Makan Siang Natal: Kasih yang Mengubah Dunia

816

HIDUPKATOLIK.com – Press Release Makan Siang Natal 2017

Makan Siang Natal: Kasih yang Mengubah Dunia

Tanggal 25 Desember adalah hari yang spesial, terutama untuk mereka yang merayakan hari raya Natal. Sebuah perayaan menyambut kelahiran Almasih bagi umat Nasrani dan sebuah penanda bahwa masa liburan panjang telah tiba. Biasanya di bulan Desember berbagai ornamen bernuansa merah hijau bermunculan di berbagai lokasi wisata
maupun pertokoan-Ibu Kota. Belum lagi dekorasi musim dingin yang seru ditambah pohon Natal yang menjulang penuh lampu, membuat suasana di bulan ke-12 ini begitu berbeda dari bulan-bulan lainnya.

Namun ada juga mereka yang merayakan hari Natal dengan hal yang sederhana, jauh dari suasana Natal yang festive. Mereka yang menyediakan waktu dan tenaga untuk menyiapkan dan mengadakan sebuah acara makan siang sederhana, bersama kaum papa di Jakarta dan sekitarnya; sekedar bertegur sapa dan bertukar cerita sambil menikmati
makan siang dengan mereka yang perlu dilayani, yang biasanya terlewat dari perhatian kita sehari-hari.

Bagi umat Nasrani, kelahiran Yesus adalah sebuah pengingat untuk selalu menghadirkan Tuhan di hati kita. Bahwa kelahiranNya ke dunia adalah sebuah bentuk nyata dari kasih yang besar dari Sang Pencipta baagi umat manusia. Dari peristiwa kelahiran inilah kita semua diajak untuk mencontoh kepribadianNya untuk tanpa ragu memberikan kasih
dan pelayanan yang tulus tanpa pandang bulu. Karena sesungguhnya sebagai sesama makhluk ciptaanNya, kita adalah sama sebagai saudara, hanya saja kesibukan kita di dunia ini sering membuat kita lupa bahwa kita setara. Makan Siang Natal adalah sebuah sarana untuk kembali menghadirkan kemanusiaan dalam diri kita, menghadirkan kasih dalam hati, dan sungguh mengubah dunia.

Diawali di tahun 1982, Komunitas Sant’Egidio memulai tradisi Makan Siang Natal ini di berbagai belahan dunia. Di Jakarta, acara ini telah diangkat menjadi satu gerakan bersama di Keuskupan Agung Jakarta sejak tahun 2010, dengan melibatkan banyak umat Katolik baik secara individu maupun yang tergabung dalam berbagai komunitas kategorial, serta masyarakat umum dengan berbagai latar belakang.

“Kelahiran Yesus dalam rupa bayi dan di kandang miskin jelas mau mengatakan bahwa esensi kemanusiaan bukan pada atribut-atributnya, seperti keturunan, kekayaan, warna kulit, bahkan juga agama. Semua manusia diciptakan Allah dalam gambar dan rupa-Nya. Itulah dasar martabat manusia. Bahwa kita beragam, kita tetap bersaudara untuk
saling memperkaya dan mengasah” ungkap Romo Andang Binawan, Vikaris Episcopalis Keuskupan Agung Jakarta.

Teguh Budiono menceritakan bahwa kegiatan ini adalah kemanusian orang Kristiani yang melahirkan satu “bangsa” yang membuka hatinya kepada orang lain dan tidak lelah menjawab kebutuhan orang yang sedang membutuhkan.

Bangsa yang tidak menyerah terhadap kekuatan materialisme yang menghilangkan tindakan tanpa pamrih dalam berhubungan dengan sesama. Bangsa ini menerima semua yang tidak memiliki apa-apa sebagai balasan dan Bangsa
yang tidak lari dari mereka yang membutuhkan.

Bangsa ini memiliki tempatnya masing-masing, untuk pria dan wanita, anak-anak dan lansia, untuk orang miskin dan kaya, bagi mereka yang sendiri, sakit dan mereka yang hidup dalam kelimpahan dan sering melindungi kemakmuran mereka dan ketenangan mereka. Natal berbicara bagi semua orang. Membuka hati setiap orang, dengan mengangkat harta benda kemanusiaan yang ada di dalam diri setiap manusia. Teguh Budiono saat ini menjadi Koordinator Nasional Komunitas Sant’Egidio di Indonesia.

Jongky Sutiono sebagai Ketua Panitia Pusat Gerakan Makan Siang Natal KAJ 2017 mengungkapkan bahwa “Luar Biasa! Ini adalah pelayanan jaman now! Sebuah gerakan yang inklusif dan sungguh mampu menampung partisipasi kita sesuai dengan apa yang bisa kita berikan, baik dalam segi tenaga, waktu, dana maupun doa (spiritualitas). Inklusif karena bukan monopoli satu komunitas saja namun memungkinkan diadopsi dan dilaksanakan oleh setiap orang, komunitas, organisasi yang terpanggil untuk melayani dalam Gerakan Makan Siang Natal ini, dengan tetap tidak meninggalkan semangat bergandeng tangan sayangi yang papa. Tahun ini dalam semangat kebhinekaan atau
keberagaman bahkan di beberapa lokasi melibatkan sahabat relawan yang beragama lain dan membawa semangat kebhinekaan.

Hari Raya Natal memang hanya berlangsung satu hari, tapi kasih nyata yang diawali di hari Natal hendaknya berlangsung sepanjang tahun, mengalir terus di dalam jiwa kita, kepada sesama. Kasih yang aktif dan nyata, memelihara jiwa kita, membawa kebaikan bagi semua, dan mengubah dunia.

Teguh Budiono memberikan konklusi berikut ini. Dimanapun ada Makan Siang Natal akan memberikan kesaksian ini, secara sederhana dan luar biasa, yaitu hancurnya dinding pembatas, membangun harmoni, merajut persaudaraan dan pesta ini mengkomunikasikan Injil Damai. Selamat Natal!

Hormat Kami

Al. Andang L. Binawan, SJ
Vikaris Episcopalis – Keuskupan Agung Jakarta


 

(ab)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini