Lagi, Imam Katolik Ketiga Tewas di Filipina

548
Pastor Richmond Nilo semasa hidupnya berkarya di Filipina; terbunuh pada 10/6/2018 di pulau Luzon. [Dok.vaticannews.va]

HIDUPKATOLIK.com Pastor Richmond Villaflor Nilo dari Keuskupan Cabanatuan, Filipina ditembak mati pada 10 Juni ketika dia akan merayakan Misa Minggu.

Gereja Katolik Filipina telah mengutuk pembunuhan seorang imam di provinsi utara Nueva Ecij, kurang dari seminggu setelah seorang imam lainnya terluka dalam peristiwa tembakan di provinsi Laguna.

Kecaman dari Uskup-uskup Filipina
“Kami sangat sedih dan sangat terganggu bahwa imam lain dibunuh secara brutal,” demikian pernyataan dari Uskup Agung Romulo Valles, Uskup Agung Davao, Ketua Konferensi Waligereja Filipina (CBCP).

Penyerang tak dikenal menembak mati Pastor Richmond Nilo dari Keuskupan Cabanatuan di wilayah Luzon tengah sekitar jam 5 sore. Ketika ia akan merayakan Misa Minggu di kapel Barangay Mayamot, Zaragoza. Laporan awal mengungkapkan, para tersangka melarikan diri dengan mobil.

“Kami sangat mengutuk tindakan yang sangat jahat ini!” Tulis Uskup Agung Valles dalam pernyataan yang diterbitkan pada Senin, 11/6.

Pastor Nilo yang tengah berkarya di Gereja St. Vincent Ferrer, adalah imam ketiga yang terbunuh di negara itu dalam periode enam bulan, setelah pembunuhan Pastor Marcelito Paez di Jaen, Nueva Ecija pada 4 Desember 2017, dan Pastor Mark Ventura di Gattaran, Cagayan pada 29 April 2018.

Ketiga imam yang terbunuh di negara Filipina (ki-ka): astor Richmond Nilo, Pastor Marcelito Paez, dan Pastor Mark Ventura [Dok.ABS-CBN News]
Uskup Agung Valles mengimbau, “kepada otoritas polisi untuk bertindak cepat dalam penyelidikan dan untuk mengejar pelaku kejahatan keji ini dan membawa mereka ke pengadilan.”

Sebelumnya pada Rabu, 6/6, Pastor Paroki Calamba (Gereja St Michael the Archangel), Pastor Rey Urmeneta terluka setelah ditembak oleh tersangka tak dikenal. Pastor polisi ini menderita luka di punggung kiri atas dan lengan kirinya, hingga dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.

Keuskupan Cabanatuan
Uskup Sofronio Bancud dari Cabanatuan juga mengutuk pembunuhan Pastor Richmond yang telah berkarya selama hampir 17 tahun.

“Kami mengutuk dengan tegas dan sangat berduka atas pembunuhan brutal terhadap Pastor Richmond V. Nilo, meningkatnya kekerasan dan budaya impunitas di negara ini bahkan terhadap pastor yang tidak berdaya,” tulis Uskup Bancud itu dalam sebuah pernyataan pada Senin, 11/6.

Uskup berusia 69 tahun itu menyerukan umatnya untuk berdoa bagi jiwa imam yang mereka cintai, “untuk perdamaian, penyembuhan dan keamanan komunitas kita, dan untuk para rohaniwan dan religius terutama di keuskupan kita.”

“Tidak ada imam, dan tidak ada manusia dalam hal ini..,” kata Uskup Bancud, “layak untuk dibunuh dengan kebrutalan, penghinaan, dan impunitas.” “Setiap imam, betapapun tidak sempurna,” lanjutnya, “adalah karunia Tuhan bagi Gereja-Nya dan kita berkewajiban untuk menghormati mereka sebagai ‘duta untuk Kristus’ ”.

Baca juga: http://www.hidupkatolik.com/2017/12/07/15694/perampokan-dan-tembak-mati-jalan-salib-misionaris-di-filipina/

Uskup Bancud menyatakan, “To kill a priest then, for whatever motive or cause, is not only unchristian and inhuman; it is also un-Filipino (untuk membunuh seorang pastor, apa pun motif atau penyebabnya, tidak hanya tidak Kristen dan tidak manusiawi; itu juga bukan Filipina),” tulisnya.

Seperti Presiden Uskup Filipina, Uskup Bancud juga menuntut “keadilan, untuk penyelidikan yang menyeluruh dan tidak memihak atas kasus ini, serta untuk penyelesaiannya yang cepat, karena kami juga mengajukan banding kepada mereka yang mungkin memiliki pengetahuan material mengenai masalah ini untuk bekerja sama dengan pihak kepolisian.”

Baginya, hari Minggu (itu) adalah “hari yang tragis”, “kehilangan yang tak dapat diperbaiki untuk Gereja lokal Cabanatuan dan untuk semua orang yang memiliki itikad baik.”

“Semoga kematiannya menuntun kita semua untuk mencintai dan menghidupi iman Katolik, sebagaimana (teladan) Pastor Richmond … tidak diragukan lagi dicintai, berani berkhotbah, dan gigih. ”

Sementara itu Uskup Honesto Ongtioco dari Cubao mengatakan, pembunuhan itu tidak akan menghentikan orang-orang gereja untuk mengatakan kebenaran dan memberitakan Injil.

Iklim Impunitas
Kelompok hak asasi manusia Filipina Karapatan merilis pernyataan pada Senin, 11/6, mengutuk serangan terhadap para imam Katolik, seorang wartawan, dan seorang jaksa “sebagai tanda yang jelas dari iklim impunitas yang berkembang di Filipina.”

Faktanya, pada Senin, 4/6, seorang Jaksa yang hamil, mendiang Madonna Joy Tanyag,  ditikam hingga mati di kota Quezon. Dalam episode lain pada Kamis, 7/6, Dennis Denora, penerbit komunitas “Trends and Times”, ditembak dan dibiarkan mati di kota Panabo bagian Selatan, di provinsi Davao del Norte.

Juru bicara Karapatan, Cristina Palabay, mengatakan, “ada keraguan besar bahwa pihak berwenang akan sampai ke dasar dari pembunuhan terakhir [dan serangan]” di tengah pembunuhan terkait narkoba. “Pemerintah menolak untuk melihat kesalahannya sendiri, yang diperburuk oleh pasukan negara yang korup, brutal, dan tentara bayaran,” Palabay menambahkan.

Tindakan Polisi
Kepolisian Nasional Filipina (Philippine National Police/PNP) telah membentuk satu kelompok tugas penyelidikan khusus (SITG) untuk menyelidiki pembunuhan Pastor Nilo.

Pada konferensi pers Senin, 11/6 lalu, Kepala Eksekutif PNP Oscar Albayalde mengatakan dia telah memerintahkan semua kepala polisi lokal nasional untuk “berkoordinasi” dengan semua imam.

Selanjutnya ia telah menginstruksikan kepala polisi untuk menjangkau para imam di komunitas mereka dan bertanya apakah mereka menghadapi ancaman terhadap hidup mereka.

Sumber: Robin Gomes (www.vaticannews.va)
Diterjemahkan/diunggah oleh: AB

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini