Daya Kekuatan Tuhan yang Menakjubkan

635
Renungan Mingguan_edisi-24. [Dok.HIDUP]

HIDUPKATOLIK.com Minggu, 17 Juni 2018Hari Minggu Biasa XI : Yeh 17:22-24; Mzm 92:2-3, 13-14, 15-16; 2Kor 5:6-10; Mrk 4:26-34

“Di balik hidup kita secara pribadi maupun bersama: keluarga, komunitas, lingkungan, paroki dan di dalam masyarakat sesungguhnya, Tuhan yang penuh daya hadir dan
bekerja secara aktif.”

SAUDARA seiman yang terkasih, kutipan Injil Markus yang dibacakan pada hari Minggu ini memuat ajaran Tuhan Yesus tentang Kerajaan Allah. Apa itu Kerajaan Allah, dan bagaimana Allah Sang Raja menyelenggarakan pemerintahan-Nya di tengah umat-Nya?

Ia mengajarkan pokok penting dari pewartaan-Nya itu kepada orang banyak yang datang kepada-Nya. Kepada mereka Ia mengajarkan dengan perumpamaan dari dunia yang dekat dengan mereka. Dengan demikian, membantu mereka memahami pokok Kerajaan Allah.

Menurut Yesus, Kerajaan Allah itu seumpama benih yang ditaburkan di tanah. Seumpama biji sesawi kecil bahkan terkecil dibandingkan biji-biji yang lain. Biji itu mula-mula ditanam dan akhirnya berubah menjadi pohon sayuran yang tinggi dan besar sehingga menjadi tempat berlindungnya burung-burung.

Dari peristiwa hidup harian yang berkaitan dengan tanam-menanam kita diajak untuk menyadari sesuatu yang terjadi secara mengagumkan. Biji sesawi yang amat kecil, dan entah bagaimana itu terjadi, biji yang kecil itu menjadi sebuah pohon yang begitu besar.

Menyaksikan gerak tumbuh tanaman itu, kita dibawa kepada misteri yang mengagumkan. Coba bayangkan benih kecil yang ditaburkan beberapa hari lalu itu, pagi ini sudah kelihatan muncul di permukaan tanah sebuah tunas yang memperlihatkan sebuah kehidupan.

Setiap kali terjadi tanda-tanda pertumbuhan yang baru kita dibawa kepada keajaiban. Ajaib karena dengan mata telanjang kita tidak melihat sesuatu dan kita terkejut menyaksikan adanya perubahan-perubahan yang terjadi. Ternyata ada sebuah kegiatan, sebuah proses yang sedang terjadi, sebuah dinamika kehidupan.

Demikian pula halnya dengan Kerajaan Allah. Berdasarkan perumpamaan ini Kerajaan Allah bukanlah wilayah teritorial seperti Kerajaan Mataram atau Majapahit atau Kerajaan Belanda. Kerajaan Allah pertama-tama bukan tempat yang penuh kebahagiaan dan kedamaian sebagaimana kebanyakan dari kita membayangkannya.

Titik perbandingan antara Kerajaan Allah dan perumpamaan tentang tanaman itu ialah adanya sebuah daya kekuatan yang bekerja luar biasa, walaupun secara kasat mata tidak kelihatan.

Allah Bapa kita di dalam dan melalui Yesus Kristus adalah Raja kita. Sebagai Raja, Ia berkuasa atas hidup kita. Pemerintahan-Nya penuh kasih. Ia selalu bekerja dengan penuh daya dalam hidup kita agar kita semakin dibawa menuju keselamatan yang sempurna.

Banyak kali kita tidak menyadari karya Allah yang penuh daya itu. Di balik hidup kita secara pribadi maupun bersama: keluarga, komunitas, lingkungan, paroki dan di dalam masyarakat sesungguhnya, Tuhan yang penuh daya hadir dan bekerja secara aktif.

Tuhan turut bekerja dalam perjalanan hidup kita menuju ke masa depan. Pertumbuhan dan perkembangan hidup kita tidak terlepas dari campur tangan-Nya. Akibat kita sering sibuk dengan diri sendiri kita tidak melihat dan mengalami apa yang sesungguhnya sedang terjadi.

Lebih fatal lagi kalau kita merasa berjuang sendirian, semuanya dilakukan dengan kekuatan sendiri. Sabda Tuhan mengajak kita menyadari dan mengalami kehadiran dan karya-Nya yang tetap berlangsung sepanjang hidup kita.

Karya-Nya itu mengagumkan bagi setiap kita yang bersedia memandang dan menyelaminya. Mengalami daya kuat kuasa-Nya menjadi sebuah pengalaman yang meneguhkan perjuangan kita dan membangkitkan harapan yang lebih besar dalam memandang masa depan.

Kita sering bertanya kapan kita sungguh mengalami Kerajaan-Nya. Mengalami shalom sebagai dampak dari kuasa cinta kasih-Nya yang dijanjikan kepada kita. Santo Paulus mengatakan,“Damai Sejahtera bukan soal makanan dan minuman tetapi perihal kebenaran, damai sejahtera dan suka cita oleh Roh Kudus” ( Roma 14:17).

Apakah hidup kita sudah seperti dikatakan oleh Rasul Paulus itu. Bukankah hidup kita masih jauh dari apa yang disampaikan oleh Rasul Paulus itu. Kita masih berada dalam situasi yang ditandai oleh kekerasan, permusuhan, dan pelbagai penderitaan. Kapan Kerajaan Allah sungguh datang dan kita menikmati sukacita-Nya.

Para saudara, dalam terang Sabda Tuhan tadi, kita diajak untuk memandang masa depan dengan lebih optimis. Kita tidak boleh menjadi kecil hati, dan patah semangat, bila dalam kehidupan nyata sekarang masih jauh dari Kerajaan-Nya.

Kita diajak untuk terus mengusahakan sebuah kehidupan yang mendatangkan Kerajaan-Nya yakni damai sejahtera, dan saling membangun hal yang berguna dalam hidup kita (bdk Rom 14:19).

Semoga kita percaya dan mengalami bahwa Tuhan tetap bekerja dan daya kerja-Nya luar biasa mengagumkan. Sebuah daya yang membawa kita kepada pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik, sampai mencapai kepada kepenuhannya.

 

Mgr Aloysius Murwito OFM
Uskup Agats

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini