Mengelola Keuangan Rumah Tangga

2025

HIDUPKATOLIK.com – Shalom Pak Bagus, saya dan suami sudah lima tahun menikah. Kami sama-sama memiliki pekerjaan. Karena hal itu, sejak kami menikah sampai sekarang, suami tak pernah memberikan sebagian pendapatannya kepada saya. Semua kebutuhan rumah tangga saya yang menanggung. Dia baru memberikan uang kalau saya minta karena uang saya habis. Saya beberapa kali berpesan, agar jangan menunggu saya minta dulu baru dia memberi uang. Saya juga berulangkali mengingatkan, agar dia perhatian dengan kebutuhan rumah tangga. Jika ada yang kurang, mohon pengertiannya untuk segera menalangi. Karena kerap terjadi seperti itu, saya pun menolak jika dia meminta untuk “melayaninya” (hubungan suami-istri). Apa yang harus saya lakukan?

Gabriella Richella, Makassar

Sebelum memasuki pernikahan –masa pacaran– pasangan akan membicarakan bersama mengelola rumah tangga. Masa berpacaran adalah kesempatan untuk saling terbuka, mengenal satu sama lain, merancang kehidupan bersama kelak. Ada kesepakatan-kesepakatan yang dirembuk bersama. Kelak, mereka (suami-istri) yang keduanya bekerja, mestinya sudah ada kesepakatan tentang keuangan sebelum menikah. Apabila belum dibicarakan, maka kemungkinan yang terjadi seperti yang Anda alami.

Suami-istri dalam sebuah keluarga seharusnya saling berlomba untuk menyejahterakan dan membahagiakan. Cinta mestinya diekspresikan dengan perbuatan untuk memberikan segalanya kepada pasangan hidupnya, bahkan nyawa pun dikurbankan demi cinta. Bukti yang paling nyata adalah cinta ibu kepada anaknya. Ibu mempertaruhkan nyawa ketika melahirkan.

Bila suami-istri masih merasa berat untuk memberikan penghasilan kepada pasangannya demi kehidupan bersama, maka perlu dipertanyakan cintanya bagi pasangan. Dari cerita Anda, tampaknya Anda dan suami belum ada kesepakatan pengelolaan keuangan sebelum pernikahan. Maka mulailah sedini mungkin untuk membicarakan bersama hal itu. Jika tidak, persoalan itu akan selalu muncul dan mengusik keharmonisan keluarga.

Ada beberapa strategi dalam pengelolaan keuangan keluarga. Hal paling pokok saat berembuk adalah keterbukaan komunikasi dan dilandasi cinta serta kebaikan bersama. Anda harus berani mengajak suami untuk membahas hal itu. Semua yang kalian lakukan demi kebahagiaan perjalanan hidup selanjutnya.

Strategi keuangan keluarga yang pertama adalah suami memberikan seluruh penghasilannya kepada sang istri. Istri harus tahu diri, jangan sampai menggunakan keuangan keluarga untuk hal-hal yang tidak perlu. Jika abai terhadap hal itu, besar kemungkinan kepercayaan suami terhadap istrinya hilang.

Strategi kedua adalah seluruh pengeluaran hidup bersama menggunakan penghasilan suami, sementara pendapatan istri untuk ditabung atau diinvestasikan. Strategi ini mirip dengan cara pertama. Pola ini biasa digunakan sebagai ekspresi suami untuk menunjukkan tanggung jawab terhadap keluarga. Namun sang istri saat menggunakan dana yang ada dalam rekeningnya harus seizin suami, apalagi kalau pengeluaran itu bersifat pribadi. Strategi ini cukup lekat dengan budaya di sebagian besar wilayah Indonesia, di mana suami bekerja dan istri di rumah.

Strategi ketiga adalah suami-istri membuka rekening bersama, dan mentransfer penghasilan masing-masing ke rekening bersama. Seluruh biaya hidup keluarga diambil dari rekening bersama tersebut. Strategi ini mengubah “kamu” dan “saya” menjadi “kita”, keluarga adalah satu kesatuan. Suami dan istri berkolaborasi untuk saling menyejahterahkan dan membahagiakan.

Strategi keempat adalah penghasilan suami maupun istri dipegang masing-masing. Namun perlu disepakati pengeluaran dalam keluarga, misal pendapatan suami digunakan untuk pengeluaran rutin seperti angsuran rumah, kendaraan, biaya listrik, dan air. Sementara penghasilan istri untuk biaya hidup sehari-hari dan sekolah anak.

Strategi apapun yang dipilih, setiap pengeluaran dana sebaiknya diketahui bersama, jangan sampai salah satu pihak merasa tak diajak bicara atau bahkan dibohongi. Jika itu terjadi maka kepercayaan bakal luntur. Perlu juga dipertimbangkan suami atau istri yang mengelola keuangan, sebab tak jarang salah satu pihak amat konsumtif. Selamat mencoba.

Y. Bagus Wismanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini