HIDUPKATOLIK.COM – SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018
KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN
Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11 Februari 2018
Para Pastor, Bruder, Frater, Suster dan seluruh Umat Katolik Keuskupan Banjarmasin yang terkasih. Damai dan kasih Allah semoga selalu bersamamu.
Kata lepros dalam Kitab Suci dipakai bukan hanya untuk penderita kusta, tetapi untuk beberapa jenis penyakit kulit yang parah (Im.13). Penderita penyakit kulit seperti itu dikucilkan dari masyarakat (Im.13:45-46), bukan pertama-tama karena bahaya penularan tetapi karena alasan keagamaan. Orang kusta dianggap najis, dan karenanya tidak boleh bersentuhan dengan yang kudus dan bergabung dengan umat Allah.
Karena orang kusta dianggap najis dari sudut agama (Ul.28:27), maka biasanya dikatakan bahwa ia ditahirkan, bukan disembuhkan (kecuali Luk.17:15). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tahir berarti bersih, suci, dan murni. Institusi agama, dalam hal ini para imam, yang kemudian memeriksa dan memastikan apakah seseorang sudah ditahirkan sehingga boleh bergabung kembali dengan umat Allah (Im.14:2 dst).
Ada iman yang mendahului pentahiran si kusta. Kisah Yesus, yang suka mengampuni dan berbelaskasih, telah sampai ke telinga dan mendorong si kusta untuk datang kepada-Nya. Pentahiran, seperti tertulis dalam 2Raj.5:7 dan Luk.17:15,18, hanya dapat dituntaskan oleh Allah; bahkan pentahiran orang kusta menurut Mat.10:8, 11:5 adalah tanda kedatangan Mesias. Si kusta mengabaikan hukum sosial yang muncul karena kerusakan fisiknya, dan lebih memilih membawa dukacita hatinya akibat disingkirkan dari pergaulan sosial, terlebih lagi dijauhkan dari Allah. Dukacita itulah yang untuk kesekian kalinya berhasil menggetarkan hati dan belas kasih Yesus: Ia mau!
Si kusta yang kini sembuh diliputi sukacita yang luar biasa. Ia terbebas dari belenggu penyakit yang selama ini membuatnya menderita. Ia dapat masuk kembali dalam komunitas sosial, termasuk beribadah kepada Allah. Ia kembali bergabung dengan orang sehat lainnya, dan yang terpenting ia tidak dipandang lagi sebagai orang berdosa. Sukacita yang sepenuhnya itu membuatnya tidak dapat tinggal diam. Selain menghadapkan dirinya kepada otoritas keagamaan, ia pun mewartakan karya luar biasa Allah dalam dirinya.
Saudara-saudari kekasih Allah,
Tentu bukan kebetulan kalau hari ini pun kita memperingati Hari Orang Sakit Sedunia (HOSS). Paus Fransiskus memilih kata-kata Yesus kepada Bunda Maria: “Ibu, inilah anakmu…Inilah ibumu…. Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (Yoh.19:26-27) menjadi tema HOSS ke-26 tahun 2018. Yohanes adalah gambaran Gereja yang harus menerima Maria sebagai ibu dan menemukan model kemuridan di dalam diri Maria. Model kemuridan seperti apa? Kemuridan yang merangkul semua, khususnya sesama yang menderita sakit. Hampir 2000 tahun lebih, Gereja sebagai institusi dan semua umat Allah yang tergabung di dalamnya melibatkan diri dalam karya-karya kesehatan. Fakta sejarah itu bukan sekedar untuk dibanggakan, tetapi semakin membakar panggilan pelayanan kita bagi orang sakit dan dunia kesehatan masa kini. Gereja harus tetap hadir dan bahu-membahu bersama praktisi kesehatan untuk mengentaskan aneka penyakit dan menjadikan bumi lebih sehat dan sejahtera.
Kepada kita pun Tuhan Yesus telah memberikan kuasa penyembuhan (Mrk.16:17-18; Kis.3:4-8; 14:8-11). Artinya setiap umat Allah tidak boleh menutup mata dan hatinya terhadap penderitaan orang sakit di sekitarnya! Mari kita giatkan kunjungan kepada orang sakit, siapa pun sekalipun bukan umat Katolik, dan belajar berbagi untuk meringankan penderitaannya. Para pelayan pastoral, khususnya para imam, jangan pernah lalai memberikan pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Sakramen Tobat, dan Sakramen Ekaristi yang menjadi sarana kesembuhan bagi kita. Bersama-sama dengan Bunda Maria, mari kita membuka mata dan hati, melapangkan tangan serta meringankan kaki untuk menyapa, merangkul, dan membantu sesama yang sakit agar sukacita yang dialami oleh si kusta dalam Injil tadi boleh juga mereka alami. Doa dan berkatku bagi semua tenaga medis, para biarawan-biarawati dan semua umat yang terlibat khusus dalam aneka karya dan dunia kesehatan.
Saudara-saudariku terkasih,
Dosa pun membuat kita ‘sakit’ di hadapan Allah dan sesama. Jika dibiarkan akan membuat kita mati, tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm.6:23). Karunia Allah itulah yang akan kembali kita rayakan dalam Masa Prapaskah. Masa yang diawali dengan penandaan abu ini mengantar kita masuk dalam pertobatan. Bertobat berarti memalingkan diri kepada Tuhan dan membuat Ia semakin merajai kehidupan kita. Masa yang penuh rahmat hendaknya kita optimalkan sedemikian rupa hingga kita pun ‘sembuh’ atau menjadi tahir kembali.
Ada 2 (dua) sarana yang membantu kita mengoptimalkan Masa Prapaskah. Pertama, semakin mensyukuri rahmat baptisan dengan semakin tekun mengkatekesekan diri: membaca Kitab Hukum Kanonik, Statuta Keuskupan Banjarmasin, KADAMI atau Katekese lain terkait Hukum dan Ajaran Moral Katolik baik sendiri maupun bersama-sama, dan terlibat aktif dalam Pendalaman Iman yang tahun ini mengambil tema: KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL MENGHARGAI SESAMA DAN ALAM CIPTAAN. Kita ingin agar kesadaran Hukum dan Moral Katolik ini sungguh mengakar dalam keluarga Katolik agar lahirlah generasi-generasi yang memiliki daya tahan untuk memperjuangkan komunitas masyarakat di Kalimantan Selatan ini menjadi lebih manusiawi, sehat, dan layak huni.
Kedua, melalui puasa, pantang, berbagi dengan sesama melalui Aksi Puasa Pembangunan (APP), kita mau menata raga ini untuk semakin mengandalkan Allah, bertumbuh dalam iman dan berbuah dalam tindakan konkret sehingga seluruh kehidupan kita sungguh menjadi pancaran kasih Allah. Persembahan sesederhana atau sekecil apapun sangat berarti. Dana APP tahun 2018, setelah dikurangi kewajiban kita kepada Panitia APP Nasional, seluruhnya akan digunakan untuk: Pendidikan dan Pembinaan Iman Katolik serta Pengembangan dan Pembentukan Karakter Generasi Muda di Asrama-asrama Katolik se-Keuskupan Banjarmasin. Selain itu, kami mendukung aneka kreativitas pastoral yang membantu seluruh umat menghayati semangat pertobatan dalam tindakan-tindakan konkret yang sekaligus menjadi kesaksian hadirnya Kerajaan Allah; kerajaan yang bercirikan kebenaran, keadilan, kasih, dan damai sejahtera.
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada Pastor, Bruder, Frater, Suster, Bapak-Ibu, Kaum Muda dan Anak-anak sekalian yang dengan keterlibatan dan caranya masing-masing telah ambil bagian dalam karya kerasulan kami di keuskupan ini. Semoga semua persembahan materiil dan moril, segala keterlibatan itu boleh menjadi sukacita yang menyembuhkan jasmani-rohani Anda. Selamat menjalani Masa Prapaskah tahun 2018 yang penuh berkat. Doa dan berkatku bagi Anda sekalian.
Banjarmasin, 6 Februari 2018
Pada Peringatan St. Paulus Miki dan Para Martir di Jepang
† Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin.
MGR PETRUS TIMANG – SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018