HIDUPKATOLIK.com – Ia dikenal sebagai Paus yang mempropagandakan Perang Salib. Meski demikian, ia berjasa menegakkan disiplin rohani dan menyatukan Gereja.
Dalam Oratorium di Istana Lateran, Paus Callistus II (1119- 1124) melukiskan figur Paus Urbanus II. Meski tak pernah menjadi kultus bagi Gereja Universal, figur itu ditempatkan di bawah kaki Bunda Maria. Di atas tiaranya (mahkota susun tiga) diberi simbol “hallo” yang berbentuk bulat putih, dan di bawahnya bertuliskan “Sanctus Urbanus Secundus”.
Paus Urbanus II wafat pada 29 Juli 1099. Dan, sejak itu, rakyat Roma mengenang dan menghormatinya, setiap tanggal wafatnya. Paus ini kemudian dibeatifikasi pada 14 Juli 1881, setelah proses beatifikasinya disahkan oleh Paus Leo XIII (1878- 1903).
Paus Urbanus dikenal sebagai Paus yang mempropagandakan Perang Salib untuk pertama kali. Loyalis Paus Gregorius VII (1073-1085) ini tidak henti menyuarakan reformasi Gereja yang telah digariskan pendahulunya. Selain dikenal sebagai reformator Gereja, ia berjasa besar dalam mendasari terbentuknya model Kuria Roma modern yang berfungsi untuk membantu reksa pastoral Bapa Suci.
Rahib Cluni
Paus Urbanus II bernama asli Eudes de Lagery atau Ottoni di Lagery. Ia lahir di Châtillon-sur-Marne, Champagne, Perancis, pada 1042. Maka ia sering disebut Ottoni di Lagery di Châtillon-sur-Marne. Keluarganya berakar pada garis ksatria de Lagery yang namanya harum di Champagne.
Eudes menempuh pendidikan di Reims, Perancis, dalam asuhan St Bruno, pendiri Ordo Carthusian. Usai menyelesaikan pendidikannya, ia mengemban tugas sebagai diakon dan ahli Hukum Gereja di Reims.
Pada 1070, Eudes masuk Biara Cluni. Ia mengikrarkan kaul sebagai rahib Ordo St Benediktus (OSB) di bawah naungan Abbas Hugo. Sebagai Benediktin, ia pernah didaulat sebagai Prior, pimpinan biara yang masih menginduk pada Keabbasan Cluni.
Abbas Hugo mengutusnya ke Roma untuk melayani Paus Gregorius VII yang minta agar diberi beberapa asisten. Saat itu, Bapa Suci berniat mereformasi kehidupan rohani Gereja. Eudes memainkan peranan gemilang sebagai asisten Paus. Keberhasilan Eudes ternyata menyukakan hati Sri Paus. Pada 1078, ia diangkat menjadi Kardinal-Uskup Ostia. Sekitar dua tahun sesudahnya, Bapa Suci mengangkatnya menjadi Kepala Penasihat dan Pembantu Takhta Suci. Tanpa ragu, Paus menugaskannya sebagai Delegatus Apostolik di Perancis dan Jerman (1082-1085).
Di Jerman, Eudes mengisi beberapa jabatan gerejani yang lowong karena para pejabatnya dihukum dan dicopot oleh Paus. Ia menggelar Sinode Quedlinburg di Saxony yang mengutuk antipaus Klemens III (1080-1100) dan para pengikutnya. Antipaus ini bernama asli Guibert dari Ravenna yang terus merecoki keutuhan Gereja Roma hingga tiga Paus setelah Paus Gregorius VII.
Reformator Gereja
Loyalitas dan kedekatan Eudes dengan Takhta Suci memposisikannya sebagai papabilis, calon kuat Paus. Namun saat kembali ke Roma dari Jerman, Paus baru telah bertakhta. Kardinal-Imam St Caecilia, Desiderius, yang termasuk lingkaran dekat Paus Gregorius VII terpilih menjadi paus dengan memilih nama Viktor III (1085- 1088). Masa kepausan Viktor III terhitung pendek. Saat ia wafat, para kardinal dan uskup berkumpul di Terracina untuk memilih Paus baru. Konon secara aklamasi, Eudes terpilih pada 12 Maret 1088.
Agenda pertamanya ialah menegaskankuasa dan wibawanya sebagai Paus. Dengan tegas, Paus Urbanus II menyatakan di hadapan para kardinal, uskup, dan pangeran Katolik bahwa dirinya akan melanjutkan kebijakan reformasi Paus Gregorius VII. Semua hal yang ditolak pendahulunya akan ia tolak. Siapapun yang telah dihukum pendahulunya tetap akan ia hukum.
Paus Urbanus II sempat mengungsi hingga ke Sisilia karena keselamatannya terancam. Antipaus Klemens III hampir menguasai seluruh Kota Abadi dengan pasukannya. Puncak ketegangan terjadi ketika Paus Urbanus II dan antipaus Klemens III menggelar Sinode di kompleks Basilika St Petrus. Berkat dukungan loyalisnya dari Italia dan Jerman, Paus Urbanus II berhasil mengekskomunikasi antipaus dan mengusirnya. Akhirnya, Paus Urbanus II berhasil mengukuhkan kewibawaan Takhta St Petrus. Meski demikian, antipaus Klemens III tetap mengadakan perlawanan.
Tahun 1089, Paus Urbanus II bertemu 70 Uskup dalam Sinode Melfi. Ia menerbitkan dekrit yang melarang simoni dan pernikahan di kalangan klerus. Selama masa kepausannya, ia menegakkan disiplin gerejani, baik di kalangan klerus maupun awam, dengan berkeliling menggelar sinode. Ia pun terus mengulangi kutukan terhadap antipaus Klemens III dan para pengikutnya.
Akibatnya, Urbanus II harus menanggung banyak hutang dan hidup sengsara. Berkat bantuan Abbas Gregorius de Vendôme dari Perancis, beban hutangnya berkurang. Abbas Gregorius menjual sebagian aset biaranya untuk menebus Basilika Lateran, agar Paus Urbanus II dapat menduduki takhta di Basilika St Yohanes Lateran setelah enam tahun menjadi Paus.
Tak Kenal Lelah
Pada masa itu Gereja bergejolak. Dan, dalam situasi itu, Paus Urbanus II menerima Duta Besar utusan Kaisar Alexius I dari Konstantinopel. Kaisar meminta bantuan melawan tentara Turki yang telah merangsek ke wilayahnya. Urbanus II pun menggalang dukungan dalam Konsili Piacenza. Beberapa bulan kemudian, ia mengambil langkah konkret saat berada di Clermont, Auvergne. Ia menegaskan keinginannya untuk membantu Alexius I.
Pada November 1095, digelar Sinode di Gereja Notre-Dame du Port untuk menegaskan kembali Dekrit Gregorius VII tentang simoni, penyalahgunaan uang, dan pernikahan di kalangan klerus. Di sinilah antusiasme untuk membahas Perang Salib pertama kali mendapat tanggapan luar biasa. Sebanyak 13 Uskup Agung, 225 Uskup dan lebih dari 90 Abbas mendukung keputusan Paus dalam Perang Salib. Bahkan selama perjalanan dari Italia ke Perancis, Paus sudah mempropagandakan ide tentang Perang Salib. Ribuan bangsawan dan ksatria berbondong- bondong membulatkan tekad untuk berperang menyelamatkan Yerusalem dan sekitarnya dari pasukan Turki.
Menggalang massa, Paus Urbanus II memberikan indulgensi bagi siapa saja yang ikut ambil bagian dalam Perang Salib ini. Bapa Suci bahkah pernah mengobarkan semangat untuk berangkat ke medan laga, di hadapan pasukan Perang Salib. Tak kenal lelah, Paus sendiri berkeliling dari kota ke kota menyerukan perang. Semua uskup dikirimi surat agar menggalang pasukan. Banyak pengkhotbah ulung diutus berkeliling Eropa untuk menggalang kekuatan. Gelombang Perang Salib Pertama terjadi pada 1096-1099.
Di sela-sela propaganda reformasi Gereja dan Perang Salib, Paus Urbanus II sempat menggelar Konsili Bari dengan intensi mendamaikan pertikaian yang terjadi antara Gereja Roma Latin dengan Gereja Yunani, Oktober 1098. Konsili ini dihadiri 180 uskup. Aksi propaganda itu juga kian memperkokoh kekuasaan Paus atas Roma yang saat itu masih direcoki antipaus Klemens III. Tak kenal lelah, ia berusaha memberikan diri demi kecintaannya pada Gereja hingga wafat pada 29 Juli 1099.
R.B.E. Agung Nugroho