Murid yang Dikasihi

1754

HIDUPKATOLIK.com – Dalam Injil Yohanes disebutkan adanya murid yang dikasihi Yesus. Sebenarnya, siapakah murid itu? Mengapa namanya tidak pernah dikatakan?

Maria Lia Adriani, Kediri

Pertama, predikat “murid yang dikasihi Yesus” muncul dalam Injil Yohanes. Dia adalah sahabat yang paling dekat dengan Yesus. Seringkali “murid yang dikasihi Yesus” ini disebut juga “murid yang lain” (Yoh 18:15-16; 20:4, 8). Menurut tradisi, dia menjadi sumber utama untuk iman Kristiani bagi komunitas-komunitas Yohanes. Dari dialah telah lahir Injil menurut Yohanes (Yoh 20:24: “yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya”).

Kedua, dari Injil Yohanes dan dari surat-surat Yohanes, kita bisa mengetahui bahwa komunitas-komunitas Yohanes ini mengalami krisis dan konflik internal dan eksternal yang sangat berat. Injil Yohanes menunjukkan bahwa terjadi ketegangan yang memuncak antara orang-orang Kristiani dan para pemimpin Yahudi.

Dalam bab 9, kisah penyembuhan orang yang lahir buta, nampak jelas adanya konflik antara mereka yang percaya pada Yesus sebagai Mesias dan orang-orang Yahudi lainnya. Perikop ini menunjukkan secara eksplisit peristiwa besar perpisahan akhir dari orang-orang Kristiani Yohanin ini dari komunitas Yahudi mayoritas. Perpisahan ini adalah keputusan dari Yudaisme, pada sekitar tahun 90-an, untuk mengucilkan dari sinagoga siapa saja yang mengakui Yesus sebagai Mesias (bdk. Yoh 9:22). Juga ada ketegangan-ketegangan lain yang berkembang di dalam komunitas itu sendiri. Dalam surat pertama Yohanes kita temukan terjadinya kelompok-kelompok yang saling mencela secara kasar, yang tidak bisa ditemukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Dalam konteks inilah, komunitas Yohanes menggambarkan secara keras apa saja yang harus dipercayai oleh para pengikut sejati dari Yesus Kristus dan bagaimana mereka harus bertingkah-laku.

Dalam situasi inilah, “murid yang dikasihi Tuhan” ini menjadi sumber inspirasi dan otoritas. Bahkan sesudah kematiannya (21:23), ajaran-ajarannya terus mengilhami perkembangan teologi tinggi tentang Yesus, yang membuat Injil keempat ini menjadi unik. Barangkali yang paling menarik ialah bahwa murid ini muncul dengan predikat “murid yang dikasihi Tuhan” baru pada hari-hari terakhir hidup Yesus di dunia, yaitu pada perjamuan malam terakhir (13:23), di Kalvari (19:26), ketika menjenguk makam Yesus (20:2) dan di Galilea sesudah kebangkitan (21:20).

Ketiga, kemunculan murid yang dikasihi Yesus selalu dikaitkan dengan Petrus yang adalah pemimpin pertama Gereja Kristus. Pada perjamuan malam terakhir, rasul Petrus meminta kepada murid itu untuk bertanya kepada Yesus (13:23-24). Di halaman istana Imam Agung, murid yang lain ini bersama Simon Petrus masuk mengikuti Yesus (18:15-16). Juga ketika mengunjungi makam Yesus, murid yang lain ini berlari bersama Petrus. Meskipun ia mencapai makam terlebih dahulu, ia tidak masuk. Justru yang masuk terlebih dahulu ialah Petrus tetapi dia-lah menjadi yang pertama yang percaya pada kebangkitan Kristus (20:1-10). Demikian pula di pantai danau Tiberias, dialah yang pertama mengenali Yesus dan memberitahu Petrus (21:20-24). Akhir Injil Yohanes juga menampilkan dialog Yesus yang menanyai Petrus tiga kali tentang cintanya (21:15-19) dan langsung disusul dengan komentar tentang “murid yang dikasihi” (21:20-23).

Keempat, menurut Raymond Brown, ada tiga kemungkinan siapa “murid yang dikasihi Yesus itu.” Pertama, sosok yang sudah dikenal dalam Perjanjian Baru, yaitu Yohanes, putra Zabedeus. Kedua, dia hanyalah seorang simbolis, seorang contoh murid yang sempurna. Penafsiran ini diteguhkan oleh kenyataan bahwa namanya tidak pernah dikatakan secara eksplisit. Ketiga, seorang murid yang sederhana pada tradisi sinoptik awal, sangat tidak penting untuk diingat pada tiga Injil pertama, tetapi kemudian menjadi seorang sosok penting dalam komunitas Yohanes dan Injil keempat. Penafsiran ketiga inilah yang banyak dipegang oleh para ahli.

Petrus Maria Handoko CM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini