HIDUPKATOLIK.com – Sejak awal masuk seminari, Mgr Paulinus Yan Olla MSF telah dipersembahkan bagi Tuhan. Kini, keluarga akan tetap berdoa baginya.
Ada perasaan yang sedikit aneh dirasakan Sr Maria Beatriks Olla PRR pada dua atau tiga bulan lalu. Beberapa teman suster di Kalimantan sering menyinggung tentang kakaknya, Pastor Paulinus Yan Olla MSF. Sr Beatriks paham, teman-temannya mungkin hanya bercanda namun tema candaan itu seakan menyisakan bekas di dalam benaknya.
Sejak itu Sr Beatriks berpikir, pasti akan ada sesuatu yang terjadi. Tak hanya sekali, Sr Beatriks berbicara dengan beberapa rekan suster dari Kalimantan. Mereka menyinggung perihal sang kakak. Isi pembicaraan itu tak biasa, sebab rekan-rekannya berharap Pastor Paulinus akan menjadi Uskup Tanjung Selor, Kalimantan Utara. “Kakakmu sajalah yang menjadi uskup di sini,” begitu St Beatriks menirukan percakapan teman-temannya.
Siapa sangka, rasa aneh yang dirasa Sr Beatriks ternyata menjadi doa, sang kakak akhirnya dipilih Paus Fransiskus untuk menjadi Uskup Tanjung Selor. Tak terbayangkan perasaan yang berkecamuk dalam hati Sr Beatriks saat mengetahui berita ini. Ia paham benar apa yang dirasakan sang kakak, sehingga ia memilih menahan beberapa hari, sebelum menghubungi Mgr Paulinus. “Saya tidak mau mengganggu karena saya memahami bagaimana pergulatannya,” ungkap Kepala Sekolah SMP Katolik St Familia, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.
Kesan Keluarga
Usia St Beatriks dengan kakaknya, Mgr Paulinus, terpaut enam tahun. Sr Beatriks mengingat saat kakaknya sering mengajak adik-adik dan beberapa teman di sekitar rumah bermain misa-misaan di rumah mereka di Seoam, Desa Eban, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT. Ketika itu, Paulinus memakai pisang sebagai ganti hosti dalam permainan itu.
Paulinus yang pandai bermain gitar juga sering mengajak adik-adiknya bernyanyi lagu-lagu rohani. Sr Beatriks menceritakan, saat Paulinus pulang ke rumah di saat liburan semasa menempuh pendidikan di Seminari Menengah St Maria Imaculata Lalian, NTT, kakaknya itu akan mengumpulkan adik-adiknya dan bernyanyi bersama.
Sr Beatriks mengingat kakaknya sebagai orang yang unggul dalam akademis. Hal ini tak jauh dari kebiasaan yang ditanamkan oleh ayah mereka Amatus Olla. Sang ayah yang seorang guru selalu menyediakan aneka bacaan bagi anak-anaknya. Sr Beatriks mengenang, setiap sore sampai malam, ia dan kakak-adiknya menghabiskan waktu untuk membaca. Setelahnya, mereka akan berebut bercerita tentang apa yang mereka baca. “Bapak selalu membawa banyak buku dari perpustakaan.”
Mgr Paulinus di dalam keluarganya juga dikenal sebagai sosok yang sabar dan tenang. Sebagai anak pertama, ia menjadi tempat bertanya bagi adik-adiknya untuk bermacam persoalan. Ursula Maria Olla paham, kakaknya akan lebih banyak mendengar ketika ada orang lain berbicara atau bercerita. Ursula mengenal betul, kakaknya akan menimbang dengan sangat mendalam, sebelum akhirnya memberi nasihat atau pendapat. “Dia tidak pernah memotong pembicaraan orang lain, ia adalah pendengar yang baik,” ungkap Guru di SD Negeri Bansone, Kefamananu, NTT ini.
Karena jarak usia yang cukup jauh, Ursula tak banyak meluangkan waktu masa kecilnya bersama Mgr Paulinus. Namun, Ursula mengingat kakaknya sebagai pribadi yang selalu taat kepada orangtuanya. Ursula mengenang, kakaknya dengan senang hati membantu kedua orangtuanya bekerja di ladang mereka yang ditanami padi atau jagung. “Ia tidak pernah mengeluh, ia akan patuh diminta membantu orangtua.”
Ursula akrab dengan suasana saat kakaknya pulang. Saat itu akan menjadi saat berkumpul seluruh keluarga. Ia mengingat semua keponakan, sepupu, dan keluarga. “Biasanya keluarga akan datang dan membawa apa yang ada, misalnya makanan atau bahkan ayam untuk bisa dipotong dalam acara keluarga itu.”
Baik Ursula maupun kakaknya Sr Beatriks bersyukur atas dipilihnya sang kakak sebagai Uskup Tanjung Selor. Ursula pertama kali mengetahui kabar ini dari media sosial. Ia pun sempat menelepon sang kakak tentang hal ini. Sebagai keluarga ia bangga, kakaknya mendapat kepercayaan dari Paus untuk memimpin Gereja Tanjung Selor.
Sr Beatriks pun mengerti tanggung jawab yang akan dihadapi Mgr Paulinus di Tanjung Selor nanti. Ia berdoa agar kakaknya dapat menjalankan tanggung jawab ini dengan sebaik-baiknya. Sebagai adik, ia akan tetap mendoakan kakaknya di tempat tugas baru. Seperti yang dilihatnya selama ini, kesabaran, dan ketenangan Mgr Paulinus akan menjadi karakter saat berkarya di tengah umat.
Persembahan untuk Tuhan
Mgr Paulinus adalah anak pertama dari enam bersaudara pasangan Amatus K. Olla dan Theresia Naben. Kelima saudaranya adalah Margaretha Olla, Regina Olla, Sr M. Beatriks Olla PRR, Ursula Maria Olla, dan Herman Yoseph Olla. Sang ibu meninggal saat Paulinus sekolah dasar. Beberapa waktu berselang, sang ayah menikah dengan Petronela Bisel. Sejak saat itu, Petronela merawat Paulinus dan adik-adiknya. Pada 2008, sang ayah pun dipanggil Tuhan. Saat ini, ibu sambung (ibu tiri) Mgr Paulinus tinggal di rumah keluarga di Seoam.
Petronela menggambarkan perasaannya yang campur aduk saat mengetahui anaknya Mgr Paulinus terpilih menjadi Uskup Tanjung Selor. Ada perasaan bahagia, namun ada juga perasaan sedih yang tiba-tiba saja hinggap dalam hatinya. Trenyuh sebab orangtua kandung Mgr Paulinus tak bisa menyaksikan buah hati mereka mendapat kepercayaan untuk bekerja di Tanjung Selor.
Meski begitu, Petronela bahagia, anaknya dipercaya untuk memimpin umat Tanjung Selor. Tak hentinya ia bersyukur atas peristiwa ini. “Perasaan saya ada senang dan juga sedih,” ungkap Petronela.
Sejak awal merelakan anaknya masuk seminari, Petronela sadar, telah mempersembahkan anaknya bagi Tuhan. Ia tak kuasa menariknya kembali. Dengan restu itu, ia akan tetap mendukung sang anak untuk bekerja lebih tekun bagi Gereja. Ia akan terus berdoa untuk Mgr Paulinus. “Ia telah kami persembahkan untuk Tuhan. Saya akan terus mendoakan agar ia dapat bekerja di sana secara baik.”
Antonius E. Sugiyanto