Mereka yang Menjadi Wakil Rakyat

873
Wakil rakyat: Pelantikan anggota DPR RI dan DPR RI periode 2014-2019.
[www.catholicphilly.com]

HIDUPKATOLIK.com – Ada umat Katolik di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Mereka tidak hanya mewakili umat Katolik. Mereka harus tetap menyuarakan dan memperjuangkan kebaikan dan kesejahteraan bersama.

Tepat pada Hari Kesaktian Pancasila, Rabu, 1 Oktober 2014, sebanyak 555 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI hasil Pemilihan Umum Legislatif 2014, dilantik. Mereka mengucap sumpah dan janji menjadi wakil rakyat Indonesia. Data yang dihimpun Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Kerawam KWI) menyebutkan, di antara anggota 555 DPR RI yang dilantik, terdapat 19 orang yang beragama Katolik. Pada saat bersamaan, juga dilantikan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Di antara mereka, terdapat enam anggota DPD RI yang beragama Katolik.

Wakil rakyat
Dari 19 anggota parlemen yang beragama Katolik muncul wajah-wajah baru. Pada periode sebelumnya hanya terdapat dua wajah perempuan, sementara pada periode 2014-2019, terdapat lima perempuan Katolik yang menjadi wakil rakyat. Salah satunya adalah Maria Yohana Esti Wijayati yang akrab disapa Esti.

Esti terjun dalam dunia politik pada 1998, dengan bergabung bersama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pada Pemilu 1999, ia mengawali debut pertama dalam kancah politik. Ia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, dan menjadi Ketua Komisi C yang membidangi pengelolaan keuangan daerah, pelayanan pajak, retribusi, aset milik daerah, dan yang lain.

Lima tahun kemudian, ia kembali bertarung memperebutkan kursi wakil rakyat di DPRD Provinsi DI Yogyakarta. Hasilnya, Esti berhasil meraup suara dan menjadi wakil rakyat kembali. Selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014, istri Bambang Sigit Sulaksono ini duduk menjadi anggota DPRD Provinsi DI Yogyakarta.

Pada Pemilu Legislatif 2014, Esti kembali berebut suara rakyat. Kali ini, ia ber tarung di tingkat nasional. Hasilnya memuaskan. Berdasar keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Esti berhasil meraup 99.440 suara. Dengan suara ini, Esti pun melenggang ke Senayan, menjadi wakil rakyat di DPR RI.

Esti bertekad memberikan warna kebaikan dalam setiap karyanya. “Sebagai orang Katolik, ketika saya bekerja di manapun, saya harus mampu mewarnai dengan baik, menunjukkan keberpihakan kepada yang miskin, termajinalkan, dan difabel,” ujarnya.

Selain Esti, wajah-wajah baru anggota DPR yang beragama Katolik juga bermunculan. Sebut saja, Agustina Wilujeng Pramestuti yang mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah IV, Johnny G. Plate dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur I, Andreas Eddy Susetyo yang berasal dari daerah pemilihan Jawa Timur V, serta nama-nama baru yang lain.

Sementara, muka-muka lama anggota DPR RI yang beragama Katolik juga masih tampak. Karolin Margret Natasa kembali melaju ke Senayan. Putri Gubernur Kalimantan Barat Cornelis ini, meraup suara paling tinggi dengan perolehan 397.481 suara. Selain Karol, nama Itet Trihjajati Sumarijanto dan Benny Kabur Harman juga masih ada di jajaran anggota DPR RI.

Hal yang sama juga terjadi dalam diri Yoseph Umarhadi. Ini adalah periode keempat bagi Yoseph menjadi anggota DPR RI. Ia mengawali karir politik pada Pemilu 1999. Yoseph bertarung di daerah pemilihan Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat. Yoseph sukses melenggang menuju gedung DPR-RI. Selama dua tahun, Yoseph pernah menjabat Wakil Ketua Komisi V DPR.

Pria yang sudah 15 tahun malang melintang dalam dunia politik ini, mengharapkan orang muda Katolik tidak alergi terhadap politik. “Umat Katolik harus merasul ke semua wilayah kehidupan, termasuk bidang politik. Jangan berpikir politik itu kotor! Jika terus berpikir seperti itu, bagaimana kita mau mewartakan kabar gembira?” tantangnya.

Wakil daerah
Dari ruang senator juga muncul wajah-wajah baru anggota DPD RI yang beragama Katolik. Tapi, beberapa nama adalah muka-muka lama, seperti Mervin Sadipun Komber yang berasal dari daerah pemilihan Papua Barat, dan Maria Goreti yang mewakili Kalimantan Barat.

Periode ini merupakan kali ketiga bagi Maria Goreti menjadi anggota DPD RI. Peraih Kartini Award 2009 ini, memulai karir sebagai anggota senator pada Pemilu 2004. Dan, pada Pemilu 2014 lalu, perempuan yang akrab disapa Yetie ini kembali mendulang suara untuk menuju Senayan.

Yetie mengatakan, seseorang yang terpilih menjadi wakil rakyat berarti harus melepaskan diri dari kepentingan pribadi dan golongan tertentu. “Ini tertuang dalam sumpah atau janji jabatan,” ujarnya.

Melihat situasi di parlemen saat ini, Yetie merasa prihatin. “Saya khawatir, stabilitas keamanan dan persatuan bangsa ini terkoyak,” kata perempuan yang mengaku selalu berjalan kaki pergi dan pulang kantor ini.

Politik bagi Yetie adalah sarana mencapai tujuan demi kebaikan bersama. “Berpolitik itu berarti memberikan hati, waktu, dan perhatian untuk kepentingan bersama,” tegasnya. Maka, Yetie tak pernah segan mengatakan, terutama kepada orang muda Katolik, “Masuklah ke dunia politik, agar kelak anak cucumu memiliki referensi untuk bertanya tentang politik!” Ia mengusulkan, agar para wakil rakyat terus menyuarakan Ajaran Sosial Gereja serta membantu Gereja Katolik melakukan kaderisasi politik bagi orang muda.

Kebaikan bersama
Dari komposisi 19 anggota DPR RI yang beragama Katolik nampak fenomena menarik. Dari 19 nama, terdapat enam orang yang mewakili daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur I. Enam jatah kursi dari daerah pemilihan ini semua diisi umat Katolik. Sementara, terdapat empat orang yang mewakili daerah pemilihan Kalimantan Barat. Dua daerah pemilihan ini memang dikenal sebagai lumbung suara umat Katolik. Sementara sembilan yang lain tersebar mewakili daerah pemilihan di Pulau Sumatra dan Pulau Jawa.

Berdasarkan partai yang menjadi kendaraan politik 19 anggota parlemen yang beragama Katolik, PDI Perjuangan mendominasi dengan 10 anggota. Sementara Partai Gerindra tiga orang, Partai Demokrat dua orang. Partai Hanura, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Nasdem, dan Partai Golkar, masing-masing satu orang.

Para wakil rakyat ini bukanlah wakil resmi Gereja Katolik di DPR dan DPD RI. Mereka juga tidak mewakili umat Katolik saja. Suara mereka diharapkan tetap mengedepankan kepentingan umum (bonum commune), kesejahteraan dan kebaikan bersama, bukan demi kepentingan sesaat kelompok tertentu.

Y. Prayogo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini