HIDUPKATOLIK.com – Isu itu disebar lewat media sosial, bahkan dimanfaatkan untuk memeras kami, ujar Pastor Yohanes.
Hampir tengah hari anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta tiba di gerbang Lembah Karmel, Cikanyere, Cianjur, Jawa Barat, Kamis 26/04. Mereka datang dan menyaksikan langsung terkait beredarnya isu miring soal keberadaan biara Kongregasi Carmelitae Sancti Eliae (CSE) dan upaya kristenisasi di sana.
Para tokoh FKUB mengelilingi Lembah Karmel seluas 14 hektar tersebut. Sekretaris FKUB DKI Jakarta, H. Taufiq Rahman, menegaskan, setelah mengelilingi dan melihat langsung wilayah itu, sama sekali tidak ada kristenisasi di sana.
“Apa yang diisukan itu tidak benar. Pertama, isu 250 hektar Lembah Karmel, itu tidak ada. Baru saja dilihat ternyata hanya belasan hektar. Saya juga bangga bahwa di dalam kompleks ini terdapat mushola,” katanya.
Taufiq juga menegaskan, tak ada pembabtisan di sana. Praktik itu hanya terjadi di paroki, sementara Lembah Karmel bukan paroki. “Lembah Karmel merupakan tempat pendalaman iman, umatnya berasal dari paroki-paroki lain. Kami berkomitmen untuk meluruskan kesalapahaman ini dengan mensosialisasikan kepada setiap pemuka-pemuka agama,” terangnya.
Pendiri Biara CSE, Pastor Yohanes Indrakusuma CSE, mengatakan, ada sejumlah kelompok lewat media sosial menuduh Lembah Karmel sebagai pusat kristenisasi terbesar di Asia. “Itu tidak benar. Isu telah beredar dan bahkan dimanfaatkan untuk memeras kami,” aku Pastor Yohanes.
Lembah Karmel, lanjutnya, justru membina hubungan baik dengan warga sekitar. Silaturahmi sering dilakukan termasuk saat Idul Fitri. “Mereka menerima kami meskipun kami memakai jubah di tengah-tengah mereka. Selain itu, hingga saat ini tak pernah ada satupun warga sekitar yang dibaptis menjadi Katolik,” jelasnya.
Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Jakarta (HAAK-KAJ), Pastor Antonius Suyadi, mengatakan, isu kristenisasi yang dihembuskan memiliki beragam motif, seperti ekonomi dan politik. “Dengan bantuan tokoh-tokoh FKUB tadi akan mengklarifikasi dan mensosialisasikan yang terjadi di sini,” bebernya.
Lebih lanjut, Romo Yadi, sapaannya, melanjutkan, FKUB DKI Jakarta justru menjadikan Lembah Karmel sebagai acuan bagi tempat lain yang memberi kontribusi dan kebaikan untuk lingkungan sekitar.
Pihak Lembah Karmel membantu masyarakat dengan menyediakan lapangan pekerjaan. “Sebagian besar pekerja di sini adalah Muslim,” tambahnya. Romo Yadi berharap, perjumpaan ini bisa menanamkan saling pengertian, memahami, dan terbuka antar para pemeluk agama. Bagi Romo Yadi, yang perlu dikembangkan saat ini adalah budaya damai dan toleransi, bukan saling memusuhi.
Willy Matrona