• Pendiri lembaga non-profi t ONE (Opportunity Never Ends) Team (2009)
• Wakil Presiden Marketing for Indonesia Region di Perusahaan Malaysia (2010-2012)
• Pendiri Reitech Internasional (2012)
• Pendiri dan CEO Reitech Solusindo (2013-sekarang)

Aprianita Ganadi

HIDUP NO.35, 31 Agustus 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini