Malam Kudus, Sunyi Senyap

892

HIDUPKATOLIK.com – Di tengah dunia yang ramai, banyak orang berbondong-bondong pergi ke tempat sunyi. Katanya, mereka merindu dan mencari keheningan. Mereka berpikir, jika sendiri, jauh dari rutinitas sehari-hari, akan menjumpai ketenangan hati. Seakan segala kegelisahan akan lenyap ditelan suasana, yang senyap dan bisa berdoa dengan penuh hikmat. Benarkah demikian?

Biasanya, ketika kita sampai di tempat yang sunyi bersama dengan orang lain, kita akan berbicara terus sepanjang perjalanan, mengagumi keindahan alam dengan segala ketenangannya. Dan kita mulai mencari sinyal internet agar segera bisa mengunggah foto-foto atau video ke teman atau kerabat melalui media sosial; memamerkan panorama indah penuh ketenangan. Sejak itu, keheningan yang kita cari tak ada lagi.

Keheningan memang dirindukan, dikejar, dicari, tapi ternyata kita susah berdiam diri untuk menikmati keheningan itu sendiri. Kita merasa terganggu dengan hiruk-pikuk dunia yang ramai, tapi tak mudah melepaskannya. Mengapa muncul ketakutan dalam keheningan?

Ternyata dalam keheningan ada juga suara-suara, gangguan, bahkan kekacauan. Ada mimpi, ada keinginan, ada ingatan, ada pula sakit hati. Semua berbaur bagai lintasan-lintasan yang tak ada habisnya. Dalam hening, kita sendiri dengan diri sendiri. Sendirian dengan perasaan dan pikiran. Itu kadang mengundang rasa takut. Di dalam hening, kita merasa sepi, seolah kekurangan napas. Maka, kita lebih suka menyibukkan diri dengan segala omong kosong atau suara musik yang keras sehingga tak mendengarkan suara-suara yang ada dalam hati kita. Kita pun makin tak mengenal hati sendiri; menjadi dangkal, tak mampu berpikir, apalagi merenung.

Tetapi dalam hening, sunyi nan senyap, kita tidak sendirian. Kita menghadap Allah. Hanya dalam keheningan kita dapat mendengarkan bisikan suara Allah dalam hati. Keheningan menjadi ruang di mana kita bisa menyambut Terang Sabda-Nya. Namun, kita lebih suka gelap daripada terang. Karena dalam terang segala tindakan akan nampak, termasuk tindak-tanduk kejahatan dan dosa-dosa kita. Maka, kita pun menghindari terang.

Pada masa Natal ini, kita diajak berani masuk dalam keheningan dan terang. Bayi Yesus lahir dalam keheningan di kandang domba ditemani para gembala. Dia juga hadir sebagai Terang Dunia. Bayi Yesus mengajak kita masuk ke dalam kamar, menutup pintu-pintu, dan berdoa kepada Allah yang ada di tempat tersembunyi. Dia yang lahir sebagai Juru Selamat juga memanggil agar kita berani berada di tempat terang, sehingga segala yang tersembunyi menjadi benderang.

Carilah tempat yang sunyi. Dan mulailah melantunkan, “Malam kudus, sunyi senyap, bintang-Mu gemerlap, Juru s’lamat manusia, Dia datang di dunia….”

Redaksi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini