Bergegas Memberdaya Iman Umat

648
Interior Gereja Katedral St Maria Assumpta Tanjung Selor. [HIDUP/ Marchella A. Vieba]

HIDUPKATOLIK.com – Paroki Santa Maria Assumpta Katedral Tanjung Selor – Bergegas Memberdaya Iman Umat

Tantangan terus ada, baik dari umat lama, maupun umat baru. Terus menerus memperdalam iman umat menjadi fokus para gembala agar tak ada domba yang lepas.

SIANG itu, beberapa pemuda dan ibu-ibu terlihat di pelataran Gereja Santa Maria Assumpta Katedral Tanjung Selor. Mereka sibuk membersihkan halaman gereja dan menata bangku-bangku. Sore itu akan dilaksanakan Salve Agung yang menjadi pembuka rangkaian tahbisan uskup Tanjung Selor.

Di sekeliling area katedral sudah terlihat poster dan umbul-umbul menyambut sang gembala baru. Pastor Kepala Paroki Katedral Tanjung Selor Pastor, Alexander Palino MSC menyambut gembira kehadiran uskup baru di Tanjung Selor.

Demikian juga perasaan hati yang berkecamuk di hati umat keseluruhan. “Kami bahagia akhirnya mendapat seorang gembala baru setelah selama ini kepemimpinan di Keuskupan Tanjung Selor lowong.”

Paroki Katedral beralamat di Jalan Skip I No. 54, Tanjung Selor, Bulungan, Kalimantan Utara. Dulunya, wilayah ini termasuk dalam Provinsi Kalimantan Timur. Paroki Tanjung Selor merupakan pemekaran dari Paroki Santo Petrus, Sungai Kayan.

Pemekaran ini berdasar SK Keuskupan Samarinda No. 353/I/KS/1996 tanggal 1 Januari 1996. Paroki ini berubah menjadi Paroki Katedral Tanjung Selor seiring dengan berdirinya Keuskupan Tanjung Selor pada 9 Januari 2002.

Pastor Alex menjelaskan kegiatan umat di parokinya kebanyakan terjadi di stasi. Di pusat paroki sendiri umatnya sedikit. Meski demikian, bila ada acara-acara besar seperti Natal dan Paskah, umat berbondong- bondong ingin hadir dan mengikuti Misa di katedral.

“Kegiatan seperti OMK dan Sekami ada, itu yang aktif. Yang lain sepi saja karena yang ramai kegiatan umat di stasi,” ujar Pastor Alex.

Untuk Misa mingguan, Katedral Tanjung Selor mengadakan satu kali Misa pada hari Minggu. Pastor Alex menjelaskan ini dikarenakan umat tersebar di stasi-stasi sehingga di sekitar Katedral justru tidak terlalu banyak.

Ia menambahkan, umat di parokinya kebanyakan adalah perantau. Ia sadar ini menjadi tantangan besar bagi pastoral di Tanah Borneo. “Beberapa kasus, semangat untuk Misa mingguan itu juga kurang. Banyak perantau hanya datang demi mencukupi kebutuhan ekonomi. Jadi kegiatan-kegiatan gereja kalah dengan kegiatan mencari nafkah,” papar Vikaris Jenderal Keuskupan Tanjung Selor ini.

Pastor Alex dan rekan imam lain merasa kesulitan dalam mendata umat. Yang paling krusial yaitu ketika pasangan ingin menerimakan Sakramen Perkawinan. Ia berkisah, suatu kali pernah menemukan salah satu calon pasangan mengaku lajang, namun ternyata menikah di tempat lain.

“Hal-hal seperti inilah yang ingin dihindari oleh paroki. Jangan sampai karena kita masih lemah dalam hal data, bisa jadi kecolongan,” tegasnya.

Masih dalam hal perkawinan, Pastor Alex juga menemukan adanya pasangan yang sudah hidup layaknya keluarga sebelum menerima Sakramen Pernikahan. “Jadi ketika ikut kursus, ada pasangan yang sudah gandeng dan gendong anak. Walaupun tidak semua begitu. Kita fokus membereskan masalah perkawinan,” ucap Pastor Alex.

Namun di samping itu, Pastor Alex juga melihat animo masyarakat asli yang mengimani Katolik di parokinya. Ia melihat bahwa umat penduduk asli ini adalah umat Katolik yang baru, pindah dari gereja lain. Pemahaman mereka akan ajaran Katolik pun terbatas. Ia bersama dengan timnya harus memutar otak dan tenaga agar umat ini mau terlibat aktif dalam kegiatan gereja.

Pastor Alex menyadari bahwa masyarakat asli juga tidak kuat dalam iman, mudah berpindah baik karena faktor perkawinan maupun pekerjaan. Ia berharap umat masyarakat asli ini kokoh, kuat, dan berani mempertahankan imannya. “Umat harus punya pemahaman tentang ajaran imannya yang mendalam,” demikian semburat
asa Pastor Alex.

 

Marchella A. Vieba

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini