Totalitas Romo Casutt

1098

HIDUPKATOLIK.com – Membaca biografi “Romo Casutt, SJ: Dalam Senyap Bangun Pendidikan Vokasi Indonesia”, pembaca berdecak kagum akan sebuah totalitas dan kesahajaan seorang sosok fenomenal. Nama lengkapnya Johann Balthasar Casutt. Dia adalah seorang imam dari Serikat Yesus (SJ) berasal dari Swiss. Ia datang ke Indonesia pada tahun 50-an. Awal datangnya, ia ditempatkan di Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang. Dari pusat pendidikan calon imam di Jawa Tengah ini, ia kemudian berkarya di Asrama Mahasiswa Realino, sebelum akhirnya menjejakkan kaki dan mengukir mahakarya Politeknik ATMI Surakarta atau lebih dikenal dengan ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri) Solo.

Ribuan lulusan telah dihasilkan dari perguruan tinggi yang tahun ini merayakan pesta emas. Alumninya tersebar di berbagai industri di Indonesia dan luar negeri. Meski pendidikan teknik mesin, tidak sedikit yng merambah ke bidang lain. Semua itu dapat terjadi berkat nilai-nilai pendidikan yang diperoleh selama di ATMI. Menariknya, para mahasiwa sudah dipesan oleh sejumlah perusahaan (pihak-pihak yang membutuhkan jasa mereka) sebelum mereka lulus. Luar biasa!

Legenda di belakang kesuksesan ATMI tersebut adalah Romo Casutt yang mendedikasikan hidup dan karyanya bagi pendidikan vokasi di Indonesia. Pria kelahiran Swiss ini bukan hanya mendidik tenaga terampil untuk dunia industri saja. Dia juga memberi tempat untuk mahasiswa dari keluarga tak mampu. Tujuannya untuk memutuskan rantai kemiskinan di Indonesia.

Kita lebih terpesona lagi setelah melihat – melalui penggambaran detil dalam biografi ini – seorang pribadi yang pantang menyerah, dengan segala bentuk keterbatasan yang ada dalam merealisasikan impiannya. Bayangkan, hanya dengan secarik proposal saja, ATMI Cikarang yang juga dia bangun, kini menjadi perguruan tinggi penghasil tenaga terampil.

Kita makin geleng-geleng kepala, akan kesahajaan hidup seorang misionaris yang datang dari sebuah negeri kaya susu, coklat, dan keju nan gurih (Swiss). Di sini, ia makan tempe-tahu secukupnya saja. Pakaiannya sederhana dan yang itu-itu saja. Merayakan ulang tahunnya pun, ia tidak pernah mau, kecuali karena “dipaksa” oleh orang-orang di sekitarnya.

Kepada anak-anak didiknya, Romo Casutt menanamkan tiga pilar penting. Masing-masing adalah competence, conscience, dan compassion. Ketiganya dapat terwujud dalam pribadi yang disiplin, bertanggungjawab, selalu bekerja keras, dan inovatif.

Beruntunglah Indonesia memiliki seorang Romo Casutt. Presiden Joko Widodo dengan taglinenya “Kerja … Kerja … Kerja” kabarnya mendapat inspirasi dari sosok Romo Casutt yang memang berkarya di Kota Solo. Sesungguhnya, negeri ini sangat memerlukan kehadiran ‘Casutt-Casutt’ yang lain.

Redaksi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini