Suami Pekerja Ulet

313
Businessman using a calculator to calculate the numbers

HIDUPKATOLIK.com – Ibu Eriany, saya kagum dengan suami saya. Dia pekerja ulet. Banyak pekerjaan sampingan, selain pekerjaan pokok, yang dia garap. Dengan begitu, banyak pemasukan untuk keluarga. Kebutuhan kami tercukupi. Sayangnya, karena banyak bekerja, kebersamaan dia bareng keluarga (saya dan anak) jadi langka. Saya berulangkali berpesan agar dia mengurangi pekerjaan, agar ada banyak waktu bersama. Tapi, dia selalu menjawab, jika tak seperti itu, dari mana lagi bisa membiayai kebutuhan keluarga dan pendidikan anak? Bagaimana menyiapkan tabungan untuk masa depan anak dan hari tua kami? Dia juga melarang saya untuk bekerja, seperti membuka warung. Dia minta saya fokus mengurus rumah tangga dan anak. Padahal tujuan saya untuk membantunya, mengurangi beban pekerjaannya, dengan begitu dia bisa meluangkan banyak waktu bersama keluarga. Mohon sarannya Bu.

Diana Ratnasari, Madiun

Bu Diana, bersyukurlah memiliki suami seorang pekerja keras dan bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga, termasuk menyiapkan tabungan hari tua maupun dana pendidikan anak. Sekalipun, hal ini berdampak pada kuantitas kebersamaan keluarga menjadi berkurang.

Saya juga kagum terhadap Ibu yang bisa berpikir positif terhadap suami dan memberikan alternatif solusi untuk mengurangi beban suami, meski tak disetujui. Pada dasarnya, tiap individu memiliki profil kebutuhan berbeda. Mungkin, Ibu memiliki kebutuhan yang tinggi untuk menjalin relasi yang hangat secara intens, mengupayakan kebersamaan, dan harmonisasi dalam hidup. Sementara suami tipikal pekerja keras, yang memiliki kebutuhan tinggi untuk melindungi keluarga, menunjukkan tanggung jawab, dan kebutuhan untuk berprestasi.

Terkadang pengalaman hidup yang berat pada masa lalu bisa menjadi salah satu faktor penyebab seseorang menjadi pekerja keras. Ada ketakutan agar hal itu tak terulang pada keluarganya. Bekerja itu penting, mencari uang juga penting, namun waktu bersama keluarga juga tak kalah penting.

Manusia punya kemampuan untuk memilih dan mengantisipasi risiko. Namun kebutuhan manusia takkan pernah habis. Di lain sisi, sesuatu yang berlebih ataupun kurang membuat orang lain atau diri sendiri tak nyaman. Kesibukan atau kegiatan berlebihan suami akan mengganggu keintiman relasi dengan pasangan dan anak. Oleh karenanya dibutuhkan saling pengertian, mengalah, namun juga saling menguatkan, mengisi kekurangan masing-masing, dan membuat komitmen bersama untuk mencapai kesejahteraan keluarga.

Mungkin istri bisa memahami dan menerima kesibukan suami, bagaimana dengan pemenuhan kebutuhan anak? Anak tak memiliki otoritas terhadap orangtua, namun mereka punya hak untuk mendapatkan perhatian, kesejahteraan dari orangtuanya. Ada banyak harapan dan kebutuhan anak yang tak bisa diukur dengan uang.

Kesibukan seringkali membuat ayah kesulitan untuk membangun ikatan batin dengan anak dan kehilangan momen perkembangan penting. Figur ayah memiliki peran penting bagi perkembangan anak. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan bermanfaat untuk perkembangan anak secara sosial, emosional, fisikal, dan kognitif.

Bila secara kuantitas waktu untuk anak dan istri dirasa kurang maka harus diganti dengan waktu yang berkualitas dan komunikasi yang terbuka. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan, antara lain suami mengatur kembali jadwal kerja sampingannya agar tetap ada waktu untuk keluarga, makan malam bersama minimal pada akhir pekan, dilanjutkan dengan jalan-jalan.

Selama itu jangan membahas pekerjaan dan menonaktifkan handphone masing masing. Bisa juga mengirim pesan atau videocall, menanyakan kegiatan dan keadaan keluarga, mengantar anak ke sekolah, dan mendokumentasikan kegiatan bersama keluarga dalam beragam bentuk. Khusus bagi istri, mengisi waktu luang dengan kegiatan produktif dan sesuai hobi dapat mencegah kebosanan. Selamat berkumpul bersama keluarga.

Praharesti Eriany

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini