Retret: Memeriksa Batin Sebelum Melangkah

931
presentasi kelompok I-Kornel Ruban

HIDUPKATOLIK.COM-SUASANA dingin menyelimuti Rumah Retret Pusapanita, Ciawi, Jawa Barat, Senin, 05/02. Meski begitu, 31 murid kelas IX SMP Don Bosco Pondok Indah, Jakarta Selatan, tampak tersenyum puas. Mereka tak menghiraukan suasana tenang dan iklim dingin yang mengigit di sekitaran area Puspanita. Ketika bus yang mereka tumpangi tiba di Villa Puspanita yang beralamatkan di jalan raya Sukabumi-Bogor, anak-anak pun tampak sangat menikmati pemandangan di sekitar rumah retret ini.

Rumah Reteret Puspanita-Gede Andhika

Ada anak yang berkomentar, “Suasana dingin, tenang dan banyak pohon membuat kami merasa sangat senang.”  Ketua Osis SMP Seruni Don Bosco, Victorina Waworuntu menimpa bahwa ditempat ini banyak pohon yang dipelihara. Ada tanaman herbal dan pohon-pohon besar. Tempatnya nyaman karena suasana tenang untuk orang berdoa,” ujar Rina.

Wisma milik Suster-suster Cinta Kasih St Corolus Boromeus (Suster CB) ini menjadi tempat bagi 31 murid SMP Seruni Don Bosco Pondok Indah untuk mengadakan retret selama tiga hari. Konggerasi Suster CB didirikan oleh Elisabeth Gruyters tahun 1836 dengan rekannya P.A. van Baer. Ibu Elisabeth awalnya adalah Suster Cintakasih St Vincentius a Paulo tetapi kemudian memilih mendirikan Kongregasi baru dengan memilih St Carolus Borromeus sebagai pelindung kongergasinya sekaligus menetapkan kasih sebagai spiritualitas kongregasi baru ini.

presentasi kelompok-Kornel Ruban

Berdasarkan semangat kasih kepada sesama dan alam semesta, pada hari pertama pembimbing Retret, Sr Marisa CB mengajak para siswa untuk merefleksikan kembali makna “ret-ret”. Menurutnya, retret bisa diterjemahkan dalam arti mengundurkan diri, menyendiri, menyepi, menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari, dan meninggalkan dunia ramai. Dalam retret banyak rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan teratur dalam bidang rohani seperti berdoa, pemeriksaan batin, mengadakan refleksi, membuat renungan, bermeditasi, lalu bertobat. “Dalam retret orang mendapat keheningan sehingga dalam keheningan dapat merasakan bisikan suara Tuhan,” pesan Sr Marisa.

Presentasi kelompok-Kornel Ruban

Sr Marisa berharap anak-anak yang mengikutir retret ketika selesai bisa membawa pulang buah-buah rohani. Setidaknya dapat menghindari anak-anak dari berbagai tekanan, menjaga kesehatan, persiapan jiwa, diri, dan batin agar mampu menghadapi ujian-ujian kelak. Untuk itu, Sr Marisa di hari pertama sangat menekankan disiplin diri bagi anak-anak. Semua kegiatan dari hari pertama hingga hari terakhir diatur dengan baik sehingga buah-buah yang diharapkan juga lebih baik. “Saya berharap anak-anak dapat menyelesaikan retret ini dengan sempurnah. tujuannya untuk mempersiapkan hati dan jiwa anda untuk menghadapi berbagai macam tantangan zaman ini. Tapi sebelum itu, disiplin diri sangat dibutuhkan dalam retret,” demikian Sr Marisa.

Sementara itu, Koordinator Retret tahun 2018, Kornelis Ruben merefleksikan tema retret, Setia Misi mencintai Ibu Rahim kehidupan,” Kornelis mengatakan retret tahun ini ditempat yang sama seperti tahun sebelumnya. Tujuannya agar anak-anak tidak saja mendengarkan pesan iman tetapi juga bisa langsung melihat dan terjun lapangan. “Sebab ditempat ini banyak zona seperti zona pengelolaan air, zona aroma terapi, zona tanaman hias, zona hutan keluarga, zona peternakan, dan lainnya,” jelasnya.

Pada hari pertama ini juga, Sr Marisa mengajak anak untuk memulai sesi pertama dengan membuat gambaran diri atau simbol diri dengan tiga point yaitu perasaan saat ini, harapan dan cita-cita serta binatang kesayangan. “Sesi awal ini bisa membantu pemberi materi agar bisa mengetahui sejauh mana kesiapan anak-anak dalam mengikuti retret ini,” pungkas Sr Marisa kepada HIDUP.

Yusti H. Wuarmanuk (Bogor)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini