HIDUPKATOLIK.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo) mendorong kelahiran unicorn baru di Indonesia dengan mempertemukan start-up Indonesia yang berpotensi besar menjadi unicorn dengan investor-investor global, di antaranya Amerika Serikat, Jepang, Republik Rakyat Tiongkok, Singapura, dan Australia.
Peristiwa tersebut tengah berlangsung saat ini, dalam acara 1st NextICorn International Summit Indonesia, bertema “Digital Energy of Asia, Voyage to Indonesia as a Digital Paradise” yang telah dimulai Rabu ini hingga besok, 9-10/5, di Bali Nusa Dua Convention Center.
Acara tersebut menghadirkan empat CEO (Chief Executive Officer) Unicorn Indonesia yaitu CEO&Founder Go-Jek Nadiem Makarim, CEO & Co-Founder Traveloka Ferry Unardi, CEO & Co-Founder Tokopedia William Tanuwijaya, dan CEO & Founder Bukalapak Achmad Zaky.
Keempat pimpinan Unicorn didampingi oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong dan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara. Mereka mengisi sharing session dalam Lane of Fame of Indonesian Unicorns, dengan memaparkan tantangan awal yang sering dihadapi serta peluang mencari dukungan dan mengembangkan kemitraan (partnership) dalam lanskap digital Indonesia.
Dilansir dari situs pressrelease.id, Deputy to the Chairman of NextICorn Board, Strategy Formulation & Coordination, Lis Sutjiati, menyampaikan, kehadiran para CEO Unicorn bermaksud untuk memperkenalkan Indonesia kepada VCs (venture capital/ pemodal ventura, red.) tentang potensi untuk menjadi unicorn di Indonesia yang sangat besar. “Mereka datang untuk mempromosikan, di belakangnya adalah saudara-saudara mereka dari Indonesia, ada sekitar 70 start-ups dari Indonesia.”
Salah satu narasumber, William Tanuwijaya mengimpikan, “bayangkan jika Sillicon Valley itu bisa di replika.” Mimpi William bisa saja menjadi kenyataan, dengan adanya keterlibatan dari para start up baru yang memperoleh dukungan investasi dan dukungan dari pemerintah melalui Kemenkominfo.
Tujuan dari sejumlah start up yang telah menerima pendanaan awal, selanjutnya dalam program ini mementingkan mereka supaya mendapatkan peluang terbesar untuk bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.
Juru Bicara NextICorn Daniel Tumiwa, memaparkan, “kalangan investor dan pengembang global sangat ingin melihat potensi Indonesia. Mereka tidak hanya menyampaikan pencerahan lewat berbagi pengetahuan, namun lebih jauh ingin menyaksikan bidang-bidang area digital yang akan berpotensi maju dan diserap oleh pengguna di Indonesia”, tegasnya.
Kesempatan ini diharapkan dapat memberi semangat kepada unicorn-unicorn Indonesia. Selanjutnya, start up yang gagal bisa dipetakan dengan cara inkubasi, diberi role model, kepercayaan bahwa program tersebut bisa berjalan, dan mengevaluasi apakah bisnis itu sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat atau tidak.
Wiliam menambahkan bahwa kita beruntung pemerintah berada di depan, sambil mengundang global investor bahwa mereka pro terhadap digital economy, sehingga memberikan kepastian. “Perusahaan teknologi sebelum kita sudah mulai seperti di China, India. ROI (return of investment) saat itu belum ada. Sekarang, selain adanya role model, dukungan pemerintah menjadi modal.”
William turut menjelaskan bahwa investasi asing penting, karena pemodal ventura menginstal dan menggunakan aplikasi sehari-hari. Sehingga Traveloka, Tokopedia, dan Gojek yang telah berkembang, setelah mereka keluar, bisa mengembangkan lebih lanjut usaha yang sejenis. Ali Baba (perusahaan multinasional asal Cina) menerima investasi dari Yahoo (penyedia layanan Web asal Amerika). Begitu pula Facebook (pendirinya, Mark Zuckerberg) juga mencari modal dari luar negeri dan membangun modal kerja di dalam negeri.
Mengutip dari pernyataan Rudiantara via instagram @Kemenkominfo, bahwa Indonesia adalah negara dengan empat unicorn dari tujuh unicorn yang ada di Asia. “Kita percaya bahwa akan ada unicorn-unicorn berikutnya di Indonesia, oleh karenanya kita dorong acara NextICorn Summit Indonesia ini,” kata Rudi.
Peran pemerintah, khususnya Kementerian Kominfo juga berubah dalam era digital ini, yang semula hanya fokusnya menjadi regulator, harus menjadi menjadi fasilitator, bahkan menjadi akselerator, dan ini sudah direfleksikan dalam dalam program-programnya, salah satunya adalah dengan programNextICorn International Summit Indonesia.
Rudiantara kembali menyarankan bahwa program ini memberikan forum atau ruang bagi start up-start up Indonesia. “Pilih yang sudah dikurasi untuk bertemu dengan calon-calon investor. Apakah venture capital dari luar negeri maupun dalam negeri.”
Selain dihadiri oleh tokoh nasional, turut hadir pula pembicara dari ASEAN E-Sports Pioneer Nick Nash dan wirausahawan asal Brasil Eduardo Saverin, salah satu pendiri Facebook.
“Ini pertama di dunia, ada negara punya program khusus untuk kolaborasi semua ekosistem dunia untuk ketemu VCs dunia. Memang masih panjang jalannya, tapi kalau udah ketemu, akan ada proses dan likely to happen. Ini pemerintah sebagai proses akselerasi agar investor-investor dunia yang bisa menelurkan Unicorn, ketemu dengan start-up Indonesia,” imbuh Lis Sutjiati.
Lis menuturkan bahwa start-up ini sendiri sudah dikurasi. “Boleh kita bilang most potential, most promising start-up. Kita tidak bisa bilang sudah pasti jadi unicorn, tapi mereka adalah the most promising dengan segala kriterianya untuk menjadi calon unicorn ke depan. Ini yang akan kita bawa atau kita tampilkan, hidden germ dari Indonesia sebagai digital paradise.”
Koordinator Event NextICorn, Ridzki Syahputera, menjelaskan bahwa penyelenggaraan event kali ini bukan sekadar acara teknologi biasa. “Ini sangat unik, karena the purpose of the agenda sangat sharp, sangat straightforward. Kita mencari investasi dari luar negeri untuk investasi ke dalam start-up Indonesia. Itu saja, very simple. Semua orang yang akan datang ke event ini tahu itu,” jelasnya.
Ridzki Syahputera menambahkan, secara khusus, ditargetkan Program NextICorn bisa menjadi platform yang bisa diakses oleh calon investor. “Setelah event ini investornya bisa koordinasi dengan kami untuk ketemu dengan siapa saja yang di Indonesia, sebagai red carpet access di sini ataupun di luar negeri.”
Anton Bilandoro