Hantu Radikalisme

153
Yenny Wahid, Lukman Hakim, dan Jimly Assidiqie (kiri-kanan).
[HIDUP/Decky Adiarto]

HIDUPKATOLIK.com – SAAT ini, masyarakat hidup di dua dunia: nyata dan maya. Tak hanya “bermukim” di dua tempat berbeda, komunikasi di masing-masing dunia itu pun amat berlainan.

Perbedaan itu kerap menimbulkan distorsi dan mispersepsi. Demi mencegah suatu yang tak diinginkan, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, mengajak masyarakat untuk memiliki sifat tenggang rasa dalam kehidupan sehari-hari.

Hal itu disampaikan Lukman saat menjadi salah satu pembicara dalam Dialog Nasional Aplikasi Kehidupan Berbhinneka “Kita Adalah Satu, Kita Indonesia, Kita Pancasila” yang digelar oleh Perkumpulan Alumni Kanisius di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Selasa, 8/5.

Gubernur PTIK Irjen Pol.Remigius Sigid Tri Hardjanto menambahkan, di sekolah di bawah naungannya terdiri para polisi dari berbagai suku. Penerapan Pancasila secara nyata juga telah dilakukan. Sehingga, mereka bisa cair antara satu sama yang lainnya.

[Dok.HIDUP/ Decky A]
Sementara Yenny Wahid mengungkap, Indonesia saat ini tengah dihantui oleh radikalisme dan intoleransi. Dari survei yang dilakukan oleh Yenny Wahid Institute, saat ini angka radikalisme di Indonesia mencapai 0,4% yang melakukan tindakan radikal. “Tapi, mayoritas dari jumlah itu bukanlah pelakukanya, melainkan mereka adalah penyumbang ke organisasi radikal,” katanya.

Para narasumber dalam Dialog Nasional Aplikasi Kehidupan Berbhinneka “Kita Adalah Satu, Kita Indonesia, Kita Pancasila” yang diadakan oleh Perhimpunan Alumni Kanisius pada 8/5 di Ball Room Hotel Pullman, Jakarta. [HIDUP/ A.Bilandoro]
Acara ini juga menghadirkan pembicara lain, seperti Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Assidiqie, Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat, dan Guru Besar STF Driyarkara Pastor B. S. Mardiatmadja SJ.

Decky Adiarto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini