Habituskan Hidup Ugahari

463
Romo Felix SS.CC menyampaikan presentasi di Sidang PGI, bersama Dr. Martin Sinaga dan Dr. Yugiantie, Dosen Universitas Kristen Indonesia (Foto: dok.pribadi)

HIDUPKATOLIK.com – Suatu kehormatan bagi saya, sebagai Pastor Katolik, pada Rabu, 7/3 lalu, diminta untuk menjadi narasumber bersama Dr. Martin Sinaga dan Dr. Yugiantie, Dosen Universitas Kristen Indonesia (UKI) dalam Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) wilayah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.

Sidang MPL PGI Wilayah DKI Jakarta tahun ini bertema “Tuhan Mengangkat Kita Dari Samudera Raya” (Bdk.Mazmur 71:20b). Dihadari sejumlah 125 peserta di Mega Mendung, Puncak, Bogor. Sub tema yang diangkat berkaitan erat dengan merayakan keberagaman Agama, Gereja, dan Budaya demi kesatuan bangsa.

 

Misi Allah melalui Gereja-gereja adalah membawa rahmat kasih sayang ditengah kemajemukan masyarakat; Untuk membangun persaudaraan sejati lintas agama, etnis, dan budaya. Persaudaraan sejati ini merupakan impian setiap manusia yang tinggal di bumi.

Mempertajam hidup bertetangga merupakan salah satu jalan untuk merajut persaudaraan sejati sampai terbangun relasi yang alami.

Tantangan dalam mempertajam hidup bertetangga adalah ketidakadilan. Ketidakadilan bersumber pada ketamakan. Ketamakan adalah salah satu dari tujuh dosa pokok. Ketidakadilan ini sudah terjadi sejak jaman leluhur kita di mana Isak menikmati harta warisan ayahnya, Abraham.

Sedangkan Ismail bersama Hagar diusir ke padang gurun oleh Sarah (permenungan saya berdasarkan dari refleksi Pastor Jenderal SS.CC di Roma, Romo Javier SS.CC). Ketamakan ini membuat orang menutup mata terhadap penderitaan orang lain. Bila hal itu terjadi, kasih, saling menghormati, dan kehendak melakukan yang terbaik bagi orang lain, telah menjauh dari kita.

Untuk dapat membangun persaudaraan sejati, kita harus mengadakan pertobatan masal, yaitu dari hidup tamak menuju hidup ugahari (kesederhanaan). Kesederhanaan membuat kita melepaskan superioritas menuju kerendahan hati. Kerendahan hati membuat kita dengan tulus mau saling menghormati, melindungi, dan memaafkan.

Untuk dapat memiliki kehidupan yang ugahari, kita harus membuat garis ketamakan, dan bukannya sekedar garis kemiskinan. Ketika hidup ugahari sudah menjadi habitus (kebiasaan), Isak dan Ismail jaman sekarang bisa saling berangkulan.

Kita Bhinneka, Kita Indonesia, Salam Kerukunan

Romo Felix Supranto, SS.CC

1 KOMENTAR

  1. Comment:saya duda yg di tinggal nikah sama istri sdh 6 thn saya hidup berdua dgn anak tnp kasih syg seorg ibu…
    bp pastor…dlu pernikahan saya pernikahan Dispensasi.
    pertanyaannya; apakah saya bisa menikah lg secara gereja kahtolik atau tdk…? klu bisa… mka apa yg harus saya lakukan untuk menyelesaikan pernikahan terdahulu saya? mohon petunjuk dan solusinya bp pastor.tks

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini