Imlek di Masa Prapaskah

651

HIDUPKATOLIK.com – Baru saja kita memasuki tahun baru 2018. Dan, tidak lama berselang saudara-saudari kita keturunan Tionghoa juga akan merayakan tahun baru Imlek 2569, yang jatuh pada hari Jumat, 16 Februari 2018. Sebagaimana pergantian tahun baru pada umumnya, masyarakat yang bersangkutan menyambutnya dengan perayaan, kemeriahan, suka cita atau pesta. Sesuatu yang lumrah. Begitupun dengan Imlek. Saudara-saudari kita orang Tionghoa menyabutnya dengan suka cita.

Akan tetapi hal itu akan berbeda dengan saudara-saudari orang Tionghoa yang beragama Katolik. Mengapa? Karena datangnya Imlek tahun ini bersamaan dengan masa persiapan Paskah atau disebut Masa Prapaskah. Saat-saat orang Katolik tengah menjalani masa-masa penting dalam penghayatan imannya yaitu masa pantang dan puasa. Nah, di situlah muncul pertanyaan: bagaimana merayakan Imlek; apa yang boleh dan tidak boleh; dan lain sebagainya.

Gereja, dalam hal ini, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) salah satunya, tanggap situasi hati sebagian warganya. KAJ mengeluarkan surat edaran berupa kebijakan pastoral menyambut perayaan Imlek untuk tahun 2018 ini. Di dalam kebijakan ini, Vikaris Jenderal KAJ Romo Samuel Pangestu Pr mengatakan, “Perayaan Imlek sejatinya adalah perayaan untuk menyambut pergantian musim yakni dari musim dingin menuju ke musim semi. Musim semi indentik dengan kehidupan karena salma musim dingin, hampir semua kehidupan di alam mati, kini pada musim semi, kehidupan itu kembali bersemi. Dengan merayakan perayaan ini, maka orang Tionghoa sejatinya merayakan kehidupan. Mereka juga pada akhirnya merayakan penghormatan kepada Sang Pemberi hidup. Kehidupan baru selalu dipenuhi dengan sukacita. Kehidupan baru bagi orang Tionghoa berarti memiliki pengharapan”.

Pada bagian lain suratnya, Romo Samuel mengatakan bahwa Gereja Katolik menghargai makna dari peristiwa budaya Imlek yang masih dihayati oleh sebagian orang Tionghoa beragama Katolik. “Perayaan Imlek telah menjadi bagian tradisi dari kehidupan orang Tionghoa. Hal ini dapat dimengerti karena seluruh perayaan Imlek memiliki makna yang mendalam, yakni sebuah perayaan akan kehidupan yang mencerminkan keagungan Allah Sang Pencipta dan keluhuran hidup serta martabat manusia dan alam ciptaan. Kita merayakan Tahun Baru Imlek dalam terang iman Gereja Katolik”.

Itulah makna baru perayaan Imlek bagi saudara-saudari orang Tinghoa beragama Katolik. Bahwa perayaan Imlek harus dipahami dan dimaknai dalam ajaran (teologi) Kristiani. Dengan demikian, merayakan Imlek tak lagi sekadar “ikut-ikutan, latah-latahan”. Semisal saat memberikan angpau. Bukan lagi bagibagi uang. Namun, mengutip Surat Romo Samuel, “perayaan Imlek adalah perayaan persaudaraan yang diwujudkan dengan berbela-rasa dan berbagi kepada sesama manusia yang miskin dan menderita”.

Redaksi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini