Apakah Yudas Berjasa?

2854

HIDUPKATOLIK.com – Karena Yudas mengkhianati Yesus, maka Yesus dihukum mati. Apakah bisa dikatakan bahwa Yudas berjasa? Seandainya Yudas sadar dan tidak jadi mengkhianati Yesus, apakah penebusan kita akan gagal?

Sandra Hariyanto, Surabaya

Pertama, kita harus menyadari bahwa Allah adalah Sang Pencipta dan sesudah mencipta, Allah tidak tinggal diam tetapi terus berkarya dalam sejarah. Dia-lah yang mengatur terjadinya peristiwa-peristiwa. Semua ini kita sebut sebagai Penyelenggaraan Ilahi. Allah adalah Tuhan atas sejarah. Dalam penyelenggaraan-Nya, Allah mampu menggunakan
tindakan-tindakan manusia untuk maksud dan rencana-Nya. Contoh yang jelas nampak dari kata-kata Josef kepada saudara-saudaranya: “Meskipun kamu bermaksud mencelakakan aku, Allah memaksudkan hal itu untuk kebaikan, untuk mencapai tujuan-Nya yang sekarang, keselamatan banyak orang” (Kej 50:19-21). Nabi Yesaya menegaskan Penyelenggaraan Ilahi terjadi dimana-mana. Misalnya: Allah menggunakan bangsa-bangsa asing untuk menghukum Israel (Yes 10:5-6; bdk juga Yer 25:9 dan 43:10).

Paulus juga mengajarkan tentang Penyelenggaran Ilahi bahwa Allah ikut bekerja dalam segala sesuatu (bdk. Rom 8:28-30; Ef 1:3-6). “Tanpa Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa” (Yoh 15:4-5). Allah adalah awal dan tujuan akhir serta pendukung alam semesta dengan hukum alam sebab-akibatnya (bdk 1 Kor 4:7; Fil 2:13). Segala sesuatu tergantung pada Allah sebagai sebab pertama dan universal. Juga kebaikan moral yang ada dalam setiap keputusan dan tindakan tergantung pada rahmat Allah.

Kedua, dalam Penyelenggaraan Ilahi-Nya, kebebasan manusia dan hukum alam (sebab-akibat) tetap berfungsi dan dihargai oleh Allah. Artinya, Penyelenggaraan Ilahi tidak melangkahi atau membatalkan tapi malah mendukung kebebasan manusia dan hukum alam. Manusia tetap menikmati kebebasannya dan tetap bisa bertindak secara bebas dalam konteks Penyelenggaraan Ilahi. Inilah misteri kuasa Allah yang tak terbatas dalam pergaulanNya dengan kehendak bebas manusia sebagai ciptaan. Kemampuan Ilahi inilah yang tidak bisa ditiru atau dimiliki oleh ciptaan manapun.

Tetap harus ditegaskan bahwa Allah Sang Kebaikan itu pasti tidak menghendaki, merencanakan dan menyetujui perbuatan jahat. Kehendak saudara-saudara Yosef untuk membunuh, menjual Yosef, pasti bukan berasal dari Allah. Sikap Pilatus yang ingin menyenangkan orang Yahudi bukanlah kehendak Allah. Demikian pula, pengkhianatan Yudas juga tidak dikehendaki oleh Allah. Namun demikian, dengan kemahakuasaan-Nya, Allah bisa menggunakan kejadian-kejadian itu, bahkan yang jahat sekalipun, untuk pelaksanaan rencana-Nya. Jika Yudas, Pilatus dan lain-lainnya berubah sikap, maka, wafat, kebangkitan Yesus dan penebusan kita akan diusahakan dengan sarana dan kejadian karena kemahakuasaan Allah.

Ketiga, baik saudara-saudara Yosef maupun Pilatus dan Yudas, masing-masing mempunyai kebebasan dan dengan menggunakan kebebasannya masing-masing telah memilih berbuat dosa. Mereka masing-masing tetap harus bertanggungjawab atas pilihan bebas mereka. Jadi, Yudas bukanlah pahlawan, tetapi tetap pengkhianat. Dia tidak berjasa apapun. Pilihan kejahatan yang dilakukan saudara-saudara Yosef tetap harus mereka pertanggung-jawabkan di hadapan Allah.

Inilah misteri kebebasan manusia. Allah menciptakan manusia dengan menganugerahinya kebebasan. Kebebasan adalah salah satu unsur yang membuat manusia secitra dengan Allah. Karena itu, manusia dipanggil untuk menggunakan kebebasannya secara positif untuk menanggapi rencana keselamatan Allah. Dengan demikian, manusia menjadi mitra
Allah dalam Penyelenggaraan Ilahi-Nya dan karena itu manusia menjadi semakin menyerupai DIA.

RP Petrus Maria Handoko CM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini