HIDUPKATOLIK.com – Credit Union (CU) menjadi salah satu jawaban atas masalah ketimpangan ekonomi masyarakat. Di paroki, CU harus mampu menyejahterakan umat.
Di musim tanam tak banyak warna hijau padi yang tersisa di Desa Makale, Toraja, Sulawesi Selatan. Meski begitu udara yang berhembus dari pegunungan di kejauhan masih tetap terasa sejuk meraba kulit. Kabut yang tersisa di puncak-puncak bukit sedikit menyamarkan lebat hutan di pegunungan itu.
Pada musim ini, warna kehijauan berganti dengan suara sendau-gurau petani yang bekerja menggarap lahan. Wajah ceria mereka mengawali musim tanam yang baru. Meski lelah kebersaan di antara mereka seakan menjadi lecutan semangat.
Sayang, semangat petani-petani ini tak sejalan dengan kenyataan yang mereka hadapi. Setiap musim panen tiba, sering terjadi kelangkaan benih. Tak ada cukup benih padi untuk ditabur oleh petani yang penuh semangat itu. Tak hanya itu, beberapa petani hanya bisa menabur di area kecil, bahkan tak lebih dari dua petak sawah.
Kondisi demikian menggugah hati Pastor Fredy Rante Taruk. Imam Keuskupan Agung Makassar (KAMS) ini tergerak untuk membantu petani di Makale. “Option for the poor”, keberpihakan kepada kaum miskin’, kata-kata magis yang sering dengar dalam kuliah
Ajaran Sosial Gereja (ASG) di Seminari Tinggi seakan membakar semangatnya melakukan suatu perubahan.
Kearifan Lokal
Pastor Fredy mengawali “gerak sosial ekonomi”-nya saat ditugaskan menjadi Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Makassar (PSE KAMS). Sejak itu perhatiannya terfokus pada pemberdayaan masyarakat kecil. Ia berpendapat masalah kesejahteraan bukan saja urusan negara melainkan seluruh umat beriman.
Ia bersama-sama dengan masyarakat Toraja mengadakan gerakan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, CU menjadi jawaban atas cita-cita menyejahterahkan masyarakat Toraja. CU juga dikenal sebagai Koperasi Simpan Pinjam. Meskipun CU lahir dan berkembang di Jerman namun Pastor Fredy bersama tim PSE KAMS membumikan nilai CU melalui kearifan budaya lokal.
Soal kiprahnya ini, Pastor Fredy selalu teringat Pastor Albrecht Karim Arbie SJ yang adalah perintis CU di Indonesia. Ia menuturkan bahwa Pastor Albercht melihat CU sebagai suatu model lembaga yang bertujuan memberdayakan orang miskin. Pastor Fredy pun memiliki pandangan serupa. “CU harus selalu didukung karena memiliki cita-cita luhur sesuai ajaran cinta kasih,” ujarnya.
Dengan dukungan dari PSE KAMS maka dibentuklah CU Sauan Sibarrung (CUSS) yang resmi dideklarasikan pada 7 Desember 2006. Lembaga keuangan rakyat ini menjadi pengamalan nyata aksi cinta kasih Gereja Katolik di tengah masyarakat Toraja.
Sejak awal Pastor Fredy memilih pendekatan lokal dalam mengembang CU ini. Hal ini mengingat CUSS lahir dari masyarakat. CUSS akan mendapampingi masyarakat dalam pengembangan lembaga keuangan mikro.
CUSS memiliki visi dasar pendampingan, menciptaan lembaga keuangan profesional berdasarkan komunitas lokal. Dalam pelayanannya, CUSS memperhatikan unsur-unsur budaya, lingkungan atau alam setempat dengan semangat Injil. Meski begitu CUSS tetap berjalan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip credit union. “CUSS dibangun menjawab persoalan ekonomi di wilayah Toraja,” ungkap kelahiran 28 September 1972 ini.
Tiga produk pertama yang dikeluarkan CUSS mencerminkan kearifan lokal tersebut. Nama produk tabungan tersebut ialah “mana”, “sibaro” dan “alam sura”. Hal ini bertujuan agar masyarakat Toraja mempunyai rasa memiliki yang besar akan program CUSS.
Pastor Fredy menekankan nilai demokratis dalam CU. Ia menuturkan, suara anggota sangat penting bagi perkembangan CU. Maka, moto CUSS “Indemo Tu Gori-Gori Tang Ma’ti” pun memiliki semangat yang sama. Ungkapan ini berarti “ini adalah sumber kehidupan yang tidak akan pernah habis selamanya”.
Tokoh Koperasi
Keuletan Pastor Fredy membina CUSS membawa namanya melambung hingga tingkat provinsi. Meski begitu ia mengakui pada mulanya pemberdayaan masyarakat tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Pada tahun pertama, Pastor Fredy memilih pola responsif reaktif dalam menyelesaikan masalah. Pola tersebut ternyata tidak memberikan hasil yang efesien dan maksimal. “Banyak petani mengeluh minta benih tiap bulan. Saya jadi pusing,” imbuh pembina CU Paroki Blok Q ini.
Pastor Fredy kemudian mempelajari “Strategic Planning” atau “Rencana Strategis” (Renstra). Renstra merupakan program jangka panjang suatu lembaga yang mampu memberikan tata kelola efektif dan efisien. Setelahnya petani yang tadinya mengeluh tiap bulan, tidak mengeluh lagi. Tata kelola program menjadi lebih teratur. “Pengadaan barang dan dana bisa dicapai. Renstra menyelematkan CUSS,” ujarnya.
Sepak terjang CUSS di Sulawesi pun bergema di telinga masyarakat hingga pemerintah. Kerja keras Pastor Fredy bersama tim berbuah manis. CUSS mengantongi penghargaan
sebagai Koperasi Terbaik di Sulawesi Selatan tahun 2012.
Pengakuan itu tidak hanya diberikan kepada CUSS. Tahun 2013, melalui Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor:1400/VII/Tahun 2013 ditetapkanlah Pastor Fredy terpilih sebagai Tokoh Koperasi Provinsi Sulawesi Selatan.
Pertama Tingkat Asia
Mengantongi dua prestasi tidak membuat Pastor Fredy berpuas diri. Selama tiga tahun pertama Pastor Fredy mendorong anggota agar melakukan pemberdayaan dari usaha-usaha individu atau kelompok. Renstra berfokus pada penggiatan menabung bagi anggota CU.
Imam yang sudah 12 tahun menjadi Ketua Komisi PSE KAMS ini mendorong CUSS agar memperoleh Sertifikasi Access Branding. Tujuannya agar CUSS memiliki reputasi di dunia usaha yaitu dengan mengedapankan ekpresi lokal berkemampuan internasional.
Ada empat aspek yang diperhitungkan, yakni struktur kekuatan kelembagaan, pelayanan, kemasyarakatan, dan organisasi. Tahun 2016 Fasilitator CUSS mengundang asesor Access Branding dari Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) induk koperasi kredit sekunder tingkat nasional, berkedudukan di Jakarta. Tahun 2017 ia mengundang asesor dari Asian Confederation Credit Union (ACCU). Kedua hasil audit “mendiaknosa” CUSS sebagai lembaga yang sehat. Jejak ini akhirnya berbuah penghargaan sertifikasi Access Brandung kategori Bronze pada September 2017. CUSS merupakan CU Indonesia pertama yang menerima penghargaan Tingkat Asia.
Setelah jauh menapaki “gerak sosial ekonomi”-nya, Pastor Fredy masih ingin lebih banyak bekerja untuk memperbaiki kualitas hidup orang banyak. Ia senang ada banyak paroki yang membuat CU. Menurutnya, adanya CU di paroki musti semakin menyejahterakan umat. “CU yang lahir dari paroki harus sehat agar tidak buat masyarakat susah.”
Pastor Fredy Rante Taruk
TTL: Toraja, 28 September 1972
Jejak Karya: Ketua CU Sauan Sibarrung (2016-kini)
Penghargaan: Tokoh Koperasi Sulawesi Selatan 2013
Felicia Permata Hanggu