HIDUPKATOLIK.com – Apa yang dimaksud dengan Minggu Gaudete? Apakah kekhasan Minggu ini?
Dominikus Savio Sugito, Malang
Pertama, Minggu Gaudete atau Minggu Bersukacitalah dirayakan pada Minggu Adven ketiga. Kata sifat “bersukacitalah” ini berasal dari antifon pembukaan pada Minggu itu, yaitu “Bersukacitalah selalu dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat.” (Flp 4:4.5). Tuhan menyerukan agar kita bersukacita. Sukacita itu datang dari kenyataan bahwa pesta kelahiran Tuhan sudah dekat.
Minggu ketiga Adven adalah titik tengah dari keseluruhan Masa Adven yang berlangsung selama empat minggu. Di tengah masa persiapan yang bersifat prihatin dan matiraga itu, Gereja memberikan “break” (istirahat) dan mengajak umat bersukacita. Break di tengah ini juga dilakukan pada masa prapaska, yaitu pada Minggu Prapaska keempat (Minggu Laetare). Minggu Gaudete ini juga mengingatkan umat, bahwa masa Adven akan segera berakhir dan pesta kedatangan Yesus Kristus sudah semakin mendekat. Maka perlu dikembangkan harapan yang akan menumbuhkan kesabaran dan ketekunan, untuk mempersiapkan diri sampai akhir. Kita dapat bertahan dalam kesulitan dan tantangan hanya jika kita sadar bahwa buah-buahnya layak-derita (bdk Yak 5:7-10).
Kedua, untuk mengungkapkan kegembiraan ini, warna liturgi yang digunakan hari ini bukanlah ungu tetapi merah muda (pink). Demikian juga, warna lilin yang dinyalakan Minggu ini di lingkaran Adven ialah merah muda atau merah. Warna merah muda melambangkan bahwa penderitaan jaman ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Suasana gembira harus mewarnakan persiapan jangka pendek, untuk menyambut perayaan penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia.
Apakah Yesus akan tetap menjadi penyelamat seandainya Yesus dikandung oleh Maria sebagai anak biologis Maria dan Yusuf?
Marta Lindawanti, Surabaya
Tentu saja identitas Yesus akan berubah dan hal ini akan mengubah juga arti penyelamatan. Dengan menyatakan bahwa Yesus dikandung oleh Maria melalui naungan Roh Kudus, di sini hendak ditegaskan bahwa Yesus bukanlah hasil benih manusia laki-laki biasa, tetapi bahwa Yesus berasal dari Allah, dan karena itu Dia adalah Anak Allah. Artinya, asal-usul Yesus adalah ilahi, bukan insani. Karena kodrat ilahinya itu, Yesus bisa membawa manusia kembali kepada Allah. Iman Kristiani mengajarkan, bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Maka Dia bisa menjadi pengantara antara kita manusia dengan Allah, Sang Pencipta. Bagaikan jembatan, Yesus bertumpu baik pada Allah maupun pada manusia. Dialah satu-satunya pengantara antara manusia dan Allah ( 1Tim 2:5).
Dengan menjadi sungguh manusia, Yesus mewakili seluruh umat manusia yang sudah berdosa itu di hadapan Allah. Yesus adalah keturunan Adam. Karena Adam yang berdosa, maka keturunannya yang harus melakukan pembayaran atas hutang dosa (bdk. Rom 5:12-21). Karena Yesus adalah manusia, maka semua perbuatan yang dilakukan Yesus, juga diperhitungkan dan mempunyai dampak untuk seluruh umat manusia.
Karena itu ketaatan Yesus merupakan kebalikan dari ketidaktaatan Adam, yang mau menentukan sendiri baik dan buruk dan mau menjadi seperti Allah. Jadi, ketaatan Yesus yang wafat di salib, menjadi sumber keselamatan bagi kita manusia. Natal adalah bukti ketaatan Sang Sabda yang rela menjadi manusia, bahkan manusia yang miskin dan taat sampai mati di salib. Ketaatan Yesus, yang sudah mulai diwujudkan dalam peristiwa penjelmaan menjadi manusia (inkarnasi), dilanjutkan sampai pada kepenuhannya melalui sengsara, penyaliban, dan wafatnya di kayu salib.
Petrus Maria Handoko CM